CHAPTER 8
Peperangan
Para makhluk hidup itu tampaknya masih sibuk dengan urusan mereka. Apakah para entitas itu tidak memberitahukan kepada mereka akan ancaman yang jauh lebih besar.
Bodoh... sangat Bodoh... jika hanya itu yang dapat mereka lakukan, maka bersiaplah dengan kehancuran yang lebih parah dari dewa iblis itu.
Dari dimensi antah berantah bernama Al-Batlan, tempat di mana para dewa baru dengan kekuatan luar biasa terlahir, ada sesosok dewa tertinggi bernama Devastar yang sedang memulihkan sisa-sisa kehancuran yang diakibatkan oleh Entity 00 (Zero), atau yang biasa dipanggil sebagai Exynone.
Sebelum memulihkan dimensi tersebut, Devastar menyempatkan diri untuk menawarkan kerja sama kepada Arraziel, yang biasa dipanggil sebagai The Fallen.
Devastar memiliki rencana untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar agar dapat mengalahkan sosok yang membuat lawannya yang dianggap seimbang, Exynone, tunduk. Sosok itu adalah Adonai.
Namun, ketika Devastar berhadapan langsung dengan The Fallen di alam semesta yang mengalami kehancuran mutlak, ia merasakan kekuatan kebencian yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kebencian itu terasa lebih kuat terutama karena ditujukan kepada entitas yang berada di surga.
Tentu saja ia tidak berfikir bahwa The Fallen akan dengan mudah menerima tawaran tersebut.
Dengan sombong The Fallen tertawa kemudian menjawab tawaran tersebut. "Ingin bekerja sama denganku? Coba jelaskan kepadaku, apa untungnya jika aku bekerja sama denganmu?"
Devastar dengan tenang membalas. "Kita memiliki musuh yang sama, aku pernah mendengar sebuah perkataan kuno dari suatu semesta yang berbunyi, 'musuh dari musuhku adalah temanku.' Kita memiliki peluang besar untuk menghancurkan mereka."
"Hanya itu yang ingin kau sampaikan? Pulanglah kepada ibumu anak kecil, sebelum diriku berubah pikiran." The Fallen membalasnya dengan nada remeh.
Devastar bereaksi dengan senyuman sinis terhadap ejekan tersebut. Karena tidak memiliki pilihan lain, ia pun beranjak pergi dari tempat itu.
Sebelum ia pergi, The Fallen melanjutkan kalimatnya. "Ingin melawan sosok yang bernama Adonai? Hahahahahahaha!!! Unik saangat unik.... Kau adalah makhluk pertama yang membuatku tertawa sekencang ini! Hey... Sebelum itu, akanku tanyakan kepadamu! Apakah kau tahu siapa itu Adonai?"
Devastar masih menatapnya dengan senyuman sinis. "Dia ini... aku merasa seperti sedang diremehkan." Gumam Devastar dalam hati. "Tidak... Aku hanyalah seorang anak kecil yang gemar membuat kekacauan. Jadi, aku tidak peduli dengan siapa dan apa yang kuhadapi kedepannya." Ucapnya.
Devastar mengulang perkataannya sekali lagi, "Aku hanyalah seorang anak kecil yang gemar dengan kekacauan."
Setelah dirinya berkata seperti itu, The Fallen langsung melesat dengan cepat berdiri didepannya. "Kau berkata tentang kekacauan seakan kau adalah seorang anak yang menemukan mainan barunya." ucap The Fallen.
"Maka dari itu, BIARKAN AKU MENGETES KEMAMPUANMU" lanjut The Fallen dengan suaranya yang menghancurkan beberapa bagian semesta di dekatnya.
Ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah Devastar, kemudian melepaskan serangan yang menciptakan kehancuran dalam garis lurus, menghancurkan beberapa semesta di depannya. Namun, The Fallen tidak berniat untuk melenyapkan Devastar secara instan, ia hanya menyisakan kesadarannya.
Dengan cepat, Devastar memulihkan tubuhnya yang hancur tak tersisa sedikitpun. Ia tercengang dengan kekuatan The Fallen yang bahkan mampu menyentuh tubuhnya yang berada dalam dimensi di mana bahkan Exynone sendiri tidak dapat menyentuhnya.
The Fallen melanjutkan serangannya dengan brutal ke arah Devastar, dengan niat membunuhnya secara perlahan. Namun, Devastar berhasil selamat dengan memindahkan kesadarannya ke dimensi Al-Batlan, meninggalkan tubuhnya begitu saja dalam semesta yang rusak.
Bag 1 Negeri Terkuat
Di dunia ini, pertama kali dalam sejarah, seluruh penduduk Loth'in terdampar dalam keadaan tak sadarkan diri.
Entity X (Create) sedang duduk di antara pepohonan yang rimbun, memperhatikan bahwa sistem alam sendiri terpengaruh oleh kejadian sebelumnya. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia memutuskan untuk mengendalikan alam sekitarnya membangunkan kembali seluruh penghuni dunia ini.
Sha membuka matanya dengan perlahan, kemudian ia melihat Entity X (Create) yang sedang duduk santai di depannya.
"Dua..." Ucap Entity X (Create) dengan sedikit tersenyum kepada Sha.
"Du-dua? Apa maksudnya dua?" Tanya Sha yang masih berkunang-kunang.
"Jumlah nyawamu, jika sudah habis. Maka aku tidak akan menghidupkanmu kembali." Jelas Entity X (Create).
Saat itu, Sha merasakan energi alam mulai mengalir di sekitarnya. Daun-daun pepohonan mulai berjatuhan, dan udara di sekitarnya terasa segar dan penuh kehidupan. Di seluruh Loth'in, para makhluk hidup yang ada disana mulai bergerak dan membuka matanya satu per satu, mengembalikan kesadaran mereka dari tidur yang tak terduga.
"Mereka..." Tiba-tiba sebuah kekhawatiran terlintas dipikiran Sha.
Entity X (Create) pun menjelaskan. "Aku telah membuat mereka yang berada di sekitar sini tidak dapat mengingat apa yang terjadi. Ya... bisa dibilang aku telah menghapus ingatan mereka agar mereka tak mengetahui siapa itu Amonte."
Kemudian Entity X (Create) melihat ke arah El-Yorah yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. "Namun, aku masih membiarkan beberapa orang yang berkaitan dengan kejadian ini dapat mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Agar mereka dapat mengambil pelajaran dalam pertarungan sebelumnya."
"Aku telah merubah ingatan mereka, bahwa kaulah yang telah mengalahkan dewa iblis Amonte." Entity X (Create) melanjutkan.
Sha terkejut oleh perkataan tersebut kemudian berkata. "A-apa?! Aku?"
