Newest Post

Hal yang saya dapatkan selama magang :D 🙏🥰

| Minggu, 29 September 2024
Baca selengkapnya »
Judul besar: 10 hal baru yang saya pelajari saat magang.




Assalamualaikum warahmatullah wabarakatu...


Kembali lagi pada blogger Destha yang sekarang sudah berfokus pada imajinasi saya... Namun, saya merindukan betapa terakhir kalinya saya mengerjakan tugas di blog ini.

Tema kali ini yang akan saya bahas adalah tentang apa yang saya dapatkan dari tempat magang? Kalau boleh jujur... Selama 6 bulan perjalan magang yang mana dibagi menjadi dua, magang pertama dari bulan Januari dan juga magang kedua dari bulan Juli. Saya tidak tahu akan menyebutnya seperti apa tapi anggap saja seperti itu.

selama tiga bulan magang di IKIP PGRI yang masa sekarang ini telah berubah menjadi Universitas PGRI. Pada bulan Januari yaitu magang pertama, saya benar-benar tidak mendapatkan apa-apa. Bahkan jika dibilang pada bulan itu adalah bagian terburuk bagi saya untuk magang. Hal itu dikarenakan apa yang saya kerjakan hanyalah "nganggur"

Namun, apakah pada bulan Januari tersebut saya tidak melakukan apa-apa? Bahkan saya sudah berusaha keras hingga labtop yang saya pegang saat ini adalah hasil dari kerja keras saya sendiri.

Karena alasan untuk mendapat perkerjaan pada saat itu membutuhkan apa yang dinamakan "Labtop". Namun, ketika saya telah mendapatkan benda ini, betapa kecewanya saya karena masih saja tidak mendapatkan pekerjaan. Agar benda tersebut tidak didapatkan secara sia-sia, saya pun memulai hobi baru saya, yaitu mengetik cerita fiksi (Novel).

Ketika saya berkata "tidak mendapatkan pekerjaan." apakah perkataan itu benar-benar merupakan kalimat yang menyatakan bahwa saya ini benar-benar nganggur selama setahun itu?

Ya! Jujur saja, saya benar-benar sedang menganggur. Jika dihitung dalam persentase, saya hanya memiliki sedikit pekerjaan, yaitu mengantarkan surat dan membantu mencetak dokumen di ruangan tempat dimana Ary dan Yuzril bekerja.

Kemudian pada Juli, itu merupakan bagian dimana saya berhasil memulihkan kekecewaan saya dengan berpindah tempat di IKIP Perpustakaan. Ya! Masih dengan IKIP namun bukan Universitas.

Pada magang season 2 atau lebih tepatnya melanjutkan magang enam bulan yang sebelumnya hanya tiga bulan. "Bodoh sekali jika saya benar-benar berfikir bahwa saya sudah terbebas dari kata 'magang'."

Saya benar-benar bersyukur jika saya mendapatkan begitu banyak pekerjaan di tempat itu, terlebih lagi saya sampai tidak menyangka bahwa tugas sekolah saya akan tertunda karena diberi pekerjaan.

Apa yang saya lakukan di Perpustakaan? Tempat itu mungkin tidak terdengar berhubungan dengan jurusan saya yaitu RPL. Namun, jangan salah paham dulu saya belum memberi penjelasan.

Di tempat itu, saya di bimbing langsung oleh ketuanya langsung. Jika perpustakaan itu ada tiga tingkat, maka saya harus mondar-mandir dari lantai satu ke lantai tiga begitu juga sebaliknya, hanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Simpel saja. . .

Di lantai satu tugasnya adalah administrasi peminjaman dan pengembalian buku serta harus memberikan denda kepada mahasiswa PGRI yang terlambat mengembalikannya.

Di lantai satu juga saya bertugas untuk membongkar komputer dan monitor yang rusak agar berfungsi kembali.

Sementara itu di lantai dua, ruangan pengelolaan buku, adalah ruangan dimana saya di tempatkan. Disitu, saya bersedia untuk design segala kebutuhan kantor. Seperti poster, spanduk, kupon, dan lain sebagainya. Ini adalah pekerjaan yang paling ku sukai.

Sementara itu di lantai tiga, adalah kebalikannya, saya membenci tugas ini karena tugas tersebut terlihat begitu sepele dan mengingatkanku pada tahun sebelumnya. Tugas itu adalah mengangkat skripsi dari lantai dua ke lantai tiga serta menyusunnya.

Dan setelah panjang lebar sudah saya jelaskan, saya akan meringkas sebagian kecil hal baru yang telah saya dapatkan selama magang di Universitas PGRI/IKIP PGRI dan Perpustakaan IKIP PGRI.

Hal pertama yang saya dapatkan ialah.

1. Selama memasuki dunia kerja, hal ini tidak bisa dikatakan mudah atau sulit, semuanya tergantung pada mindset Anda. Bagaimana Anda berpikir ke depannya akan memengaruhi kehidupan Anda. Contohnya, jika Anda berpikir bahwa "kerja" adalah sesuatu yang membosankan, maka Anda akan merasa bosan.

2. Saya telah mengetahui kondisi saya kedepannya, dan hal itu membuat saya dapat dengan memudahkan beradaptasi dengan lingkungan. Karena, saya mengetahui apa yang akan saya lakukan kedepannya dan mendapatkan inspirasi lebih.

3. Saya begitu menyadari betapa pentingnya kedisiplinan dunia kerja. Yang mana ketika saya terlambat atau bahkan sedikit terlambat. Contohnya ketika saya datang pada pukul 08:00 pagi sementara saya datang 07:49 pagi, saya akan dinyatakan bersalah.

4. Yang terbaiknya adalah saya juga dapat mengetahui beberapa batas dari kemampuan saya. Saya begitu mensyukurinya jika saya dapat memperbaiki dari beberapa kekurangan saya. Selain itu saya juga dapat meningkatkan beberapa kemampuan saya semisal desain dan juga ilustrasi.

5. Disana juga, saya membangun relasi kepada sesama rekan kerja. Dan nantinya, jika saya datang ke tempat itu lagi sebagai mahasiswa, saya sudah mengenal mereka semua yang bekerja di IKIP Perpustakaan.

6. Teori dari sekolah, akhirnya dapat berguna ketika saya memasuki praktek kerja. Karena saya telah lelah untuk terus-terusan belajar teori tanpa praktek.

7. Setiap waktu begitu berharga, setiap detik bagaikan batu permata. Jika Anda menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermain, mungkin mencari pekerjaan adalah hal yang dapat dibilang sulit kedepannya.

8. Selain itu, mungkin aturan berikutnya adalah pelajaran yang kurang relevan, seperti mewajibkan siswa magang untuk mencukur rambut. Peraturan ini seharusnya tidak ada, atau setidaknya bersifat opsional. Karena, yang saya lihat, banyak mahasiswa justru memiliki rambut panjang.

9. Pelajaran berikutnya yang saya dapatkan adalah bekerja setelah lulus SMA. (Mungkin yang satu ini tidak bisa dibilang "kurang relevan") karena tergantung pada diri Anda sendiri. Dosen saya pernah mengatakan, "Jika bekerja di usia muda, kita akan merasa lelah, tetapi hasilnya mungkin kurang memuaskan." Oleh karena itu saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah.

10. Ini mungkin bukan salah satu pelajaran yang saya dapatkan, melainkan sebuah saran agar anda betah. Ketika anda menemukan jenuh, sebaiknya anda mencari akar dari kejenuhan tersebut, apakah jenuh itu berasal dari anda sendiri atau faktor external. Cobalah untuk berbincang dengan rekan kerja lain.

Dengan ini, berakhirlah artikel saya yang menjelaskan "Hal yang dapat saya pelajari selama magang." Semoga anda dapat mengambil hikmahnya.

Saya Destha undur diri dari blog fantasi saya, mengucapkan "Selamat tinggal dan selamat jalan..."







Halo bang










Kok masih di scroll bang?


Hal yang saya dapatkan selama magang :D 🙏🥰

Posted by : desthabikinfanart
Date :Minggu, 29 September 2024
With 0komentar

Phasmophobic City

| Minggu, 11 Agustus 2024
Baca selengkapnya »

Before The Phasmophobic City

Chapter yang diatas adalah chapter opsional yang boleh dibaca, boleh juga tidak.


Phasmophobic City

Genre: Horror, Action, Mystery.


Di masa depan, teknologi telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Negara-negara di seluruh dunia hidup dalam kedamaian, tanpa lagi terjangkit oleh peperangan. 

Para manusia berlomba-lomba untuk membuat portal teleportasi, memungkinkan orang untuk menjelajahi berbagai belahan dunia dengan mudah. Namun, dibalik kemajuan ini... Ada ancaman yang sedang mengintai.

Dikisahkan seorang gadis yang bernama Khana, seorang gadis SMA yang biasa, sedang menghadapi dunia yang penuh misteri setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam kejadian tragis. Dengan penuh semangat, Khana memulai pencarian untuk mengungkap penyebab kematian orang tuanya.

Bersama kedua sahabat dekatnya, mereka pun memulai petualangannya...

Apakah Khana dan teman-temannya dapat mengungkap misteri dibalik kematian kedua orang tuanya...?







Phasmophobic City

Posted by : desthabikinfanart
Date :Minggu, 11 Agustus 2024
With 0komentar

Before the Phasmophobic City

|
Baca selengkapnya »

Introductions



"Devastar... Bangunlah." Kata dari sesosok makhluk yang tidak asing.

Devastar pun terbangun dari tidur panjangnnya, ia terkejut ketika dirinya mengetahui bahwa ia telah tercipta kembali. "Si-Siapa kau?" Tanya Devastar, suaranya menggema di dalam kehampaan yang sangat luas.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Devastar. Sosok itu langsung berkata. "Lihatlah dirinya, dia seperti sedang putus asa setelah apa yang dialami olehnya." Sosok itu menujukkan jari telunjuknya kearah Xabell yang sedang terduduk dengan tatapan kosong. 

"Aku tidak peduli dengan dia. SIAPA KAU?!!" bentak Devastar yang tampak merasa ketakutan melihat kekuatannya yang sangat luas melebihi luasnya kehampaan tempat mereka berada.

"Bukankah dirimu sudah pernah mengetahuinya...?" Sosok itu melontarkan pertanyaan tanpa harus menjawab pertanyaan tersebut.

"Disaat ini seluruh kosmo telah hancur, tiada yang tersisa selain kami bertiga disini..." gumam Devastar.

"Adonai..?!" seketika Devastar dapat mengetahui namanya. Karena dirinya pernah mendengar nama itu, ketika dirinya sedang bertarung melawan entitas bernama Exynone.

Adonai pun tersenyum kemudian memberikan perintah kepadanya. "Diriku memerintahkan kepadamu untuk menciptakan kehidupan sekali lagi."