"Ya, aku telah mengubah informasi dalam dunia ini. Bahwa kau telah menjadi pahlawan yang menyelamatkan dunia dari kehancuran, jika tidak ingin dianggap palsu... berlatihlah lebih keras lagi." jawab Entity X (Create).
Sha tidak menyangka bahwa ia akan menanggung beban itu. Ia hanya terdiam mendengar ucapan Entity X (Create). Tak lama setelah itu, El-Yorah mulai sadar.
"Baiklah aku akan pergi setelah ini, jaga dirimu baik-baik." Ucap Entity X (Create) dengan nada ramah.
"Apa kau akan pergi lama setelah ini?" Tanya Sha.
Kemudian Entity X (Create) membalikkan badannya dan menjawab. "Kemungkinan... tapi jangan khawatir, aku akan kembali lagi setelah ini."
Sha mengangguk dan membiarkan entitas itu pergi. Dengan lambaian tangan Entity X (Create) menghilang dalam kecepatan cahaya meninggalkan Sha.
Melihat El-Yorah yang sudah kembali sadar, dirinya pun bertanya. "Jadi... Ternyata kau adalah ras iblis yang memalsukan identitasnya menjadi ras vampir?"
"Ya... Maafkan aku telah berburuk sangka kepadamu, aku tidak menyadari bahwa ternyata diriku lebih kotor." Jawab El-Yorah dengan rasa bersalah kemudian meneteskan air matanya kembali teringat dengan kematian ayah tercintanya.
"Kau tahu? Aku bahkan tidak dapat bersikap sepertimu." Ujar Sha.
El-Yorah hanya terdiam mendengar perkataan Sha. Sambil mengusap air matanya dan menutup wajahnya karena malu atas apa yang telah ia perbuat.
"Kau telah berusaha untuk menyelamatkan masyarakatmu dari kehancuran, tidak peduli dengan perilaku mereka kepadamu dimasa lalu, kau tetap berusaha untuk menyelamatkannya. Di dunia seperti ini, kau adalah sosok pahlawan sejati yang tak pernah kulihat sebelumnya. Jadi, jangan merasa bersalah kepadaku, yang kau lakukan adalah tindakan penyelamatan." Lanjutnya.
Setelah mendengar perkataan Sha, El-Yorah pun kembali termotivasi.
beberapa jam berlalu, Sha diantar oleh El-Yorah kembali kepada teman-temannya. Dengan sikap penuh tanggung jawab, El-Yorah menggunakan otoritasnya untuk menghapus status buronan Sha. Dan mengubahnya menjadi seorang pahlawan. Kini, Sha telah kembali dengan bebas tanpa perlu mengkhawatirkan apapun.
"Dikarenakan telah dihapusnya status buronan kita, bagaimana kalau kita merayakannya?" kata Liel dengan senyum lebar. "Aku ingin mengajak kalian semua ke rumahku malam ini."
Sha tersenyum, merasa lega dan bahagia bisa kembali bersama teman-temannya tanpa beban. "Itu ide bagus, Liel. Aku rindu waktu-waktu kita bersama."
Setelah itu, mereka semua bubar, kecuali Zephyr yang masih ada di sana.
Tiba-tiba, Zephyr mengajak Sha untuk pergi ke tepian danau yang ada di tengah hutan Alteyer. Tanpa menaruh rasa curiga, Sha pun mengikutinya dari belakang.
Ternyata, Zephyr hanya meminta Sha untuk melihat dirinya melalui pantulan air di danau tersebut. Merasa aneh Sha pun menanyakan maksudnya untuk mengajak dirinya pergi ke tepian danau tersebut.
Zephyr pun menjelaskan tujuannya mengajak Sha pergi ke tepi danau. "Sha, tidakkah kau menyadari apa yang terjadi pada warna rambutmu? Mereka terlihat sedikit menghitam."
Setelah mengetahui hal tersebut, Sha bergegas untuk melihat dirinya lagi melalui pantulan air di danau tersebut. Ternyata benar, ia baru menyadari perubahan warna rambutnya, yang awalnya berwarna merah merona, kini berubah menjadi merah sedikit kehitaman.
Zephyr melanjutkan penjelasannya. "Bukankah hal itu tidak wajar? Warna khas rambut dari kedua orang tuamu adalah berwarna merah. Namun, hanya dirimu sendiri yang memiliki rambut dengan warna seperti itu."
Hal itu membuat Sha berfikir bahwa, ketika ia kehilangan satu nyawanya, maka warna rambutnya akan semakin menghitam.
Sha pun menyampingkan hal itu, kemudian mengajak Zephyr untuk pergi ke rumah Liel dan Lash karena sudah semakin larut malam.
Dimalam itu, mereka semua berkumpul di rumah Liel dan Lash, yang terletak di pinggiran kota yang tenang. Rumahnya dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun, menciptakan suasana damai yang sangat mereka butuhkan setelah semua yang mereka alami.
Di dalam rumah, suasana hangat dan nyaman. Liel sudah menyiapkan makanan dan minuman, dan mereka duduk bersama di ruang tamu, berbagi cerita dan tawa. Sha merasa beban berat di pundaknya perlahan menghilang, digantikan oleh rasa kebersamaan dan persahabatan yang kuat.
Lash, dengan semangatnya yang biasa, mulai bercerita tentang petualangan mereka saat Liel dan dirinya terbebas dari kekejaman pemimpin Barnicia terdahulu.
Malam itu, di bawah cahaya bintang yang berkelap-kelip di langit, mereka merasakan ikatan persahabatan yang lebih kuat dari sebelumnya.
Keesokan harinya Sha bersama Zephyr berniat untuk menemui El-Yorah. Ketika sedang dalam perjalanan, Sha disoraki oleh penduduk disana yang memanggilnya sebagai seorang pahlawan karena telah mengalahkan dewa iblis yang dirumorkan akan menghancurkan dunia tersebut.
Sesampainya di tahkta kerajaan tersebut, El-Yorah menyambutnya dengan baik. Begitu juga dengan Sha dan Zephyr.
Kemudian, Sha menyampaikan maksud untuk menemuinya. Ia bermaksud untuk pergi ke negeri yang sebelumnya pernah mereka tempati, yang kini telah hancur karena pertarungan mereka sebelumnya.
Negeri itu bernama Feyorian Empire. Dahulu, tempat itu adalah negeri yang paling kuat dan tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun. Namun, sekarang menjadi negeri termiskin karena dampak dari pertarungan sebelumnya.
Sha bermaksud untuk mengajak El-Yorah agar ingin pergi ke sana bersamanya, dan El-Yorah pun menyetujuinya tanpa syarat. Ketika El-Yorah ingin menawarkan bantuan kepada Sha untuk melesat dengan cepat ke negeri tersebut, Sha pun menolaknya. Ia lebih memilih untuk memakai alat transportasi saja dibanding langsung pergi ke sana, hal itu ia lakukan untuk melihat dampak yang ada di negeri sebelahnya.