Mendengar hal itu, Devastar pun langsung menuruti permintaannya. Dari sebuah ketiadaan yang menyeluruh. Ia mengangkat tangannya keatas, dengan kekuatannya terciptalah bing-bang kedua kalinya.

Setelah beberapa tahun cahaya. Devastar pun telah menyempurnakan kembali kosmo seperti sediakala, dan Adonai berterima kasih kepadanya. Kemudian Adonai memerintahkan Devastar untuk kembali ke dimensi tempat tinggalnya. Yakni Al-Batlan.

Ia pun berpindah tempat menuju Al-Batlan. Sambil berfikir. "Aku sebenarnya tidak diciptakan. Akan tetapi, apa-apaan makhluk itu, ia bahkan dapat menciptakan diriku?"

Dari luar dimensi Al-Batlan, Adonai menciptakan kembali makhluk-makluk yang sangat mempengaruhi Ayat Fatal. Contohnya adalah The Core. Kemudian ia menatap kearah Xabell yang sedang tertunduk sambil berkata.

"FATAL VERSE.... TIDAK AKAN PERNAH BERAKHIR, XABELL...!"

. . .


. . . . .


. . . . . .


. . . . . . .





Setelah beberapa jutaan abad, terciptalah sebuah semesta yang memiliki keunikan sendiri...

Mereka para manusia, berusaha mati-matian untuk melindungi hal yang mereka cintai dari invasi makhluk Abyss. Diketahui, bahwa tragedi tersebut terjadi di dalam planet yang bernama bumi pada tahun 2199.

Alam semesta tersebut menjadi satu-satunya yang terlibat konflik dengan dimensi lain. Sama halnya seperti alam semesta tempat sang utusan berada (Sha), mereka terlibat konflik dengan dimensi Al-Batlan.

Di dalam ayat...

Alam semesta itu memiliki nama....

Phasmophobic City

Before the Phasmophobic City

Posted by : desthabikinfanart
Date :
With 0komentar

Chapter 5

| Rabu, 07 Agustus 2024
Baca selengkapnya »

 

   CHAPTER 5  

Dominasi (1/3)



Dirasa, akan sangat sulit jika melawan seseorang yang dapat melihat masa depan. Oleh karena itu Sha memutuskan untuk pergi berlatih bersama para entitas.

Latihan itu hanya difokuskan untuk menemukan kemampuan tersembunyinya. Namun, hasilnya sangat mengecewakan.
 
Yang didapat oleh Sha hanyalah terkapar di reruntuhan gunung sambil menahan rasa sakit yang amat menyiksa seluruh tubuh. Sha tidak bisa membayangkan bahwa ada kekuatan sehebat itu di dunia ini.

Setelah latihan selesai, Sha bersama para entitas kembali ke tempat perkemahan untuk istirahat. Debu dan kotoran yang menempel di tubuh dan bajunya bekas latihan tadi. Telah hilang berkat tindakan dari para entitas tersebut.

Disana mereka semua hanya berbicara ringan menceritakan kejadian pada pertandingan sebelumnya. Sementara itu ketiga entitas lainnya yakni Entity X (Create), Entity A (Reality) dan Entity 00 (Zero) meluncur pergi keatas langit dengan alasan "melihat cahaya aneh".

Sesampainya diatas sana, seperti biasa mereka (para entitas itu) hanya melihat kehampaan tanpa melihat sedikitpun cahaya.


"Kali ini pasti ulah Arraziel, malaikat jatuh tersebut sedang berada di dekat sini." Ucap Entity 00 (Zero) dengan posisi waspada, matanya menyelidiki setiap gerakan di sekitar.

Entity A (Reality) menyusul, "Tidak bisakah kita memanggil Karae untuk datang kemari dan mengatasi masalah ini? Keberadaannya mungkin akan membawa keseimbangan dan solusi bagi situasi ini." Suaranya terdengar penuh harapan, sebagai tanda kepercayaan pada kemampuan Karae untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"Sebelum memanggil Karae alangkah baiknya kita memastikannya terlebih dahulu jika ini memang ulah dari makhluk tersebut." Balas Entity X (Create) dengan wajah  serius.

Setelah mengatakan hal tersebut, secara tiba-tiba mereka berpindah ke dimensi lain, seolah ditarik paksa oleh kehadiran sesosok makhluk tak terlihat yang membawa mereka ke sana. 

Di dimensi tersebut, para entitas melihat seekor ular yang tidak asing bagi mereka. Itu adalah Al-Falaak, ular yang telah lama mereka kenal sebagai penjaga Eldritch. Ular itu tampak sedang disiksa oleh sesosok malaikat berpenampilan gelap dengan aura merah yang memancar di seluruh tubuhnya.


Jika diperhatikan lebih seksama, malaikat itu mungkin mirip dengan deskripsi yang diberikan oleh Adonai. Dengan wajah mengerikan dan suara tawa yang bergemuruh di telinga, malaikat tersebut berkata, "Ooh, para utusan... Senang bisa bertemu dengan kalian di tempat seperti ini." The Fallen (Arraziel) berkata sambil menginjak kepala ular tersebut dengan kejam.

Para entitas, yang pada dasarnya tidak memiliki emosi, merasakan kengerian yang begitu mencekam setelah melihat makhluk tersebut. Ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka merasakan rasa takut sedemikian rupa.

Mustahil, jika sesosok makhluk lemah dapat melakukan hal seperti itu...


The Fallen (Arraziel) dengan nada sombongnya berkata. "Aku adalah wujud dari kesalahan seluruh makhluk hidup. Perkenalkan, aku The Fallen. Sang malaikat yang taat kepada Sang Pencipta. Pemusnah seluruh hama yang ada di seluruh alam semesta."

"Kalian... Kenapa kalian kesini...?" ucap ular itu dengan suara lemah.

The Fallen (Arraziel) menekan leher ular tersebut. "DIAM KAU!!"

"Lepaskan dia!!" Teriak Entity 00 (Zero) meminta The Fallen (Arraziel) membebaskan ular tersebut.

Arraziel langsung menerjang Zero dengan wajah meremehkan, ia tidak terima setelah mendengar ucapan darinya. Setelah memukul Zero ia memindahkan entitas tersebut kedalam dimensi buatannya sendiri.

"ZERO!!" Teriak Entity A (Reality) memanggil namanya.

"SIAL, dibawa kemana dia!!" Ucap Entity X (Create) sambil mengentakkan kakinya, berniat untuk menyusul Zero temannya.

"Tunggu jangan disusul, siapa tau itu adalah jebakan darinya..." Ucap Ular itu dengan lemas, berniat untuk memberitahukan kepada para entitas tersebut.

Entity X (Create) menoleh kearah Al-Falaak kemudia ia memalingkan wajahnya kearah Entity A (Reality).

Entity X (Create) sambil berusaha mencerna situasi, ia berkata. "Reality kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan?."

Entity A (Reality) membalas dengan gugup, "Y-ya"

"Baiklah kalau begitu kau tunggu disini sambil memulihkan ular itu, aku akan menyusul Zero. Jika itu adalah jebakan darinya, aku akan memintamu untuk menarikku kembali ke dimensi ini." Entity X (Create) menjelaskan rencananya dengan wajah serius.

"Baiklah kalau begitu sampai jumpa." Entity X (Create) melanjutkan kalimatnya, kemudian langsung pergi kemana Zero dibawa.

Setelah menyusul ke tempat itu, ia hanya merasakan banyaknya aura keputusasaan di sekelilingnya. Entitas itu merasakan tekanan emosional yang begitu kuat, seolah-olah teriris oleh gelombang energi negatif yang memenuhi lingkungan di sekitarnya.

Semakin melangkah maju, maka energi gelap itu semakin menekan dirinya.



Bag 1 Tahap ??? 


Disisi lain Sha begitu gugup setelah mengetahui bahwa ini adalah tahap terakhir...

Lawan dari Sha bukanlah orang sembarangan, bahkan ia mampu melihat persis seperti apa masa depan...

Ia adalah seorang peramal yang sangat berbakat, namanya Liel. Dan dia... Akan menjadi lawan Sha pada tahap ini!


Setelah berbincang cukup lama dengan para entitas, mereka begitu penasaran kenapa ketiga entitas yang lebih berpengalaman dari mereka pergi (Create, Reality dan Zero), Sha pun tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan hal itu dan langsung segera bersiap untuk menuju ke arena tempat dirinya bertanding.

Panggung dibuka dengan lebar, sorakan dari para penonton mulai bergema. Pada pertandingan kali ini, Sha benar-benar merasa sangat gugup karena lawannya kali ini adalah temannya sendiri. 

Meski lawannya adalah seorang peramal yang hebat, Sha tetap mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Sha dapat memenangkan pertandingan itu.

Ketika lonceng mulai berbunyi, menandakan pertarungan segera dimulai, Liel terlihat berbeda dari orang-orang pada pertandingan sebelumnya. Ia tampak tidak gegabah, tidak langsung menyerang Sha seperti peserta lainnya, melainkan memperhatikan setiap gerakannya dengan cermat, menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak.


"Hahaha, maaf, aku hanya sedikit melamun tadi. Nah, mari kita mulai pertarungannya, Sha. Semoga beruntung!" ujar Liel sambil tersenyum ramah.

Sha mulai melancarkan serangan-serangan yang terlihat masih sangat amatiran. Sha pun berusaha menggunakan tipu daya dan strategi licik untuk mencari celah dan mengalahkannya.

Namun, tampaknya Liel tidak terpancing oleh tipu daya Sha dan dengan langkah yang cermat ia mengantisipasi semua serangannya. Rasanya seolah-olah Sha sedang bermain catur dengan seorang master yang bisa membaca setiap langkahnya sebelum dirinya dapat melakukan suatu gerakan.

Sha mulai membaca sebuah mantra sihir untuk menyerangnya. Namun, ia dengan cepat menyerang Sha dan membuat sihirnya batal. Liel membalas dengan serangan tembakan lasernya yang begitu kuat, membuat Sha kebingungan untuk menghindar karena tidak yakin ke mana harus melangkah.

Dengan reflek yang cepat, Sha pun hanya bisa menangkis serangan tersebut dengan sihir bintang dari lawan yang sebelumnya ia kalahkan, ini merupakan reflek terbaik yang dimiliki olehnya. Tidak disangka Sha dapat menjiplak kekuatan orang yang ia kalahkan sebelumnya tanpa harus melukai dirinya.

Sha pun segera memerintahkan bintang tersebut untuk menyerang Liel. Sementara Liel sibuk menghindari serangan bintang yang mengejarnya, Sha menyempatkan diri untuk merapal mantra sihir yang bisa saja langsung memenangkan pertandingan ini. 

Mantra itu berupa sihir yang dapat mengubah partikel kecil menjadi ledakan, itu adalah sihir milik lawannya pada pertandingan sebelumnya.

Ketika Liel terlalu fokus menghadapi serangan bintang, ia tidak menyadari jebakan yang telah disembunyikan oleh Sha. Sihir tersebut meledak dengan kekuatan yang dahsyat. Sayangnya, Liel berhasil mengantisipasi serangan milik Sha dengan cara melakukan teleportasi ke belakangnya dan bersiap untuk menyerang.

Namun, Sha berhasil mengantisipasi serangan tersebut dengan melemparkan bola api ke arahnya. Setelah menghindari serangan itu, Liel langsung melakukan teleportasi mendekatinya lagi. Dengan cepat, Sha mengeluarkan pedangnya dan mulai menangkis serangannya.

Liel yang gagal menyerang Sha kemudian teleportasi kesampingnya, Sha pun terkena tebasannya yang begitu kuat. Namun, Sha masih dapat menahan rasa sakit tersebut.

Ekspresi Liel tampak berubah setelah dirinya terkena serangan tersebut, dan Sha memanfaatkan momen itu untuk membalas serangannya. Namun, dengan cepat Liel menangkis seluruh tebasannya dan menjauh dari tempat Sha berada.

Liel melanjutkan serangannya dengan tembakan laser. Sha pun mengulangi taktik sebelumnya untuk menghindari dampak serangannya dengan cara menangkis menggunakan sihir bintang. 

Meskipun berhasil, namun kecepatan dan intensitas serangannya membuatnya harus tetap waspada agar tidak terjebak dalam serangannya yang berlangsung begitu cepat.

Pertempuran berlangsung lama, memakan waktu lebih dari dua puluh menit. Sayangnya, kemampuan Sha untuk melihat masa depan, seperti yang pernah dilakukan oleh musuhnya sebelumnya, belum bisa digunakan olehnya. Sha belum tahu cara untuk mengaktifkan kemampuan tersebut. 

Saat mencoba cara yang pernah ia lakukan kepada lawannya sebelumnya, gerakan cepat Sha bahkan dapat menghentikan waktu, tampaknya belum cukup untuk mengalahkan Liel. Ia mampu mengimbangi kecepatan Sha dengan kecerdasan dan ketangkasannya. Ia terbukti sebagai lawan yang paling sulit yang pernah kuhadapi.

Liel sangat handal dalam melakukan teleportasi, cukup untuk membuat Sha merasa resah dan kesulitan. Disaat Sha sedang tidak waspada, tiba-tiba Liel menebasnya sekali lagi, menciptakan celah untuk menggunakan kemampuan vampirnya dan menghisap darah Sha.

Namun, secara mengejutkan, reflek Sha bereaksi dengan cepat. Dengan mengabaikan apa yang dilakukan oleh Liel, Sha berhasil mengeluarkan kemampuan sihir laser yang selama ini dimiliki oleh Liel. Cahaya berkilau meluncur dari telapak tangan kirinya, memantulkan warna-warni sinar sihir di sekeliling arena pertarungan. Serangan itu tidak hanya menghentikan serangan vampirnya, tetapi juga memberi Sha pemahaman tentang kemana Liel akan pergi selanjutnya.

Sha dapat merasakan getaran kecil yang mengindikasikan arah perpindahan Liel. Seakan membaca gerakannya sebelum ia melakukan teleportasi, membuat Sha merasa untung dengan strategisnya untuk menyesuaikan posisi dan merespons setiap tindakan lawannya

Sha sungguh terkejut, kemampuan untuk melihat masa depan kini telah aktif. Sementara itu, yang lebih mengejutkannya, Sha dapat menyadari bahwa ia juga dapat menggunakan kekuatan sihir yang dimiliki Liel tanpa harus mengalahkannya terlebih dahulu. Kemampuan menjiplak ini tampaknya bereaksi secara pasif, seolah-olah merespons kemampuan Liel dan mengakses energi sihirnya secara otomatis.

Dengan adanya kemampuan ini, Sha merasa semakin memahami kekuatan yang dimilikinya. Sha dapat memanfaatkan kombinasi antara melihat masa depan dan kemampuan lawannya sebelumnya yang pernah dikalahkan olehnya, merespon lebih taktis dan efektif dalam pertarungan. Rasanya Sha mengkombinasikan kemampuan yang dimiliki lawan dengan kemampuan yang murni dimiliki oleh dirinya sendiri.


"Sha, bagaimana bisa dia memakai kemampuan sihirku?!" desak Liel dalam hatinya, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Sha pun mulai mengkombinasikan kemampuannya, memulai dengan cerdik memasang jebakan sihir peledak di sudut arena. Sambil melancarkan sihir bintang yang membentuk formasi kompleks, siap mengejar Liel dengan cepat. Ketika Liel mulai bereaksi dan menghindari kejaran bintang, Sha dengan gesit melesat ke sampingnya, menebas dirinya menggunakan pedang miliknya.

Namun, sayangnya Liel berhasil menghindari serangannya, dan itu menjadi kesempatan bagi Sha untuk menghempaskan sihir bola apinya yang kini berwarna putih. Bola api tersebut menciptakan ledakan yang sangat dahsyat, membuat Sha dan Liel terhempas kearah yang berlawanan setelah terkena dampak ledakan yang kuat.

Ledakan itu menghasilkan banyak kabut, sehingga para penonton tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi. Para penonton begitu penasaran dengan apa yang akan mereka lihat setelah kabut-kabut itu menghilang. Suasana tegang pun menyelimuti arena pertarungan.

Sha segera bangkit dan bersiap menghadapi serangan berikutnya. Kabut-kabut ledakan itu mulai menghilang secara perlahan, dan Liel muncul dari balik kabut. Mereka berdua saling menatap, menunggu momen berikutnya dalam pertarungan yang semakin memanas.


Di tengah kabut yang menyelimuti arena, Liel tersenyum dengan ramah, sorot matanya penuh kekaguman. "Aku tidak menyangka, latihan dalam waktu yang sangat singkat dan mendadak dapat membuahkan hasil yang luar biasa seperti ini," ujarnya dengan suara hangat.

"Terima kasih, Liel," Ucap Sha sambil mengangguk sebagai tanda penghormatan atas apresiasinya.

Liel tidak memberikan kesempatan untuk berpikir lebih lama. Dengan cepat, ia meluncur ke arah Sha dengan kecepatan yang sulit untuk diikuti. Sha pun berusaha menghindarinya dengan melompat ke belakang.

Sha segera membalas serangan tersebut dengan kombinasi antara pedang dan sihir, menciptakan serangan yang sulit untuk diantisipasi oleh dirinya. Namun, Liel dengan kecerdikannya segera membalikkan keadaan dengan menembakkan lasernya ke arah pedang milik Sha yang membuat pedangnya terhempas. 

Sebelum Liel sempat menyerangnya dengan sihir yang mematikan, reflek Sha pun langsung bekerja. Dengan cepat, Sha meraih dirinya dan menghantamnya ke tanah.


"Si-Sial!!" Ucap Liel dengan ekspresi kesal.

Setelah melihat ekspresinya yang kini serius menganggap bahwa Sha adalahs seorang musuh, Sha mulai menjaga jarak darinya. Kemudian dengan cepat Liel bangkit kembali, mengabaikan rasa sakit yang dialaminya.

Liel terhuyung-huyung setelah mendapat serangan mendadak itu. Meskipun terlihat terkejut. Liel bangkit dengan cepat, menunjukkan bahwa pertarungan belum berakhir, terlihat bahwa seorang peramal gagal dalam melakukan pengelihatan masa depannya. Sha pun mengambil kesimpulan bahwa Liel tidak dapat bereaksi secepat itu ketika Sha sedang berada di jarak yang sangat dekat, Sha pun memperbarui strateginya.

Akan tetapi, Liel menciptakan klon dirinya yang tampak nyata, mencoba membingungkan Sha. Namun, dengan bantuan kemampuan melihat masa depan, Sha berhasil membedakan mana yang asli dan mana yang ilusi. 

Sambil menghindari serangan Liel, Sha berniat untuk mempersempit jarak. Sha memanfaatkan kemampuan melesat dengan cepat yang ia jiplak sebelumnya untuk mendekati Liel. Begitu berada di dekatnya, Sha melancarkan serangkaian pukulan api yang sangat cepat dan sulit dihindari.

Liel dengan cekatan menghindari beberapa pukulan, tetapi beberapa di antaranya berhasil mengenainya. Sha juga memanfaatkan kekuatan Kyros untuk ini.

Liel, meskipun terdesak dan kesakitan akibat pukulan tersebut, langsung merespons dengan serangan balik menggunakan sihir darah yang bersuhu sangat panas, membanjiri Arena. 

Sha pun menyempatkan dirinya untuk mengambil pedang miliknya yang terjatuh sebelumnya. Dengan kecepatan tinggi, membentuk angin tajam yang membelah banjir darah tersebut. Meskipun berhasil menahan sebagian serangannya, Sha tidak bisa menghindari beberapa tetesan darah yang cukup untuk membakar kulitnya.

Ketika pengelihatan masa depan miliknya tidak aktif dan Sha masih terlalu fokus dengan cairan panas yang menempel di tubuh miliknya, tiba-tiba Liel muncul di depanku dengan tatapan yang mengintimidasi, dengan gesit Liel menebas tubuh Sha. Meskipun luka yang diterima tidak terlalu dalam, namun rasa sakitnya tetap menusuk, seolah serangan tersebut mengabaikan seluruh durabilitas miliknya.

Liel terlihat ngos-ngosan setelah menebas tubuh Sha. Tanpa memberiku kesempatan untuk pulih, ia langsung menggunakan kemampuan sihirnya untuk menyedot darahnya melalui luka yang baru terbentuk.

Rasa sakit itu membuat Sha tersentak, dan Sha merasakan energi hidupnya perlahan-lahan terhisap oleh sihir darah milik Liel. Sementara itu, cairan panas yang menempel di tubuh Sha mulai membeku, menciptakan sensasi dingin yang kontras dengan rasa sakit yang menyengat membuat Sha berlutut dihadapannya.

Sha begitu menyadari bahwa situasinya kini semakin sulit. Liel benar-benar serius dibandingkan dari sebelumnya. Meskipun Sha memiliki kemampuan untuk melihat masa depan, tetapi tidak bisa selalu mengandalkannya. Sha perlu menemukan solusi untuk mengatasi serangan langsung dan efektif dari lawannya.

Ketika Sha kembali bangkit, secara mengejutkan, Sha merasa aneh karena ekspresi para penonton terlihat kebingungan. Mereka seolah tidak melihatnya, sehingga Sha dan Liel memutuskan untuk berhenti bertarung untuk sementara waktu.


"Yang mulia, kemana perginya kau yang mulia!" Ucap para pengawal kerajaan dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Peserta di arena menghilang, sementara sang raja juga ikut menghilang?!" Seru seorang penonton dengan ekspresi kaget dan bingung. 