El-Yorah pun menyetujuinya, kemudian ia memerintahkan para prajuritnya untuk menyiapkan kuda dengan beberapa gerobak persediaan makanan dan obat-obatan yang mungkin akan berguna jika dibawa kesana. Setelah itu mereka akan pergi berangkat.
Setelah persiapan selesai, Zephyr, Sha, El-Yorah dan para prajuritnya pun menaiki kuda mereka dan memulai perjalanan menuju Feyorian Empire. Perjalanan itu cukup panjang dan melelahkan, melewati berbagai tempat.
Mereka melewati hutan Alteyer, dibawah naungan pohon besar mereka kemudian beristirahat sejenak disana dilanjutkan pergi menuju. Veridian Vale, sebagian kecil dari bangunan negeri itu mengalami kehancuran. Namun, tidak dengan lingkungan alamnya.
Sha berfikir sepertinya Entity X (Create) hanya memperbaiki pepohonan, rerumputan dan tumbuhan lainnya namun tidak dengan dataran dan juga bangunannya.
El-Yorah dan para prajuritnya pun segera mengambil persediaan yang ada dari gerobaknya untuk dibagikan kepada penduduk yang membutuhkan. Mengetahui bahwa persediaan yang mereka bawa tidak cukup untuk sampai ke negeri tujuan mereka. Sha pun bertanya kepada Zephyr.
"Bisakah kau membuat persediaan makanan untuk mereka yang sedang kesusahan?" Tanya Sha kepada Zephyr yang merupakan seorang dewa dari Al-Batlan
Zephyr pun menjawab, "Tentu saja aku bisa. Namun, mengapa kau tidak memanfaatkan kekuatanmu itu untuk membuat makanan?"
Sha kebingungan, ia tidak menyangka bahwa kekuatannya mampu membuat benda seperti itu. Kemudian ia bertanya balik, "Bagaimana cara membuatnya?"
Zephyr mengajari Sha cara membuat makanan dari kekuatan gravastarnya. Setelah memperhatikan apa yang dipraktikkan oleh Zephyr dan mendengarkan penjelasannya, Sha mencobanya dengan cara memfokuskan pikirannya pada apa yang akan ia buat melalui tangannya, kemudian mengalirkan kekuatannya. Tanpa disangka, Sha pun berhasil mempraktikkannya pada percobaan pertama.
Namun, ia masih ragu dengan rasa dari makanan yang terbuat dari energi sihir.
"Aku tidak yakin jika makanan ini memiliki rasa." Ujar Sha.
"Jangan khawatir, makanan itu memiliki rasa sesuai dengan apa yang kau pikirkan. Aku yakin makanan ini sangat lezat." Jelas Zephyr.
"Apa kau yakin?" Sha masih merasa ragu akan rasa dari makanan tersebut.
"Apa kau ingin aku yang mencoba makanan tersebut?" Ucap Zephyr dengan ekspresi serius.
"Apa kau ingin aku yang mencoba makanan tersebut?" Ucap Zephyr dengan ekspresi serius.
Melihat ekspresi serius dari Zephyr, Sha pun memanggil seorang anak kecil yang sedang kelaparan di pinggir jalan.
"Hei nak, apa kau ingin mencoba roti ini." Tanya Sha.
Anak itupun menerima pemberian dari Sha dan mencoba roti tersebut. Melihat dari ekspresi anak kecil itu yang tampak bahagia setelah memakan rotinya. Sha pun memberikan persediaan makanan tersebut kepada para penduduk yang membutuhkan.
Mereka pun berterima kasih banyak setelah dibantu oleh Sha, El-Yorah dan juga Zephyr.
Setelah itu salah satu penduduk pun bertanya tentang darimana asal mereka, setelah kami menjawabnya, penduduk tersebut mengangguk, tampak terkesan. "Kalian berasal dari negeri besar yang sangat baik. Kalian adalah teman kami," katanya dengan tulus. "Tidak seperti negeri tetangga kami yang bernama Feyorian Empire. Mereka kuat namun suka menjajah."
Setelah mendengar hal itu kami semua hanya mengangguk dan berpamitan kepada para penduduk yang ada disana untuk segera pergi ke negeri selanjutnya yaitu Feyorian.
Sebagai rakyat yang pernah dikuasai oleh pemimpin bengis, El-Yorah masih kepikiran dengan apa yang diucapkan oleh penduduk tersebut. Namun, ia tetap berpikir positif jika tidak semua rakyat Feyorian Empire seperti itu.
Mereka melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak yang mengarah keluar dari desa. Angin berhembus lembut, membawa aroma pepohonan dan bunga liar yang segar. Sha, El-Yorah, dan Zephyr berjalan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka.
Sha akhirnya memecah keheningan. "Feyorian Empire... Kita harus berhati-hati, tapi juga tidak boleh terlalu cepat menghakimi. Mungkin ada orang-orang baik di sana yang hanya terjebak dalam situasi sulit."
"Tenang saja, aku tidak berpikiran seperti itu." jawab El-Yorah.
Tepat di tengah perjalanan, mereka melihat area yang luas. Panah, pedang, tongkat sihir, dan perisai berhamburan di sekitar daerah tersebut. Mereka segera menyadari bahwa tempat itu adalah bekas medan perang, mungkin antara bangsa Veridian Vale dan Feyorian Empire.
Sha berlutut dan mengambil sebuah pedang yang setengah tertanam di tanah. "Lihatlah ini," katanya, menunjukkan pedang itu kepada El-Yorah dan Zephyr. "Ada lambang Veridian Vale di sini. Pertempuran ini pasti sangat sengit."
El-Yorah dan para prajuritnya memandang sekeliling dengan perasaan campur aduk. "Aku pernah mendengar tentang pertempuran besar antara Veridian Vale dan Feyorian Empire. Mereka mengatakan bahwa pertempuran ini adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah." ucap salah satu prajuritnya.
Ketika mereka semua berhendak untuk meninggalkan medan pertempuran tersebut, mereka merasakan aura magis yang masih tersisa diudara. Mereka pun tidak terlalu memikirkannya dan melanjutkan perjalanannya.
Namun, ketika mereka melihat sebuah tenda kecil yang terpasang saat keluar dari medan pertempuran tersebut. Mereka merasakan aura magis yang semakin kuat dari sebelumnya.
Mereka pun beranggapan bahwa di dalam tenda tersebut masih ada orang yang tinggal di sana. Setelah menunggu dalam waktu yang lama, ternyata benar. Tiba-tiba, seorang remaja yang lebih muda dari Sha keluar dari tenda tersebut sambil memegang botol kosong di tangannya.
Pemuda tersebut melihat Sha dan yang lainnya yang sedang memperhatikannya. Namun, tampaknya pemuda itu tidak menghiraukan keberadaan mereka dan melanjutkan aktivitasnya.
Mereka pun hendak menyapa pemuda tersebut. Akan tetapi, betapa terkejutnya mereka ketika melihat isi dari tenda tersebut. Pemuda itu sedang merawat seorang pejuang Feyorian yang seumuran dengannya, yang sedang berada di akhir hidupnya dengan benda yang masih menancap di dadanya.
Sha, El-Yorah, dan Zephyr saling bertukar pandang. Sha maju beberapa langkah mendekati pemuda itu. "Hai," sapa Sha lembut. "Apa yang terjadi di sini?"
Pemuda itu menoleh dengan ekspresi datar, lalu menghela napas panjang. "Namaku Timofey," katanya pelan. "Dia adalah temanku. Ketika aku sedang mengobrol bersama para prajurit lainnya, terjadi ledakan besar yang menyebabkan prajurit lain terpental hingga tewas, dan hanya aku dan dia yang selamat. Namun, dadanya tertusuk oleh ranting pohon yang tajam."
Sha, El-Yorah, dan Zephyr terkejut mendengar cerita Timofey, Sha dan El-Yorah pun menyadari bahwa ledakan itu disebabkan oleh pertarungan mereka sebelumnya. Sha berlutut di sampingnya, memperhatikan luka serius di dada temannya. "Bagaimana bisa kamu bertahan di sini sendirian?" tanyanya dengan heran.
Timofey menghela napas lagi. "Aku tidak punya pilihan. Aku sudah mencoba menyembuhkannya dengan sihirku, kemudian dengan ramuan yang kubawa, rasanya seperti sia-sia saja. Aku tidak bisa meninggalkannya. Kami berdua berasal dari desa yang sama. Dia adalah teman kecilku, dia seperti saudara bagiku."
Sha menatap temannya itu dengan penuh simpati. "Bertahanlah sedikit lagi, aku akan menyembuhkanmu."
Namun, sayangnya, sebelum mereka bisa melakukan apapun, teman Timofey menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan susah payah, dia mencoba untuk memberikan pesan terakhirnya, "Ti-mo-fey, bawa mereka ke perdesaan... Mereka lebih membutuhkan per-tolongan daripada diriku..."
Timofey menangis dalam kesedihan, merangkul tubuh temannya yang sudah tidak bernyawa lagi. Sha, El-Yorah, dan Zephyr saling pandang, merasa prihatin dengan nasib temannya.
Sha dan yang lainnya keluar dari tenda untuk tidak mengganggu Timofey yang sedang bersedih. Setelah beberapa waktu, temannya pun dikuburkan dengan layak, dan Timofey mengajak mereka untuk pergi ke perdesaan sesuai permintaan temannya.
Saat matahari mulai terbenam, mereka menemukan tempat yang cocok untuk beristirahat di malam itu. Di bawah langit malam yang berbintang, mereka duduk di sekitar api unggun, memperkenalkan diri mereka masing-masing dan membicarakan rencana mereka untuk hari esok.
Keesokan pagi harinya, mereka datang ke tempat tujuan dengan menaiki perahu. Sesampainya disana, yakni Feyorian Empire. Sha melihat bangunan di tempat tersebut telah hancur tak berbentuk lagi, yang ada hanyalah beberapa tenda pengungsian untuk mereka yang kehilangan rumahnya.
Timofey pun memperkenalkan mereka kepada para penduduk dan para prajurit yang berada disana. Namun, reaksi mereka berbeda dari yang mereka pikirkan. Mereka tampak lebih ramah daripada warga Veridian Vale.
Saat mereka memasuki Feyorian Empire, Sha, El-Yorah, dan Zephyr disambut oleh para penduduk yang tersisa di pengungsian. Meskipun mereka ramah, terlihat jelas penderitaan yang mereka alami. Wajah-wajah lelah dan mata-mata yang memancarkan kesedihan menunjukkan betapa beratnya hidup mereka sejak kehancuran.
Seorang wanita tua mendekati mereka. "Selamat datang di Feyorian Empire," katanya dengan suara lemah tapi ramah. "Kami berterima kasih atas kedatangan kalian. Kami sangat membutuhkan bantuan."
Sha mengangguk, merasa tanggung jawab yang besar untuk membantu. "Kami akan melakukan apa yang kami bisa untuk membantu," katanya. "Apa yang kalian butuhkan paling mendesak?"
Wanita tua itu menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Makanan dan obat-obatan adalah yang paling mendesak. Kami juga membutuhkan bantuan untuk membangun kembali rumah-rumah kami."
El-Yorah segera menginstruksikan para prajuritnya untuk mulai membagikan persediaan yang mereka bawa. Sha, Zephyr, dan Timofey membantu membagikan makanan dan obat-obatan kepada penduduk yang membutuhkan. Sementara itu, El-Yorah berbicara dengan para pemimpin setempat untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya pemulihan.
Setelah beberapa hari bekerja tanpa lelah, Sha dan yang lainnya mulai melihat perubahan. Penduduk mulai mendapatkan kembali semangat mereka, dan harapan kembali bersinar di mata mereka. Mereka bekerja bersama-sama membangun kembali rumah-rumah dan membersihkan reruntuhan.
Suatu malam, ketika mereka sedang beristirahat setelah seharian bekerja, Timofey berbicara kepada Sha. "Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan terima kasihku atas semua yang kalian lakukan. Kalian telah memberikan harapan baru bagi kami."
Sha tersenyum. "Kami hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Feyorian Empire adalah rumah kalian, dan kalian pantas untuk hidup dengan damai dan sejahtera."
"Kami hanya bertanggung jawab atas apa yang telah kami lakukan." El-Yorah melanjutkan.
"El-Yorah?! Apa yang kau katakan?!" seru Sha.
"Bisakah aku mendengarkan detailnya?" Tanya Timofey dengan tenang.
Timofey adalah seorang pemuda dengan jiwa yang sangat tenang dan ceria, ia tidak akan marah dan langsung menggebu-gebu ketika mendengar pernyataan tersebut.
El-Yorah dan Sha pun menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi, sedangkan Zephyr yang adalah sesosok dewa pengetahuan menambahkan setiap detailnya.
Timofey mengangguk perlahan, merenung sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Aku mengerti. Apa yang kalian lakukan adalah demi menyelamatkan dunia ini. Kami mungkin telah menderita, tetapi aku menghargai kejujuran dan usaha kalian untuk membantu kami sekarang."
"Ini bukanlah kesalahan kalian. Namun, ini semua adalah kesalahan sosok dewa iblis tersebut." Lanjutnya.
Sha dan El-Yorah mulai merasa lega dengan apa yang dikatakan oleh Timofey, ia dengan hati yang tulus memaafkan mereka berdua.