Kejadian ini menciptakan kebingungan dan kegemparan di antara penonton, begitu juga dengan Sha dan Liel. Mereka berdua merasa aneh karena sepertinya para penonton itu tidak dapat melihat mereka berdua di tengah arena, padahal jelas-jelas mereka berdua masih berada di sana. Suasana yang tadinya penuh dengan sorak-sorai dan dukungan kini berubah menjadi gempar dan penuh tanda tanya.

Dalam kebingungan ini, Sha mencoba mengaktifkan kembali pengelihatan masa depan untuk mencari petunjuk. Namun, kemampuan tersebut masih tidak dapat aktif sepenuhnya. Sebelum Sha merasakan bahaya.

Sha merasa terisolasi dari dunia sekitarnya, ia seperti sedang berada dalam dimensi yang terpisah. 


Sha, dengan wajah penuh tanda tanya, bertanya, "Liel, apa yang terjadi? Mengapa mereka tidak bisa melihat kita?" 

Liel menggelengkan kepala, "Aku juga tidak tahu, Sha. Sepertinya seseorang menyabotase tempat ini."

Sha dan Liel, untuk sementara waktu, mencoba untuk saling melindungi satu sama lain di tengah-tengah kebingungan itu. Tiba-tiba, sang raja vampir muncul di depan mereka berdua.

"Pertempuran tadi sungguh hebat, aku sangat mengapresiasinya. Namun satu hal yang harus kupastikan, peserta nomor sembilan belas, Sha. Dari mana kau mendapat kekuatan itu?" ucap El-Yorah, sang raja vampir sekaligus dewa vampir itu sendiri, menatap mereka berdua dengan tajam. Suara-Nya terdengar tenang, namun penuh dengan kekuatan yang mengguncang.

Sha, kebingungan setengah mati, kemudian bertanya. "Ke-kekuatan apa? Apa yang anda bicarakan?!"

Liel yang mendengar hal tersebut ikut kebingungan dengan maksud dari El-Yorah.

El-Yorah kemudian melepas topengnya, memperlihatkan bekas kutukan di dahinya dan tersenyum ke arah mereka berdua. "Haha, jangan pura-pura bodoh, Sha... Sedari tadi aku memperhatikan dirimu lhoo, sebelum pertarungan dimulai, energi sihir yang ada di dalam dirimu begitu besar untuk dijadikan sebagai peserta amatir. Aku berkata sedemikian rupa kepada orang bertugas untuk menghimbau kemampuan para peserta."

"Dan mereka berkata bahwa 'gadis kecil itu masih memiliki pengalaman yang masih sangat pemula'. Mereka begitu tidak mempercayai diriku, bahwa dirimu itu sangatlah kuat, sehingga aku memerintahkan kepada mereka untuk meninggikan tahap setiap dirimu berhasil memenangkan satu kali ronde yang ada." Jelas El-Yorah.

"Semakin tinggi tahap yang kutetapkan kepadamu, maka semakin kuat pula energi sihir yang ada pada dirimu..." Kemudian El-Yorah menyelesaikan kalimatnya sambil menutup topengnya, menyembunyikan bekas kutukan yang tadi ia perlihatkan sebelumnya.

Liel yang mendengar hal itu, tidak terima. Dengan lantang, ia berbicara kepada rajanya sendiri, "Setelah mengetahui hal tersebut, kau mau apa dengan Sha? Ja-jangan bilang..."

"Ya... Benar aku ingin bertarung dengannya, tenang saja. Para penonton tidak akan melihat kejadian ini karena diriku telah memasang ilusi tidak terlihat di tempat ini." Jawab El-Yorah.

Meski penonton tidak dapat melihat kejadian itu, namun para entitas masih dapat melihat mereka bertiga ditengah-tengah arena. 


"Apakah kita harus segera bertindak?" Tanya Entity 07 (Forgotten).

"Jangan gegabah dulu... Create, Reality ,dan Zero tidak ada disini. Takutnya mereka akan marah besar karena kami semua bertindak sesuka hati tanpa pengawasan dari mereka." Jawab Entity 01 (Destiny).

Sha dan Liel benar-benar harus berhadapan dengan raja/dewa vampir ini, tidak. Mungkin hanya Sha yang harus berhadapan dengannya.

Benar! Hanya dirinya yang ditantang olehnya.

Dengan mengambil satu langkah, El-Yorah mendekati Sha. Liel dengan cepat menyerangnya karena tidak ingin raja vampir tersebut melukai Sha.

Namun, dengan cepat raja vampir tersebut mematahkan seluruh serangan yang dilancarkan oleh Liel. El-Yorah melancarkan tendangan yang sangat simpel namun mematikan. Tendangan itu menyebabkan Liel seketika tidak sadarkan diri.

Melihat hal itu, Sha pun sangat syok, melihat Liel yang dikalahkan begitu saja. Hatinya terasa berat dan terpukul oleh kekuatan El-Yorah yang begitu luar biasa. Sementara itu, ekspresi El-Yorah hanya menunjukkan ketidakpedulian yang dingin.

"Kau sudah lihatkan? Aku bersungguh-sungguh ingin menantangmu pada pertandingan kali ini." Tegas El-Yorah dengan bersikeras.

Karena panik, Sha pun mulai menyerangnya secara membabi buta. Sihir-sihir terkuat miliknya, termasuk bola api, sihir bintang, dan serangan laser, ia hantamkan ke arah El-Yorah. Namun, El-Yorah dengan mudahnya menghindari setiap serangannya, menunjukkan bahwa kekuatannya memang diatas rata-rata.

Meskipun Sha berusaha keras, serangan-serangannya tampak tidak berarti apa-apa baginya. Setiap usahanya untuk mengenainya sia-sia, seolah dirinya tahu persis setiap langkahnya. Ketika giliran El-Yorah menyerang, kemampuan Sha untuk melihat masa depan tiba-tiba aktif.

Dengan cepat Sha mencoba mengantisipasi serangannya, percaya bahwa pengelihatannya akan membantunya menghindar. Namun, kejutan datang begitu cepat ketika serangan yang dilihat dalam penglihatan masa depan tidaklah sama persis dengan apa yang terjadi. El-Yorah mampu mengubah pola serangannya secara instan, membuatnya kesulitan dan akhirnya dihajar oleh dirinya. 

Sha pun terhempas oleh pukulan yang tampak tidak biasa itu. Meskipun demikian, dengan langkah yang berat, Sha berhasil bangkit kembali. Meskipun tubuhnya terasa sangat lelah dan terluka.

Liel yang terkapar mulai sadarkan diri, tetapi sekujur tubuhnya begitu lemah, dalam kondisi seperti itu tidak mungkin untuknya melanjutkan pertarungan. El-Yorah menatap mereka berdua berdua dengan senyum meremehkan.

"Kau memang memiliki potensi, tetapi masih jauh dari cukup untuk melawan takdirku," ujar El-Yorah dengan nada sombong. 

Dalam keadaan lemah ini, Sha mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan dan berbicara, "Mengapa kau melakukannya? Apa yang kau inginkan dariku?" 

El-Yorah tersenyum dan menjawab, "Kau, telah ditetapkan sebagai musuh bagi dewaku. Apa kau tahu? Dewaku sudah lama membenci para utusan palsu seperti dirimu, yang hadir untuk menyelamatkan takdir dunia ini."

Kata-kata tersebut membuat suasana semakin tegang, terlebih lagi disana ada Liel yang setengah sadar mendengar ucapan tersebut, Sha pun semakin menyadari bahwa pertarungan ini tidak hanya masalah fisik, tetapi juga melibatkan konflik antarkeyakinan dan takdir dunia.


"A-apa maksudmu dengan UTUSAN PALSU?!!" Tanya Sha sambil melangkah mundur, berhati-hati dengan dirinya.

El-Yorah melangkah maju, menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. "Dewaku, penguasa dunia vampir dan para dewa yang ada di dimensi sana (Al-Batlan), merasa terancam oleh para utusan sepertimu. Mereka datang dengan dalih menyelamatkan dunia. Namun, sebenarnya hanya menciptakan kekacauan dan mengubah takdir yang seharusnya tidak terjadi."

"Aku bukan datang untuk menciptakan kekacauan. Aku hanya... HANYA....," jawab Sha yang terbata-bata sambil melangkah mundur, mencoba membela niat baiknya. Namun, dirinya begitu gugup, karena ketakutan yang merayap seluruh tubuh. Suasana semakin tegang, dan kata-katanya pun terhenti sejenak di tengah kebimbangan.

"HANYA APA!!" El-Yorah kemudian melangkah maju untuk menyerang Sha. Dengan kecepatan yang luar biasa, serangannya mengarah ke Sha, memperlihatkan kekuatan dan kemarahan yang melibatkan keyakinannya yang mendalam. Sha pun harus mengambil tindakan untuk menghindari serangannya yang sulit untuk diprediksi.

Sha begitu ketakutan, meminta pertolongan pun percuma karena tidak ada yang dapat melihat mereka bertiga. Liel dengan kondisinya yang masih belum pulih kemudian melangkah maju, berdiri didepan Sha untuk melindunginya. Ia kemudian berkata.


"Sha... mungkin perkataannya ini sebuah kebohongan belaka, namun aku harus memastikannya terlebih dahulu. Bagaimana jika kau menceritakannya secara rinci setelah ini?"

Setelah Sha mendengar ucapan dari Liel, hatinya terasa sedikit tenang. Pikirannya yang tadinya kacau mulai kembali normal. Sekejap, Sha teringat tentang suatu makhluk yang bukan berasal dari dunia ini. Mungkin mereka dapat menolongnya dalam situasi ini.

....

.......

..........

Dan benar saja... 

Serangan dahsyat tiba-tiba menghantam kearah El-Yorah yang membuatnya sedikit terguncang. Namun ia masih dapat bertahan dari serangan tersebut.

"Apa-apaan!!..." Ucap El-Yorah karena kesakitan menahan serangan tersebut, juga terkejut karena terlalu mendadak.

"Hei, suara itu, darimana datangnya suara itu?!!" Tanya penonton yang kaget.

"Minggir, biar kulihat!" Pekik pengawal kerajaan melihat situasi arena pertarungan.

Itu adalah Entity X (Create) yang datang untuk memberikan pertolongan, ia berkata. "El-Yorah... Si raja vampir, kau telah melakukan sebuah kesalahan yang begitu fatal."

"Si-siapa kau?!!" El-Yorah bertanya, wajahnya penuh dengan kebingungan.

Entity X (Create) kemudian menantang El-Yorah untuk berduel dengannya, ia berkata. "Jika seranganmu dapat mengenai diriku sekali saja, maka aku aku akan memberitahukan siapa diriku sebenarnya."

Merasa tidak terima diremehkan, El-Yorah kemudian melancarkan beribu-ribu serangan yang sangat mematikan dan sulit untuk dihindari kearah entitas tersebut. Sementara itu, disisi kursi para penonton.