Hari-hari berlalu, dan kerja keras mereka mulai membuahkan hasil. Feyorian Empire perlahan mulai pulih. Bangunan-bangunan baru mulai berdiri, dan penduduk mulai merasakan kehidupan normal kembali. Sha, El-Yorah, Zephyr, dan Timofey merasa bangga melihat perubahan yang terjadi.
Namun, pada saat itu pula, bangsa Veridian Vale tiba-tiba datang untuk menyerang. Para prajurit dari Feyorian Empire dan juga prajurit El-Yorah segera bergabung dan mengambil formasi untuk mempertahankan negeri mereka yang baru dipulihkan.
Kehadiran bangsa Veridian Vale yang tiba-tiba memicu kepanikan di antara penduduk Feyorian Empire. Para prajurit Feyorian segera bergerak membuat formasi dan bersiap untuk melindungi negeri mereka yang baru saja dipulihkan.
Sha, El-Yorah, dan Zephyr melihat kedatangan bangsa Veridian Vale dengan ekspresi bingung dan terkejut. Mereka tidak mengerti mengapa serangan tiba-tiba ini terjadi setelah mereka baru saja memulai upaya pemulihan di Feyorian Empire.
Sha mengangkat tangannya, memberikan isyarat agar para prajurit Feyorian Empire berhenti bergerak. "Tunggu! Kita perlu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," katanya dengan tegas.
Zephyr, dengan aura kebijaksanaan yang memancar darinya, melangkah maju dan memanggil angin untuk membawa pesan suaranya. "Bangsa Veridian Vale! Hentikan serangan ini! Kita harus berbicara dan menyelesaikan ini dengan damai." Namun, seruan Zephyr tampaknya tidak segera didengar.
Melihat bahwa sebagian besar pasukan Veridian Vale tampak marah dan penuh dengan semangat perang. Mereka saling bertukar pandang, kebingungan semakin mendalam.
Bag 2 Konflik Negeri Terkuat
Di balik konflik yang memuncak antara kedua negeri, tentu saja ada pihak yang memulai duluan sehingga memancing kemarahan dari pihak lainnya.
Seperti pepatah yang mengatakan, "tidak akan ada asap kalau tidak ada api."
Untuk menghentikan konflik yang berkepanjangan ini, tentu saja kami semua harus mencari dalang dibalik itu semua.
Melihat bahwa sebagian besar pasukan Veridian Vale tampak marah dan penuh dengan semangat perang. Sha dan lainnya pun merasa kebingungan.
Dengan gesit El-Yorah menumbangkan barisan depan prajurit Veridian Vale dengan tangan kosong. "Siapa yang memimpin pasukan kalian? Kita perlu berbicara!"
Sosok tinggi dan berwibawa dari pasukan Veridian Vale muncul. Langkahnya mantap, dan dengan cepat ia mendekati El-Yorah, menendang dengan penuh kekuatan. Namun, El-Yorah dengan refleks cepat berhasil menangkis tendangan itu, mengubah momentum serangan lawan menjadi keuntungan bagi dirinya sendiri.
"Sepertinya kaulah komandan yang kupanggil," ucap El-Yorah dengan tenang, dengan mata intimidasi memandang langsung ke arah komandan lawan yang baru saja menyerangnya.
Dengan jentikan jari, El-Yorah memindahkan komandan tersebut ke dalam dimensinya, seolah-olah ia melakukan itu untuk menginterogasinya.
Sha merasa kebingungan, ia berkata kepada Zephyr. "Apa yang harus kulakukan? Aku tidak seperti El-Yorah yang mengerti tentang permasalahan ini."
Zephyr, dengan tenang dan bijaksana, menepuk bahu Sha. "El-Yorah telah berhadapan langsung dengan komandan terkuat mereka. Serahkan urusan ini padaku. Aku sudah mengetahui siapa saja komandan mereka dan bagaimana mengatasi situasi ini."
Zephyr pun mengubah dirinya menjadi seekor kucing berukuran besar di hadapan semua orang, kemudian ia melangkah maju. Hal itu membuat para prajurit dan komandan Veridian Vale ketakutan. Mereka tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan sosok dewa.
Di dalam dimensi El-Yorah yang terlihat seperti neraka, komandan Veridian Vale tersebut dapat dengan mudah dikalahkan olehnya. "Sial! Apa yang kau inginkan dariku?!" Pekik komandan tersebut dengan kesal.
"Perkenalkan, namaku El-Yorah. Aku adalah pemimpin dari negeri Barnicia, yang setahun sekali mengadakan festival pertarungan. Negeri itu dapat disebut sebagai Negeri Petarung," kata El-Yorah.
Kemudian, El-Yorah mengubah ekspresinya menjadi sangat kejam dengan tatapan yang dan melanjutkan kalimatnya. "Hei, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Atas dasar apa kalian menyerang sebuah desa yang telah hancur karena bencana?"
"Kau tidak akan mengerti." Katanya dengan nada sombong.
Kemudian El-Yorah menyiksa orang tersebut dengan kejam. Ia bertanya sekali lagi, "Atas dasar apa kalian menyerang desa mereka yang telah hancur?!" Tegas El-Yorah.
"Kami melakukannya hanya untuk melindungi negeri kami." Jawab komandan Veridian Vale dengan senyum sinis.
"Kami mendengar bahwa mereka akan menyerang negeri kami." Lanjutnya.
Mendengar hal itu, El-Yorah pun hanya tertawa. "Hahahaha... Oh begitukah? Baiklah aku akan melepaskanmu dari neraka ini."
Kemudian El-Yorah melanjutkan dengan menyiksa komandan Veridian Vale hingga membuat kulitnya terkelupas. "Jawab dengan benar jika kau tidak ingin berakhir menjadi tulang belulang. Apa yang membuat kalian menyerang Feyorian Empire." Lanjutnya dengan tatapan tajam.
Dengan merasa tertekan dan ingin hidup, pria tersebut menjawab dengan jujur, "M-maafkan kami... K-kami hanya mengikuti perintah atasan kami karena kami mendengar Feyorian Empire telah runtuh akibat ledakan tersebut. Kami mengira bahwa negeri tersebut tidak lagi berpenghuni setelah kejadian itu."
Melihat dari matanya yang tidak memperlihatkan kebohongan, El-Yorah melanjutkan pertanyaannya. "Apa yang membuat kalian membenci bangsa Feyorian Empire."
"Kami tidak membenci mereka, kami hanya diberi tahu oleh para atasan bahwa pemimpin mereka menjalin kontrak dengan dewa iblis Amonte." ucap komandan Veridian Vale.
Komandan Veridian Vale mengendurkan sedikit ketegangannya, mencoba menjawab dengan sebaik mungkin di tengah kondisi yang sulit. "Kami percaya bahwa Feyorian Empire terlibat dalam upaya ritual gelap dengan Amonte, dan ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup negeri kami. Kami bertindak untuk melindungi Veridian Vale dari bahaya yang mungkin timbul dari aliansi mereka dengan kekuatan gelap tersebut.