Entity A (Reality) kembali ke kursi para penonton, tempat para entitas lainnya berada. Mereka kembali ke planet tersebut hanya berdua, tanpa Entity 00 (Zero).

Para entitas yang penasaran tentang kemana perginya Entity 00 (Zero), menanyakannya kepada Entity A (Reality). Namun ia dengan dingin tidak menghiraukan pertanyaan tersebut, ekspresi dari Entity A (Reality) yang sedari awalnya selalu tersenyum optimis, kini berubah menjadi serius.

Oleh karena itu, para entitas lainnya meminta maaf dan tidak jadi mempertanyakan keberadaan Entity 00 (Zero) dan lanjut menonton pertandingan yang kini diambil alih oleh El-Yorah dan Entity X (Create).


"Apakah masih ada pertarungan dibawah sana? Suaranya masih ada namun orangnya hilang entah kemana." Ucap salah satu penonton yang kebingungan.

Lash, yang mendengar perkataan tersebut, merasa heran. Dengan inderanya, ia merasakan bahwa Liel, saudarinya, masih berada di Arena, namun ia tampak tidak dapat melihatnya.


"Kau berlagak sombong layaknya yang terkuat, tapi mengapa seranganmu tidak ada yang mengenai satupun kepadaku. Keberadaanku disini hanya ingin menolong Sang Utusan." Ujar Entity X (Create) kepada raja vampir tersebut.

"Oh ya... Satu lagi, seperti apa wujud dewa yang kau kontraki itu?" Tanya Entity X (Create).

"Dewaku? apa urusanmu dengan dewaku!?" Tegas El-Yorah.

"Tck Tck Tck, membuang waktu saja, aku masih ada urusan dengan Sang Utusan. Aku akan membawanya pergi bersamaku." Entity X (Create) menyatakan dengan tegas.

Sementara itu, Liel yang baru saja pulih, berdiri di samping Sha, menatap Entity X (Create) dengan penuh keheranan. "Utusan, Sha? Siapa sebenarnya dia ini, Kekuatannya begitu luar biasa."

Entity X (Create) menggunakan kemampuan teleportasinya untuk melarikan diri. Sha, Liel, dan juga para entitas yang sedang menonton ikut dibawa ke hutan belantara yang biasa dijadikan tempat latihan, yaitu Alteyer.


Setelah meluncur ke hutan tersebut, Entity X (Create) berkata kepada Liel dengan tegas, "Aku terpaksa membawamu ke sini hanya karena ingin menyelamatkanmu. Kalian berdua telah berada dalam bahaya jika berhadapan langsung dengan El-Yorah. Mulai sekarang, hindarilah negeri itu untuk keamanan kalian." Mata Entity X (Create) tampak serius, mengindikasikan pentingnya nasihat yang diberikannya.

"Aku dan Sha telah menjadi buronan? Lalu bagaimana dengan kakakku (Lash). El-Yorah tahu betul mengenai kakakku." Tanya Liel dengan ekspresi khawatir.

Entity X (Create) dengan tegas menjawab, "Tenanglah, kakakmu, Lash, akan baik-baik saja. Ingatannya tentang keluargamu telah kuhapus. Baginya, Lash hanya sebatas orang asing saja."

Liel merasa kesal dengan pernyataan tersebut, kemudian berkata, "Kenapa kau tidak menghapus ingatannya tentang diriku dan Sha, agar kami berdua tidak menjadi buronan, seperti yang kau katakan." Wajahnya mencerminkan kekhawatiran dan kegelisahan yang mendalam, seolah-olah mencari solusi agar dirinya dan Sha tidak terus dikejar dan diancam oleh El-Yorah.

Entity X (Create) tersenyum sinis mendengar pertanyaan Liel. "Demi menghindari masalah... Sampai sebegitunya ya," ucapnya sambil melihat sekeliling hutan belantara yang sunyi. Ekspresinya penuh dengan pemahaman tentang keadaan yang sulit yang dihadapi oleh Sha dan Liel.

Liel terdiam setelah mendengar ucapan tersebut, memahami seluruh kalimat yang di ucapkan olehnya.


Entity X (Create) menambah, "Karena kau telah berada disini, jadi. Mau tidak mau aku harus memberitahukan sebuah fakta. Bahwa Sha, adalah seorang utusan yang akan menyelamatkan dunia ini. Bisakah kau menjaga rahasia ini?" 

Liel tidak percaya dengan pernyataan tersebut, ia langsung bertanya kepada Sha, "Sha, apakah ucapannya itu benar?"

Sha hanya terdiam dan mengangguk, seolah menutupi kebenaran tersebut yang sudah diucapkan oleh Entity X (Create)Sha menatap Liel dengan tatapan yang penuh keraguan dan rasa berat hati. Setelah beberapa saat Sha mengalihkan pandangannya kearah Entity X (Create) dan berkata.


"Create, bisakah kau memberitahuku. Apa tujuanmu sebenarnya setelah membawa kami kesini disaat diriku sedang melakukan pertarungan? Bukankah kau sendiri yang mengarahkanku untuk mengikuti pertarungan tersebut." tanya Sha dengan ekspresi kekhawatiran di wajahnya.

"Itu benar, kami, sebagai sesama entitas, kami merasa kebingungan setelah mendapati perubahan perilaku dirimu dan juga Reality. Kalian bertiga pergi keatas sana bukan, apa yang terjadi di atas sana. Dan di mana keberadaan Zero?!" tanya Entity 01 (Destiny).

"Aku hanya bisa memberitahukan maksudku membawa kalian semua kesini, sementara Zero... aku belum dapat memastikan apa-apa." Jawab Entity X (Create) dengan wajah serius.

"TCHH, SIALAN KAU!! Reality bagaima-." Teriak Entity 03 (Failure), kemudian ucapannya terhenti setelah melihat tatapan Entity A (Reality) yang begitu datar kepadanya. Ia berfikir bahwa Entity A (Reality) seharusnya tidak memperlihatkan ekspresi seperti itu.

Entity 03 (Failure) melihat tatapan datar dari Entity A (Reality), seolah-olah menyadari bahwa situasi ini lebih rumit dari apa yang ia pikirkan. Karena begitu, ia hanya menunggu penjelasan mengenai apa yang terjadi diatas, berharap lebih kepada kedua entitas tersebut.

Setelah kedua entitas itu memberikan penjelasan tentang apa yang mereka alami di atas sana, para entitas hanya memberikan reaksi dengan wajah tertunduk. Sementara Sha dan Liel, masih belum dapat mencerna perkataan dari Entity X (Create), Sejatinya, mereka berdua belum kenal betul dengan situasi yang dijelaskan oleh para entitas, karena mereka hanyalah makhluk hidup biasa yang tidak tahu mengenai konsep dimensi ke atas dan konsep dewa.

Namun, Sha merasa sedih setelah mengetahui bahwa Zero wakil pemimpin dari para entitas itu menghilang. Tidak meninggalkan jejak sedikit pun di luar angkasa sana.


"Sha, Arraziel atau kita panggil saja dia sebagai The Fallen (malaikat jatuh) itu sepertinya sedang mengincarmu, maka dari itu, untuk menjaga dirimu sendiri. Kami (para entitas) akan memperketat pelatihanmu." Ujar Entity X (Create).

"Seperti yang kukatakan tadi, ia bukanlah lawan yang sembarangan. Ia lebih kuat dari kami, bahkan lebih kuat dari dewa manapun yang ada di alam semesta ini. Namun, bukan berarti dirimu harus berputus asa setelah mendengar kalimat dariku. Seperti yang dikatakan oleh Karae, malaikat dengan penampilan mengerikan yang pernah kau lihat waktu itu. Apa kau ingat siapa malaikat itu?" Tambahnya lagi, berupaya membuat Sha agar bersemangat dari keputusasaannya.

"Aku... aku mengingatnya." Ucap Sha dengan bimbang.

Entity X (Create) mengacungkan jempol kepada Sha, "Malaikat itu berkata bahwa potensi kekuatanmu mampu melampaui bahkan Karae itu sendiri. Jadi, meskipun Arraziel mungkin lebih kuat, tetapi dirimu memiliki kekuatan yang tak terduga. Kami akan membantu untuk mengembangkan kekuatanmu itu, dan ingatlah bahwa kau tidak sendirian dalam perjuangan ini."

Semangatnya pun mulai pulih secara perlahan setelah mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Entity X (Create)Namun, dalam situasi apa pun juga juga Sha harus tetap berfikir positif untuk menghadapi seluruh masalah kedepannya.



Bag 2 Kekuatan Baru 


Selama beberapa tahun lamanya hingga Sha menginjak usia remaja, pelatihan di hutan tersebut sangat membosankan, mereka terus mengasah kemampuannya.

Sha belajar menguasai berbagai macam hal, seperti ilmu sihir, bertarung melawan monster-monster kuat, dan menjelajahi tempat-tempat sakral yang tersimpan di dalam hutan.

Hari ini, adalah hari dimana Sha diberikan kekuatan oleh para entitas tersebut...

Sebenarnya Sha juga agak kecewa, mengapa harus mengundur waktu hingga bertahun-tahun untuk mendapatkan kekuatan dari Sang Pencipta.

Begitu pula dengannya, mana mungkin Sha dengan santainya menanyakan hal tersebut.

Para entitas itu menepati janjinya untuk memberikan kekuatan dan memberikan pesan kepada mereka berdua untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain.

Namun, setelah pemberian kekuatan itu, para entitas pergi, meninggalkan mereka berdua begitu saja di hutan belantara, dan Sha pun merasa kebingungan tanpa arahan dari mereka selama beberapa tahun.


Dalam kekosongan ini, Sha dan Liel mencoba menjalani kehidupan mereka dengan lebih mandiri. Tidak jelas apa yang sedang terjadi di luar angkasa sana atau bahkan di dunia tempat mereka tinggal.

Mungkin ada sesuatu yang lebih penting di atas sana, siapa tahu.

Namun, ingatan Sha tentang kepergian Zero masih berbekas, teman para entitas yang menghilang tanpa jejak, tetap menjadi beban pikirannya.

Sha ingin mencoba untuk mengenal lebih lanjut seperti apa kekuatan yang diberikan oleh para entitas ini. Setelah beberapa kali gagal mencoba, akhirnya Sha berhasil untuk mengeluarkan energi dahsyat yang terpancar di telapak tangannya.

Kekuatan ini, jika dilihat-lihat dengan sekilas memiliki bentuk yang mirip seperti lubang hitam, dengan pusaran energi listrik berwarna merah menyala yang mengelilinginya. Pusat dari kekuatan ini terlihat sangat intens, seakan menyimpan kekuatan yang luar biasa.

Liel begitu kagum ketika melihat kekuatan baru Sha yang telah diraih oleh usaha kerasnya sendiri. Sha merasa semakin terhubung dengan sumber kekuatannya. Energinya menjadi lebih besar dan lebih terfokus. Dengan Liel yang tetap mendukung dan memahami, Sha memutuskan untuk menjelajahi kemampuan barunya dengan lebih mendalam.