El-Yorah mengangguk, memproses informasi yang baru saja didapat. Dia bingung, karena sebelumnya tidak ada indikasi bahwa Feyorian Empire terlibat dalam hal semacam ini. Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan kekhawatiran dari Veridian Vale.
El-Yorah pun membebaskan orang itu dari dimensinya dan melemparnya kearah Sha dan Zephyr untuk ditawan.
"Kau jaga dulu dia, aku akan kembali dalam waktu singkat." Ucap El-Yorah setelah itu pergi dari sana.
Melihat bekas luka komandan itu dari siksaan yang diterima El-Yorah membuat Sha merasa sedikit ngilu. Ia tidak menyangka bahwa El-Yorah akan melakukan perbuatan kejam seperti itu.
Disisi lain, El-Yorah sedang berada di Veridian Vale. Berpura-pura baik untuk menanyakan keberadaan pemimpin mereka. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, ia pun langsung bergegas ke tempat yang ingin ia tuju untuk menginterogasi pemimpin yang ada disana.
Di sisi lain, Sha sedang mengamati kondisi sekitar, memastikan agar pasukan Veridian Vale tidak melakukan tindakan yang mencurigakan. Mereka tampak masih takut untuk memulai peperangan, mungkin karena melihat wujud Zephyr atau karena melihat komandan terkuat mereka terluka.
Timofey yang sedang membantu para prajurit untuk mengevakuasi warga desa, tiba-tiba dikejutkan dengan suara Zephyr yang sedang berbicara dengannya melalui telepati.
Dengan bijaksana, ia berkata, "Temui pemimpinmu dan carilah informasi darinya. Ini adalah permintaan dari El-Yorah."
Timofey melihat Sha yang berjalan menghampirinya, kemudian bertanya, "Sha, apa kau mendengar ucapan Zephyr?"
Sha menjawab, "Ayo kita temui pemimpin yang ada di sini. Bukankah kau penduduk di sini dan pastinya mengetahui siapa pemimpin negeri ini?"
Namun, setelah Sha berkata demikian, salah satu warga yang ada di sana menyangkal, "Sepertinya pemimpin kami sudah tewas karena ledakan tersebut yang terjadi tepat di ibukota."
Mendengar hal itu, Sha tiba-tiba teringat Amonte, sosok yang telah menyebabkan setengah benua ini hancur dan berubah bentuk menjadi seperti bulan sabit. Tanpa berpikir dua kali, Sha segera mengonfirmasi kepada Zephyr tentang kebenaran dari ingatannya.
Zephyr, yang masih dalam wujud kucing raksasanya, segera merespons melalui telepati. "Ya, Sha. Amonte memang penyebab kehancuran besar itu. Jika pemimpin Feyorian Empire benar-benar menjalin kontrak dengan Amonte, maka kita harus mencari tahu mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi."
Sementara itu, El-Yorah telah sampai di pusat kekuasaan Veridian Vale, sebuah benteng megah yang tampak kokoh dan sulit ditembus. Dengan kepandaiannya, dia menyamar sebagai seorang utusan dan berhasil masuk ke dalam benteng. Di dalam, dia dibawa oleh para prajurit untuk menghadap pemimpin Veridian Vale, seorang pria tua dengan rambut panjang berwarna hitam dan tatapan mata tajam.
Setelah berhadapan dengannya, El-Yorah langsung melumpuhkan seluruh prajurit dan penjaga yang ada di sana dengan gesit.
"S-Siapa kau!?" tanya pemimpin itu dengan waspada.
"Bu-bukankah kau orang yang membantu negeri kami?" Lanjutnya.
El-Yorah melepaskan penyamarannya dan menatap pemimpin tersebut dengan dingin. "Aku El-Yorah, seorang pemimpin dari Negeri Barnicia, Negeri yang sering disebut sebagai Negeri para petarung. Aku ingin tahu mengapa kau memerintahkan serangan terhadap Feyorian Empire dan tentang tuduhan bahwa mereka menjalin kontrak dengan dewa iblis Amonte."
Pemimpin Veridian Vale menatap El-Yorah dengan tatapan penuh ketegangan. "A-aku tidak tahu apa yang membuatmu datang ke sini, tetapi semua ini dilakukan demi melindungi Veridian Vale dari kehancuran."
El-Yorah mendekat, suaranya penuh ancaman. "Aku sudah mendengar alasanmu. Namun, alasan itu tidak cukup bagiku. Beritahu aku segalanya tentang hubungan kalian dengan Amonte dan rencana kalian ke depan."
Pemimpin Veridian Vale merasa tertekan, karena merasa dirinya terpojok ia pun berkata. "Kami memang menerima laporan bahwa Feyorian Empire terlibat dalam ritual gelap dengan Amonte, bukan kami yang melakukan kontrak dengan iblis itu, sungguh! Ka-kami takut kekuatan mereka akan membahayakan negeri kami. Itu sebabnya kami bertin-"
Namun, ketika melihat tatapan El-Yorah yang mengerikan, pemimpin Veridian Vale merasa terancam. Ia berniat untuk melarikan diri, tetapi tidak bisa.
"Y-y-ya. Ba-baiklah!! Me-memang benar, jika tidak percaya..." Ucap pemimpin tersebut dengan terbata-bata.
El-Yorah menggelengkan kepala, "Mengapa kau tiba-tiba berbicara dengan kegugupan seperti anak kecil? Kalau kau ingin aku percaya, tunjukkan kepadaku bahwa kau bisa bersikap lebih tenang."
"Akan tetapi, apakah diriku ini dapat dengan mudah dibodohkan seperti itu?!" Lanjut El-Yorah dengan mengubah ekspresinya menjadi kejam dan haus darah seperti apa yang ia tunjukkan kepada komandan mereka sebelumnya.
El-Yorah meraih kerah baju pemimpin Veridian Vale dengan kuat, matanya menyala dalam kemarahan. "Katakan dengan jujur, apa yang membuatmu memerintahkan mereka menyerang negeri yang telah hancur?!"
"Hehe ka-kau sudah terlambat." kata pemimpin tersebut yang tiba-tiba merasa percaya diri.
Setelah melihat ke belakang, El-Yorah melihat beberapa prajurit bersenjata lengkap yang tampak bukan dari negeri itu telah menyiapkan formasi untuk menyerangnya.
Dengan tenang, El-Yorah melemparkan pemimpin mereka kepada para prajurit yang tampak sudah terlatih, yang membuat pemimpin mereka melarikan diri. Sambil tersenyum sinis, El-Yorah berkata kepada para prajurit bayaran itu, "Cobalah sekuat tenaga untuk melindunginya."
Dengan gesit, El-Yorah langsung melumpuhkan para prajurit bayaran itu, tanpa menggunakan senjata.
Di tengah pelariannya ia memanggil seluruh prajuritnya untuk menghadang El-Yorah yang tengah mengejarnya. Namun, dengan mudahnya ia mengalahkan para prajuritnya yang sedang menghadang.
Ketika menemui jalan buntu, pemimpin negeri Veridian Vale yang terkenal kuat itu pun kini berhadapan langsung dengan El-Yorah.
"Tolong! Ampuni aku, aku akan mengakuinya dan memberikan informasi kepadamu!" pekik orang itu dengan penuh ketakutan.
"Apa kau tidak berniat untuk melarikan diri lagi? Huh... Baiklah, aku akan mendengarkan pengakuanmu," kata El-Yorah sambil duduk untuk mendengarkan pengakuan dari pemimpin Veridian Vale.
Setelah mendengar pengakuan darinya, El-Yorah meraih kerah baju orang itu kemudian ia membawanya ke medan perang yang sedang berlangsung.
"Ini adalah pemimpin kalian," ujar El-Yorah di hadapan orang-orang yang hadir, suaranya tajam dan penuh penegasan. "Dia merengek seperti babi ketika aku hendak membunuhnya. Jika kalian tidak ingin kehilangan seorang pemimpin, segeralah tinggalkan tempat ini..."
El-Yorah dengan tegas melemparkan pemimpin mereka kepada para prajurit, yang kemudian menyaksikan pemimpin mereka dalam keadaan tak sadar, matanya kosong dan tingkah lakunya tampak seperti orang gila.
Merasa terpojok dan menghadapi kekuatan yang jelas lebih besar, pasukan Veridian Vale mulai mundur dari medan pertempuran. Mereka menarik diri dengan teratur, meninggalkan posisi mereka dan meninggalkan medan pertempuran kepada bangsa Feyorian.
Para prajurit dan penduduk Feyorian bersorak gembira atas kemenangan mereka. Akan tetapi itu semua belum berakhir hingga ditemukannya pihak ketiga yang menyebabkan konflik ini.
Kemudian Sha mengalihkan pandangannya kearah El-Yorah, tanpa ditanya El-Yorah langsung berkata. "Lagi dan lagi, ini adalah pengaruh buruk dari kekuatan terkutuk."
"Kita perlu pergi ke tempat yang sangat jauh bernama Hanakoku" Lanjutnya.
"Tunggu dulu, bisakah kau jelaskan apa yang dikatakan oleh orang itu? (pemimpin Veridian Vale)." Tanya Sha.
"Sesosok makhluk menawari pemimpin mereka kekayaan dan kekuatan jika ia mengikuti keinginan dari makhluk itu," jawab El-Yorah dengan serius.
Kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "Keinginan dari makhluk itu bukanlah peperangan ataupun keruntuhan suatu negeri, melainkan kematian yang disebabkan oleh pembunuhan. Aku yakin makhluk itu sekarang memiliki kekuatan dahsyat."
Mendengar hal itu, para penduduk yang awalnya bersorak gembira berubah menjadi hening, suasana tegang melayang di udara seperti kabut mendung yang menutupi cahaya matahari.
Sha bertanya kepada El-Yorah dengan kebingungan dan kekhawatiran. "Tentu saja aku dapat mengikutimu. Namun, Hanakoku itu tempat seperti apa?"
El-Yorah menatap jauh ke kejauhan, seolah memandang sesuatu yang hanya dia bisa melihat. "Aku akan menjawabnya nanti, kita tidak memiliki waktu untuk itu."
Sha mengangguk. "Kita perlu mencari bantuan dari mereka, bukan hanya untuk menghadapi ancaman dari makhluk ini, tapi juga untuk memahami akar masalahnya."
El-Yorah setuju. "Tetapi perjalanan ke Hanakoku tidak akan mudah. Wilayah mereka dikelilingi oleh perang dengan Ryuukoku, dan kita harus menemukan cara untuk melewati konflik tersebut tanpa menimbulkan kecurigaan."
Sha menarik nafas dalam-dalam, memikirkan langkah berikutnya dengan hati-hati. "Kita harus mencari cara untuk melewati wilayah perang tanpa menimbulkan kecurigaan dari Ryuukoku. Kita tidak bisa membuat mereka berpikir bahwa kita mendukung musuh mereka."
El-Yorah mengangguk, kemudian bertanya. "Kau bisa terbang?."
Sha pun kebingungan, kemudian menjawab. "Aku tidak tahu mengapa kau tidak menanyakan hal itu kepada Zephyr."
"Aku bisa membawa kalian melalui jalur teleportasi, akan tetapi itu akan membuat sinar cahaya setinggi langit sehingga dengan cepat kita akan ketahuan." Jelas El-Yorah, "Sudah jelas kita membutuhkan orang yang dapat membuat portal."
"Aku mengenali siapa orang yang kau sebut." ujar Sha.
"A-apakah aku boleh ikut?" tanya Timofey dengan nada polosnya.
Sha, El-Yorah dan Zephyr pun memandangnya. Kemudian Timofey melanjutkan pembicaraannya. "Aku memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan memberikan kekuatan lebih, mungkin aku akan sedikit berguna saat di perjalanan."
Mendengar hal itu Zephyr pun memberikan penjelasan tambahan. "Diriku akan berjaga disini agar pasukan Veridian Vale tidak menyerang lagi. Kalian dapat membawa Timofey, kemampuannya akan sangat berguna selama kalian berada dalam perjalanan."
Dengan begitu Sha dan El-Yorah pun pergi membawa Timofey sementara Zephyr tetap berada di Feyorian Empire untuk berjaga-jaga.
Dengan ini perjalanan panjang mereka pun dimulai.
Bag 3 Dimulainya Petualangan
Disaat ketiga tokoh itu berada dalam perjalanan pulang, Hujan pun turun yang membuat mereka bertiga berteduh untuk sementara waktu.
Melihat keatas langit yang tampak cahaya matahari telah sepenuhnya ditutupi oleh awan.
Pada saat itu, hujan sangat jarang terjadi di planet mereka, sehingga para penduduk di seluruh negeri berbondong-bondong mengambil wadah untuk menampung air.
Di tempat lain, di mana Entity B (Fear) berada, Entity B (Fear) menyadari bahwa Entity A (Reality), Entity X (Create), dan Entity 00 (Zero), yang sekarang dikenal sebagai Exynone, akan segera datang ke tempat ini. Akan tetapi, mereka datang bukan dengan cara damai.
Tiba-tiba, sebuah jejak cahaya muncul di tengah-tengah dimensi Eldritch. Namun, mereka sedang terlibat dalam pertarungan sengit melawan Exynone.
"Tetaplah disitu! Jangan ikut campur!" Kata Exynone kepada Entity B (Fear) yang sedang meratapi mereka bertiga. "Sial! mengapa malah teleportasi ke tempat ini sih."