Pertama-tama, Sha mencoba untuk memahami lebih banyak tentang kekuatan lubang hitam yang ada di tangannya. Dengan berkonsentrasi, ia dapat mengendalikan intensitas dan arah energi tersebut. 

Ia belajar menggunakan kekuatan ini untuk menciptakan perisai energi yang kuat dan serangan yang dapat menghancurkan. Selain itu, Sha menemukan bahwa kekuatan ini dapat digunakan untuk memanipulasi ruang dan waktu dalam batas tertentu, memberinya keunggulan taktis dalam pertempuran.

Selain itu, kekuatan yang Sha miliki dari beberapa tahun yang lalu telah berkembang. Kemampuan untuk meramal masa depannya juga telah meningkat, terbukti dengan kemampuannya yang dapat merasakan apa yang akan dilakukan oleh Liel sepuluh detik ke depan.

Mengetahui hal tersebut, mereka berdua segera mencari makhluk mitologi (monster) di dalam hutan tersebut dengan maksud untuk menguji kemampuannya. Di tengah pencarian, mereka justru menemukan area yang cocok untuk tempat menginap nantinya. 

Tempat tersebut dikelilingi oleh pepohonan tua yang menjulang tinggi, menciptakan rasa tenang dan damai. Di pusat area tersebut, terdapat sebuah sumber air yang jernih dan udara yang segar.


"Wahh ini suasana disini sangat tenang, aku tidak menyangka bahwa ada tempat seperti ini di tengah hutan yang menyeramkan. Lebih baik kita menginap disini daripada di tempat terbuka dengan api unggun ditengahnya." Liel berkata dengan kagum, sambil meletakkan barang yang ia bawa di tempat tersebut.

"Kamu mau mengurus tempat ini?" tanya Sha.

Liel menjawabnya dengan semangat. "Ya! tentu saja." sambil menganggukan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu, aku ingin mencari monster di sekitar sini untuk dijadikan bahan latihan." balas Sha.

"Jaga diri baik-baik ya Sha. Ingatlah untuk kembali kesini." Ucap Liel sambil melambaikan tangannya.

"Duh kamu ini, aku sudah cukup besar untuk diberitahu seperti itu." Balas Sha dengan wajah sedikit tersenyum.

Setelah pembicaraan tersebut, Sha mulai mencari monster yang ada di sekitar tempat tersebut. Namun, betapa kecewanya ia, bahwa tidak ada satupun monster yang dapat ditemukan disana.

Ditengah kekecewaan, Sha mengingat tentang nasib pamannya yang ada di negeri Agio Vouno dan juga kakaknya Liel yang masih berada di negeri Barnicia. Mengingat bahwa sudah beberapa tahun lamanya dirinya tidak bertemu dengan orang yang ia cintai, Sha begitu ingin kembali ke negeri tersebut.

Namun, jika Sha pulang ke Agio Vouno, haruskah Sha membawa Liel kemana pun ia pergi?

El-Yorah memiliki hubungan diplomatik dengan raja disana, mungkin saja Liel dan dirinya telah dijadikan sebagai buronan di negeri tersebut.

Setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya Sha memutuskan untuk memulai pencarian monster. Ia ingin menguji kemampuan baru yang kini dimilikinya.

Sha melangkah dengan santai melalui hutan yang sunyi, mata dan telinganya terlihat sensitif karena terlalu bersemangat dengan apapun yang ada di hutan itu. Sementara itu, Liel dengan antusias memulai pekerjaannya untuk merawat tempat tersebut, membersihkan daerah sekitar, dan menyusun perlengkapan dengan rapi. 

Setelah sekian lama menjelajah, Sha merasa kekuatan barunya berdesir di telapak tangan, memanggil untuk digunakan. Dalam keheningan hutan, ia tiba-tiba dihadapkan oleh seekor makhluk mitologi yang muncul dari balik semak-semak.

Monster itu memiliki tubuh yang besar dan dilapisi sisik keras, matanya berkilat penuh keganasan. Monster tersebut juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi energi listrik di sekitarnya. Setelah merasa bahwa tubuh monster ini cocok untuk dijadikan bahan latihan, Sha langsung menggunakan kemampuan barunya yang mirip dengan lubang hitam. 

Dirinya merasakan getaran energi yang dimilikinya memenuhi ruang di sekitarnya. Dengan penuh konsentrasi, Sha melepaskan kekuatan barunya, menciptakan pusaran energi listrik yang mengarah ke monster tersebut. Namun, alih-alih menghisap tubuh monster, kekuatan tersebut menargetkan sihir yang ada pada tubuh monster tersebut. 

Monster itu merintih kesakitan, merasakan kekuatan sihirnya ditarik keluar secara paksa. Dengan cepat Sha menghentikan kemampuannya ketika merasa bahwa sihir yang cukup telah diambil. Meskipun monster itu tidak terluka secara fisik, namun kehilangan sihir membuatnya lemah dan terbebani.

Setelah lama berlutut, monster tersebut menyerangnya lagi dengan brutal. Namun, karena telah lelah, tampaknya monster tersebut tidak sekuat seperti sebelumnya. Sehingga Sha masih dapat menghindari serangannya dengan sangat mudah.

Di tengah-tengah pertarungan tersebut, Sha berpikir bahwa kemampuan lubang hitam ini adalah versi kuat dari kemampuan menjiplak yang ia miliki saat ini. Karena cara kerja dari kekuatannya yang sangat mirip seperti lubang hitam. Dengan tapilan energi listrik berwarna merah menyala di sekitarnya. Sha memutuskan untuk menamai kekuatan ini dengan sebutan "Gravastar".

Tak terasa, matahari sudah terbenam. Setelah berhasil mengalahkan monster tersebut, Sha merasa semakin yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Sha menyadari bahwa Gravastar, kekuatan yang diberikan oleh Entity X (Create), memiliki potensi besar untuk menjadi senjata yang efektif dalam mempertahankan diri.

Sha pun kembali ke tempat mereka bermalam. Liel sudah menyiapkan makanan yang akan mereka santap pada malam itu. Saat melihat Sha kembali dengan selamat, Liel tersenyum.


"Bagaimana hasil perburuanmu?" tanya Liel. 

Sha tersenyum bangga, "Aku tidak percaya ini, Gravastar memang luar biasa."

"Gravastar? Wahhh itu adalah nama yang bagus, bolehkah aku bertanya kepadamu, bagaimana kekuatan itu dapat bekerja?" Ucap Liel.

"Aku hanya sedikit berspekulasi bahwa kekuatan ini bukanlah untuk menyakiti fisik lawan, melainkan hanya untuk menghisap sihir yang dimilikinya. Dengan daya setrum yang lumayan dahsyat, mereka akan berlutut tidak berdaya, kemudian secara otomatis, aku mendapatkan kekuatan sihir yang dimiliki oleh lawanku." jawab Sha.

"Entah kenapa berfikir seperti ini, kurasa kekuatanmu melebihi sihir laser yang ku miliki." Balas Liel dengan kagum.

"mana mungkin begitu, Kamu ini memang jagonya merendah ya!" Sha pun membalas dengan nada bercanda.

Malam itu berlalu dengan damai di dalam hutan belantara. Sha dan Liel duduk bersama di dekat api unggun, bercerita tentang petualangan mereka dan merencanakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Suasana tenang dan hangat mengelilingi mereka, menghapus sedikit rasa kekosongan akibat kepergian para entitas.

Mulai dari bercerita tentang kisah seram walaupun mereka tidak takut sama sekali dengan makhluk astral. Lalu, mereka mengadu banding antara kemampuan sihir milik Sha dan milik Liel, Sha juga menikmati berbagai kegiatan lain di malam itu, seperti memperdebatkan topik-topik menarik.

Ketika sudah larut malam, Liel merasakan ngantuk yang sangat berat, mungkin karena kelelahan menemaninya sepanjang perjalanan. Dengan senyum kecilnya, ia mengucapkan selamat malam dan beranjak pergi menuju tempat tidur.

Sementara Sha masih belum bisa tidur, terus terbayang rasa penasaran yang besar terhadap kekuatan yang baru saja ia temukan. Sambil menatap api unggun yang mulai redup, pikiran-pikiran bergejolak memenuhi kepalanya.

Sha duduk sendiri di dekat api unggun yang semakin lama semakin redup, Sha merenungkan segala hal yang telah terjadi selama perjalanan mereka. Pikirannya melayang ke masa lalu, mengingat setiap detik pelatihan di hutan belantara dan petualangan yang mereka alami bersama.

Sha pun berharap agar para entitas kembali ke dunia ini lagi, Sha tidak mengharapkan apapun kepada mereka. Sha hanya belum terbiasa ditinggal seperti ini.

Ditengah banyak pikiran tersebut, tiba-tiba Sha mendengar sesuatu dari gelapnya hutan yang ada disana.

Sha pun berdiri seakan baru saja mendapatkan motivasi baru. Sha meninggalkan api unggun dan pergi menuju kegelapan, guna mencari sumber dari suara tersebut. Pikirnya itu adalah sebuah petunjuk.

Namun, ketika ia semakin dekat dengan sumber suara tersebut, yang kulihat disitu adalah sebuah benda yang sengkoyong muncul... Sebuah portal yang memungkinkannya untuk pergi menuju ke dimensi lain.

Sebenarnya Sha hendak untuk pergi meninggalkan tempat tersebut, karena tidak ingin menerima resiko apapun itu. Namun, setelah ada suara yang tiba-tiba muncul (menyuruhnya untuk masuk kedalam).


"Selamat datang wahai Sang Utusan... Bisakah kau meluangkan waktu untuk memasuki dimensiku sebentar? aku ingin berbicara denganmu." Kata sosok misterius tersebut, mencoba untuk membujuknya.

"Siapa kau?" Tanya Sha sambil berkeringat dingin, mencoba untuk memastikan apakah makhluk itu dapat dipercaya.

"Kau dapat mengetahuinya ketika kau memasuki portal tersebut." Tegas sosok itu.

Sha pun tidak yakin akan perkataan sosok itu dan mencoba untuk lebih memastikannya lagi. "Coba jelaskan, bagaimana aku dapat mempercayaimu?"

". . ." Namun sosok tersebut tidak membalas apapun ucapan dariku (Sha).

Karena itu, Sha pun segera kembali menuju tempat penginapan. Tidak ingin mengambil resiko apapun karena belum jelas niat dari makhluk tersebut.

Setibanya di tempat penginapan, Sha merasa lega untuk bisa beristirahat sejenak setelah hari yang panjang dan penuh dengan pertarungan serta refleksi. Meskipun masih penuh dengan pertanyaan dan ketidakpastian, saat ini yang terpenting adalah mendapatkan istirahat yang cukup.

Keesokan harinya, seperti biasa Sha dan Liel memutuskan untuk melanjutkan pencarian monster sebagai bahan latihan. Sha merasa semakin percaya diri dengan kekuatan barunya, Gravastar, dan ingin terus mengembangkannya melalui pengalaman bertarung dengan monster-monster.

Ditengah-tengah pencarian, Lie sambil cemberut bertanya, "Sha, apa kau tidak bosan dengan hanya melawan para monster?"

"Selama aku masih dapat mengembangkan kekuatanku mengapa harus bosan?" Jawab Sha.

"Tapi tampaknya  monster yang kamu lawan tidaklah menghasilkan apapun, melainkan hanya menghabiskan waktu saja. Bukankah kau melawannya dengan terlalu mudah?" Liel melanjutkan pertanyaannya.

Sha termenung untuk sementara waktu, "Benar juga. Lalu, apa yang harus kita berdua lakukan sekarang?"

Liel menjawab, "Bagaimana jika kita berdua melakukan pertarungan di hutan ini? mumpung disini tidak ada orang yang melihat kita."

Setelah mendengar saran dari Liel, Sha tersenyum. Ide itu terdengar menarik baginya. Selain menjadi kesempatan untuk menguji kemampuan bertarung mereka, pertarungan antara mereka berdua juga bisa menjadi sarana untuk saling mengasah keterampilan dan memahami kekuatan masing-masing lebih dalam. 

"Baiklah, itu terdengar seperti rencana yang bagus. Kita bisa saling menguji kemampuan kita sendiri dan melihat sejauh mana kita telah berkembang selama ini," ujar Sha setuju.

Dengan antusiasme, mereka berdua mulai menyiapkan diri untuk pertarungan. Mereka menentukan aturan-aturan yang adil dan bersiap untuk bertarung dengan semangat. Meskipun mereka teman baik, saat berada di medan pertempuran, mereka sama-sama serius untuk memberikan yang terbaik.

Sha dan Liel bersiap untuk memulai pertarungan yang menarik di hutan belantara, di mana hanya alam yang menjadi saksi atas uji kekuatan mereka.

Pertarungan dimulai saat Sha melepaskan serangan andalannya, bola api, yang langsung ditangkis oleh serangan laser tajam dari Liel. Dengan kekuatan yang baru ia miliki, Sha dengan mudah menghindarinya.

Liel dengan cepat berteleportasi mendekatinya, memakai pedangnya yang berkilat di bawah cahaya matahari. Tanpa ragu, Sha pun menyerang balik dengan pedangnya, tebasan dibalas dengan tebasan, menyulap ruang di sekitar kami menjadi arena pertarungan yang mempesona.

Di masa lalu, menghadapi Liel di arena adalah tantangan yang luar biasa bagi Sha. Seperti berusaha menangkap seekor gajah dengan kawanan anjing. Namun, sekarang... Didalam hutan yang sunyi ini, mereka bertarung sebagai lawan yang setara.

Aneh rasanya, Sha menemukan kesenangan dalam pertarungan ini. Setiap gerakan yang akan ditunjukkan oleh Liel dengan mudahnya Sha atasi. Pikiran-pikiran Sha pun melayang kepada kemampuan barunya, "Gravastar".

Saat Liel melihat bola hitam bersinar di tangan Sha, ekspresinya berubah. Namun, saat Sha mulai mengarahkan kekuatan Gravastar ke arahnya, Liel merasakan kekuatan misterius itu mengintimidasinya.

Ketika berhadapan langsung dengan kekuatan itu. Energi sihir yang dimiliki oleh Liel terasa ditarik keluar secara paksa oleh Gravastar, membuatnya merintih kesakitan. Tubuhnya terasa lemah dan terbebani, dan ia merasakan dirinya semakin terjatuh ke tanah. 

Sha, yang melihat Liel berlutut dihadapannya, segera menyadari konsekuensi dari kekuatannya. Khawatir dengan kondisi Liel, Sha pun segera menghentikan pertarungan dan menghilangkan kekuatan Gravastar dari tangannya.


"Liel, maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyakitimu," ucap Sha dengan nada penuh penyesalan, sambil membantu Liel bangkit dari tanah. 

Liel, meskipun masih terengah-engah dan lemah, tersenyum lembut di tengah hembusan angin. Dengan sorot mata yang lembut, dia berkata, "Bo-bodoh, bu-bukankah aku... yang mengajakmu untuk bertarung. Ke-kekuatan itu... Te-rasa seperti sedang merusak organ dalamku, tapi... jangan khawatir. Aku tahu kamu tidak bermaksud begitu..." Suaranya terdengar rapuh.

Mereka berdua kemudian duduk di dekat api unggun, membiarkan ketenangan kembali mengisi udara. Sha masih merasa bersalah atas apa yang terjadi. Namun, Liel segera meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Liel sambil tersenyum berkata, "Kenapa cemberut begitu? haha, kita berdua masih memiliki banyak hal untuk dipelajari tentang kekuatan baru kita."

Sha merasa lega melihat Liel mengambil sikap yang penuh pengertian. Walaupun dirinya merasa bersalah atas apa yang terjadi, tapi mendengar kata-kata dari Liel membuatnya merasa lebih tenang.

Dalam suasana tenang itu, tiba-tiba ada yang menyahut

"Sang Utusan....., Sang UTUSAN???!!"

"Si-siapa itu?" bentak Sha sambil melepaskan pedangnya dari sarung.

Liel menatap Sha dengan heran karena tiba-tiba ia teriak sendiri. "A-ada apa Sha?" Ucapnya dengan begitu kebingungan.

"Liel, apa kau mendengar suaranya? dia memanggil ku dengan sebutan 'Sang Utusan'." Sha menjelaskan tentang apa yang terjadi kepadanya.

Liel kebingungan karena sejatinya ia tidak mendengar suara apapun. "Dia memanggilmu 'Sang Utusan'??, bukank-" Ucapan Liel tiba-tiba dipotong oleh Sha. 

"Ssstt, dia memanggilku untuk pergi kesana. Bisakah kau menungguku disini sebentar?" Tanya Sha kepada Liel.

Liel mengangguk dan membiarkan Sha untuk pergi sendiri. Namun, hal yang diluar dugaan terjadi. Secara tiba-tiba Sha dan Liel diseret masuk kedimensi miliknya.

"Apa-apaan? bagaimana bisa aku berada disini. Li-Liel? kau ikut dibawa juga?" Tanya Sha dengan ekspresi penuh keheranan.

Liel hanya menunjukkan ekspresi kebingungan, kemudian ia melihat kearah depan dengan penuh ketegangan. Sebenarnya apa yang ia lihat?

Ketika Sha menoleh kearah belakang, Sha begitu terkejut dengan apa yang ia lihat didepan sana.

Siluet besar muncul di dalam dimensi itu. Dalam dimensi yang menyerupai gurun pasir, muncullah makhluk tersebut terlihat seperti kucing, namun. Dengan tubuh yang jauh lebih besar dari ukuran bumi, serta kristal hijau yang ada di dahinya.


Ia kemudian mengecilkan ukuran tubuhnya dan berkata. "Sang Utusan..." Ucap makhluk itu.

Sebenarnya, apa keperluan dia untuk menemuinya dengan cara terang-terangan seperti ini?



Bag 3 Yang Mengetahui Segalanya 


Heran...

Mengapa makhluk itu berniat untuk menemuiku?

Ketika kutanya "Ada keperluan apa?", ia hanya tersenyum dengan lebar, memperlihatkan taringnya.

Aku merasa bahwa tidak ada niat jahat dalam tatapannya ketika dia menemuiku.

Seperti itulah yang dipikirkan oleh Sha...


Dunia ini sungguh aneh, penuh dengan misteri yang sulit untuk dipecahkan. Selama dua tahun ini, Sha telah berusaha mengerti dan menerima berbagai kejadian yang luar biasa. Namun, pertemuan ini sungguh di luar dugaannya.

Jika ada makhluk yang iseng-iseng untuk menemuinya, karena mengetahui bahwa Sha adalah seorang utusan. Biasanya mereka tidak langsung menyeretnya secara paksa hanya sekedar untuk berbincang.


"Halo Sang Utusan, perkenalkan, diriku adalah dewa dari Al-Batlan. Panggil saja diriku sebagai Zalhaqah."

Apa lagi sampai memberitahukan informasi mengenai dirinya...

"Ada keperluan apa kau menyeretku ke dalam dimensimu?." Tanya Sha kepada Zalhaqah.

"Sang Utusan... Pertama tama izinkan aku memperkenalkan diriku sekali lagi. Namaku Zalhaqah dan tugasku adalah menjaga dimensi Albatlan dan dunia ini agar tidak ada kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh para dewa." Ujar Zalhaqah dengan suara menggema. 

"aku tahu kau adalah seorang Utusan yang memiliki kekuatan luar biasa," lanjutnya dengan tegas. "Namun, aku juga perlu memberitahukan sebuah fakta yang mungkin akan mengubah segalanya. Arraziel, malaikat jatuh yang memiliki pengaruh besar dalam keseimbangan Alam Semesta, tiba-tiba menghilang tanpa jejak."

Sha merasakan kengerian setelah mendengarnya. Arraziel, malaikat jatuh itu. Bahkan dengan kehadirannya saja sangat berpengaruh di alam semesta ini, malaikat tersebut lenyap begitu saja. Kehilangannya bisa menimbulkan dampak buruk yang sangat serius bagi Alam Semesta lainnya.

"Bukankah dirimu berlatih selama dua tahun ini untuk menjadi kuat? para entitas itu telah memberikan kekuatan kepadamu untuk melawan makhluk tersebut, mengapa kau tidak melacak keberadaannya saja?" tanya Zalhaqah.

"Ba-bagaimana bisa kau mengetahuinya? bukankah masih belum ada bukti yang jelas tentang menghilangnya malaikat tersebut, begitu juga dengan para entitas yang melatihku. Kau seperti-" Sha bertanya balik, karena Zalhaqah seperti dapat mengetahui segala sesuatu.

"Aku dapat mengetahui segala sesuatu yang ada didunia ini, namun perlu diingat. Hanya kejadian yang ada di dunia ini (alam semesta ini). Sedangkan dirimu dapat mengetahui lebih banyak dari yang ada di dunia ini." balas Zalhaqah.

"Mengetahui lebih banyak dari yang ada di dunia ini? ba-bagaimana aku bisa melakukan hal tersebut. Padahal aku baru menyadarinya." Sha begitu kebingungan hingga bertanya dalam hati.

"Dari pertanyaanmu, sepertinya kau belum melangkah lebih maju untuk mengetahui kemampuan aslimu." ucap Zalhaqah dengan penuh kebijaksanaan.

"Duh, disekitar sini ada seorang laki-laki dari ras vampir." lanjutnya.

Liel menyadari bahwa kemungkinan orang itu berasal dari Barnicia. "Bagaimana ciri-cirinya? apakah itu kakakku?!" Liel bertanya dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

"Entahlah, mungkin kau perlu mengunjunginya secara langsung." Jawab Zalhaqah, tampaknya makhluk ini tidak searogan yang kukira. Buktinya ia masih mau meladeni Liel.

Setelah Liel dibawa keluar dari dimensi tersebut. Kini, hanya Sha dan Zalhaqah yang tersisa.

"Tidak seperti yang kau kira, dimensiku berada dekat dengan negara Dar Az-Zur. Orang itu berada di sana, jadi aku memindahkan temanmu ke wilayah yang dekat dengan Dar Az-Zur," ujar Zalhaqah.

"Begitu ya... apakah tidak masalah meninggalkannya disana?" Tanya Sha.

"Sepertinya tidak akan menimbulkan masalah, jika temanmu dapat sedikit bersabar. Sampai mana kita berbicara tadi? nah begini, kau hanya perlu memperkuat dirimu terlebih dahulu untuk menyelidiki keberadaan Arraziel dan orang-orang yang disebutkan Zalhaqah," sahut makhluk tersebut dengan penuh keyakinan.

Sha pun mengangguk, menyadari bahwa waktu sangatlah penting dalam situasi seperti ini.

"Menurutmu, apakah Liel mampu membantuku untuk menjadi kuat?" Tambah Sha. Dengan nada bertanya-tanya.

"Dirimu sebenarnya dapat melakukannya sendiri, karena sebentar lagi dirimu akan berhadapan dengan seseorang yang pernah kau tinggalkan" Jawab Zalhaqah dengan singkat.

Zalhaqah tersenyum. "Aku percaya pada kemampuanmu, Sang Utusan. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika kau membutuhkannya."

"Dan satu lagi, kuharap kedepannya kau dapat mengontrol kekuatan barumu dengan baik. Karena masa depan yang kuli-" Lanjutnya kemudian pembicaraannya terhenti setelah dipotong oleh Sha.

"Tidak, aku tidak mau mendengar informasi lebih lanjut tentang masa depanku. Sekarang cepat! Kembalikan aku ke dimensi manusia." bentak Sha dengan tegas.

Setelah sekian lamanya Sha berbicara dengan makhluk itu, ia pun dipulangkan kembali ke dunianya pada malam hari, tepat di depannya ada Liel yang sedang bersama dengan seseorang yang dekat dengannya.

Itu adalah Lash kakaknya sendiri, sepertinya makhluk yang mengaku dari Al-Batlan itu benar-benar baik. Sha tidak habis pikir mengapa para entitas ataupun para utusan begitu membenci mereka.

Dengan berbagai informasi yang baru saja kudapatkan. Sha pun menatap ke langit malam yang gelap, merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk memecahkan misteri yang semakin dalam.

Selagi Sha masih berada di dimensi manusia, keinginannya untuk menjadi kuat semakin memuncak. 

Namun, sepertinya energinya belum mencukupi untuk mewujudkan hal tersebut. Sha berharap bisa lebih mengasah kemampuan gerak cepatnya. Namun, percobaannya tetap sia-sia. Tidak ada yang berubah.

Selama beberapa tahun ini, Sha telah sepenuhnya fokus pada pengembangan kemampuan ofensif dari dirinya. Sha lebih menekankan pada aspek pertahanan, meningkatkan stamina, meningkatkan kecerdasan, dan berbagai keterampilan lainnya.

Tentu saja, investasi waktu dan usaha yang telah ia berikan pada pengembangan kemampuan dasar telah membuahkan hasil yang signifikan. Dibuktikan dengan hasil pertarungan mereka tadi, tampaknya Sha berhasil unggul secara telak dibandingkan dengan Liel.

Namun, Sha masih ragu untuk berhadapan langsung dengan raja vampir itu, Advokyt El-Yorah. Bagaimana tidak, kabar yang kudengar menyebut bahwa El-Yorah memiliki kemampuan untuk memisahkan udara menjadi kehampaan. Siapapun yang terkena serangan tersebut kemungkinan besar tubuhnya akan terbelah.

Berlanjut pada pengelihatannya, ketika Sha menatap Liel yang sedang bersama dengan orang yang dicintainya.

Sepertinya, tidak ada tanda-tanda ekspresi bahagia sedikit pun yang diperlihatkan oleh Liel.

"Apa yang sedang mereka bicarakan." Sebegitu penasarannya Sha hingga Sha menanyakannya pada dirinya sendiri.

Sha sebenarnya tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka, dengan begitu. Sha pun pergi meninggalkan mereka, sambil menunggu mereka selesai berbicara.

Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya Liel menghampirinya, namun wajahnya terlihat sedikit kecewa.


"Liel? kau kenapa, tunggu dulu. Mengapa saudaramu tidak ikut saja dengan kita?" Tanya Sha dengan rasa cemas.

"Tidak, tidak perlu. Aku tidak apa-apa kok, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ayo kita pergi dari tempat ini." Jawab Liel.

Mereka pun pulang ke tempat penginapan yang telah mereka buat sendiri di hutan belantara itu (Alteyer).

Tampaknya letak hutan itu dengan negeri Dar Az-zur ini sangatlah jauh. Butuh beberapa minggu untuk sampai kesana jika hanya dengan jalan kaki saja.

Mereka memutuskan untuk menggunakan kekuatannya agar bisa langsung sampai kesana. Awalnya Liel tidak setuju, karena untuk berteleportasi dari Dar Az-zur hingga sampai ke hutan itu butuh energi yang sangat besar.

Namun. Karena Sha bersikeras bahwa, dirinya memiliki energi yang cukup untuk pergi ketempat itu. Akhirnya Liel menyetujuinya.

Setibanya di sana dengan melakukan teleportasi, Sha segera bergegas untuk pergi beristirahat. Perjalanan jauh itu memang cukup melelahkan, tetapi yang lebih melelahkan adalah ketika ia berbicara dengan sosok kucing yang mengaku sebagai makhluk yang maha tahu.

Sungguh, penghuni Al-Batlan itu aneh semua. Mau yang terkuat ataupun yang terlemah, mau yang baik atau yang jahat. Mereka semua benar-benar aneh.

Ketika sedang tertidur, Sha tiba-tiba bermimpi buruk. Mimpi tersebut memperlihatkan dirinya dimasa depan yang berubah menjadi jahat, rambutnya berubah dari merah menjadi hitam. Dan dengan lensa mata yang berwarna merah menyala.

Dengan kekuatan "Gravastar", sosok yang serupa dengannya itu menghancurkan dunia ini dengan sekali serang...

Karena mimpi tersebut, Sha pun terbangun di tengah malam. Ia merasa sakit kepala karena tidak dapat mencerna maksud dari mimpi tersebut.

Kepalanya seperti mau meledak karena saking perihnya. Apakah ini konsekuensi karena Sha telah menerima informasi langsung dari dewa Al-Batlan tersebut?


"Dan satu lagi, kuharap kedepannya kau dapat mengontrol kekuatan barumu dengan baik. Karena masa depan yang kuli-"

"Tidak, aku tidak mau mendengar informasi lebih lanjut tentang masa depanku. Sekarang cepat! Kembalikan aku ke dimensi manusia."

Itukah yang ia maksud?

Entahlah mungkin hanya kebetulan, Sha sama sekali tidak paham dengan apa yang ia saksikan di mimpinya...

Setelah itu, Sha pun harus bergegas untuk kembali tidur, meskipun harus bersusah payah karena sambil menahan rasa sakit yang menusuk di kepala.

Dipagi hari, Sha terbangun dengan kondisi seluruh tubuh penuh dengan keringat. Liel yang sedang menyiapkan sarapan pagi terkejut dengan kondisinya.


"Sha, apa kau sakit?" tanya Liel dengan nada khawatir.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing, hanya sebentar... Nanti juga akan sembuh dengan sendirinya kok." jawab Sha.

"Baiklah kalau begitu, makanlah masakan yang telah kubuat pagi ini. Semoga dengan begitu pusingmu akan segera sembuh," ucap Liel dengan penuh perhatian.

"Terima kasih... baiklah kalau begitu." balas Sha.

Setelah sarapan pagi, ia langsung bergegas pergi ke tempat dimana ia menemukan portal untuk menuju dimensi sosok kucing tersebut.

Sha ingin menanyakan beberapa hal terkait dengan mimpi yang barusan dialaminya tadi malam.

Liel yang menyadari hal tersebut mengikutinya dari belakang, namun. Kali ini Sha melarangnya untuk ikut, berniat untuk menjaga privasinya.

"Apa kau berniat untuk menemuinya lagi Sha?" Tanya Liel.

"Benar...! Aku ingin menemuinya lagi, kau tetaplah disini." Pinta Sha.

Liel pun mengiyakan keinginannya, kemudian ia pergi. Terlihat bahwa Liel sepertinya menyadari perubahan tiba-tiba dalam sikap Sha.

Menyadari portal tersebut belum terbuka. Sha pun menunggunya berjam-jam.

Setelah menantikan kehadiran portal selama berjam-jam, akhirnya siang pun tiba dan portal muncul di depannya. Sha memperhatikan sekelilingnya dengan waspada, memastikan tidak ada yang mengintai. Setelah yakin aman, tanpa ragu Sha melangkah masuk ke dalam portal itu.

Setelah memasuki portal tersebut, Zalhaqah menyambutnya dengan baik. Begitu juga dengannya, Sha membalas sambutannya dengan nada ramah.

Belum sempat ia bertanya, tiba-tiba dewa Al-Batlan itu langsung memulai pembicaraan.


"Sang Utusan, didalam dimensi Al-Batlan. Sepertinya ada seseorang yang tidak asing bagimu." Ujar Zalhaqah.

"Apa? siapa dia?" Tanya Sha dengan begitu penasaran.

"Sepertinya ia adalah orang yang kau kenali, ia berasal dari dimensi 0-Layer namun dengan wujud yang sedikit rusak." Lanjut Zalhaqah.

"IYA! KUTANYA SIAPA DIA!?" Bentak Sha.

"Dia adalah Entity 00, apa kau kenal dia?" Tanya Zalhaqah.

"Ha-Haa? ma-maksudmu Zero?" Sha seketika menunjukan ekspresi campuran antara khawatir, senang dan bingung. Mengapa Zero bisa ada disana.

"Be-benarkan dia Zero?!" Lanjut Sha untuk memastikan pernyataan tersebut.

"Ya, benar. Aku dapat membuktikannya sendiri." Jawab makhluk itu.

Tiba-tiba Sha pun mengingat dengan apa yang dikatakan oleh para entitas beberapa tahun yang lalu. "Zero... sepertinya tengah berjuang keras mempertahankan hidup ditengah pertarungan tanpa batas."

"!!!"

...














~Author : Destha Wibawa Putra

Chapter 5

Posted by : desthabikinfanart
Date :Rabu, 07 Agustus 2024
With 0komentar
Prev
▲Top▲