"Kau sudah semakin susah diajak bicara ya? Exynone." ucap Entity A (Reality) dengan serius menatap kearah Exynone.
Dari kejauhan Entity B (Fear) berteriak kepada mereka bertiga yang sedang berada di langit-langit Eldritch. "Bisakah kalian tidak membangunkan para monster. Kalian bisa saja membuat mereka marah."
Melihat juniornya, Entity X (Create) segera melayang turun untuk membantu Entity B (Fear) menenangkan hasrat bertarung para monster. Meninggalkan Entity A (Reality) bersama Exynone.
Entity A (Reality) dan Exynone berdiri berhadap-hadapan, keduanya tahu bahwa pertarungan ini akan menjadi sangat destruktif.
Dengan kecepatan kilat, Exynone dan Entity A (Reality) menyerang. melayangkan pukulan pertama yang memecah udara dan menghantam realitas dengan kekuatan yang cukup untuk meretakkan dimensi dan berpindah ke dimensi lain.
Mereka pun melanjutkan pertarungannya di dalam dimensi Al-Batlan. Membuat gelombang besar yang menghancurkan langit dan bintang. Tanpa jeda, Entity A (Reality) membalas dengan tendangan berputar yang menghantam perut Exynone yang tengah melaju dengan kencang kearahnya, mengirimnya terbang ke belakang dan memutuskan aliran energi TheCore.
Exynone bangkit kembali tanpa ragu, menyerbu masuk dengan serangkaian pukulan yang memecah ruang. Entity A (Reality) menghindar dan membalas dengan pukulan yang cukup kuat untuk menghancurkan galaksi. Benturan demi benturan menciptakan ledakan energi yang menyebar ke seluruh dimensi Al-Batlan.
Keduanya terus bertarung dengan kekuatan dahsyat, setiap serangan mereka menghancurkan bagian dari alam semesta. Exynone melompat ke udara, melayangkan tendangan yang menghantam bahu Entity A (Reality), membuatnya terjerembab ke tanah.
Exynone tidak memberinya waktu untuk bangkit kembali. Dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat, Exynone bertransformasi menjadi ruang hampa itu sendiri, menjebak Entity A (Reality) di dalam ruang hampa yang tak terbatas.
Menggunakan kekuatannya, Entity A (Reality) menciptakan titik singularitas kecil di tengah ruang hampa. Titik ini mulai menghisap energi dari kekosongan, menciptakan ketidakstabilan yang semakin besar. Exynone, yang merasakan kekuatan tersebut, dan mencoba memperkuat kekosongan.
Entity A (Reality) memusatkan semua energinya ke dalam titik singularitas tersebut, membuatnya semakin besar dan kuat. Ketidakstabilan di dalam ruang hampa semakin meningkat, menciptakan tekanan yang luar biasa. Dengan dorongan terakhir, Entity A (Reality) melepaskan gelombang energi yang dahsyat, menghancurkan kekosongan dan meledakkan dirinya keluar.
Ledakan besar terjadi, mengguncang dimensi Al-Batlan dan memaksa Exynone kembali ke wujud normalnya. Mereka kembali menyerang dengan kekuatan yang semakin dahsyat. Entity A (Reality) melayangkan pukulan yang memecah ruang dan waktu, menghantam Exynone dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan miliaran galaksi. Exynone membalas dengan tendangan yang memotong melalui aliran energi TheCore, membuat Entity A (Reality) terlempar ke belakang.
Setelah berhasil menahan serangan tersebut, Entity A (Reality) memerintahkan para bintang untuk membakar tubuh Exynone. "Wolf-Rayet, Arcturus, Vega, Eta, Alpha Centauri, Canopus, Capella, Betelgeuse, Rigel, Procyon, Spica, Sirius, Antares. Lenyapkan dia." Para bintang pun menuruti perintahnya dan mulai memancarkan cahaya panasnya ke arah Exynone.
Akan tetapi serangan bintang-bintang tersebut tidak berpengaruh apa pun terhadapnya, sehingga Entity A (Reality) harus memerintahkan objek yang lebih panas lagi, seperti plasma lubang hitam dan quasar. Akan tetapi, Exynone lebih dahulu menghantamnya dengan kekuatan sepuluh seribu kali lipat lebih kuat dari sebelumnya yang membuat tubuh Entity A (Reality) terpecah menjadi beberapa bagian.
Dengan cepat, Entity A (Reality) memulihkan tubuhnya dan membalas serangan tersebut, menyebabkan dimensi menjadi tidak stabil. Gelombang energi dari benturan mereka menciptakan retakan-retakan besar di seluruh dimensi Al-Batlan, mengguncang fondasi realitas itu sendiri yang membuat mereka berdua berteleportasi ketempat lain. Dan bertarung di alam semesta dan dimensi yang berbeda beda.
Ketika mereka berdua berteleportasi ke Eldritch, mereka berdua langsung disambut dengan Entity X (Create). Namun, dengan sedikit tersenyum sinis.
"Kalian telah membuat separuh kehancuran... Yah... Meskipun dimensi tersebut dapat pulih kembali, tapi kalian bertindak terlalu berlebihan." Ujar Entity X (Create) dengan wajah serius.
"Kalian berdua... LAWAN AKU." lanjut Entity X (Create) dengan matanya yang menatap kearah Entity A (Reality) dan Exynone.
Tanpa ancang-ancang, Entity X (Create) langsung menendang kepala mereka berdua, kemudian menginjaknya dan membenamkannya ke tanah. Tak terima akan hal itu, Entity A (Reality) dan Exynone membalas serangan tersebut dengan separuh kekuatannya.
Namun, sebelum mereka sempat melancarkan serangan, Entity X (Create) lebih dulu membawa mereka ke dimensi Al-Batlan, dimensi yang paling cocok untuk bertarung.
Kemudian, mereka berdua menghajar Entity X (Create) dengan akurat dan bertubi-tubi, menyebabkan rusaknya sistem waktu dan gravitasi di tempat mereka bertarung, serta banyaknya puing-puing yang melayang di sekitarnya.
Dengan segera, Entity X (Create) membalas serangan tersebut dengan gerakan biasa namun berakibat fatal. Ia hanya menggunakan satu tangan dan memegang kepala Entity A (Reality) dengan santai. Kemudian, ledakan energi pun terjadi yang membuat Reality terpental ke arah berlawanan.
Dilanjutkan dengan Exynone yang menyerangnya dengan kecepatan tak terukur. Namun, Entity X (Create) berhasil menghindarinya. Dengan serangan sederhana, ia menendang tubuh Exynone ke atas langit hingga terpental dan menembus planet gas besar yang mirip seperti Jupiter.
Entity A (Reality), dari kejauhan, memperlihatkan aura kosmiknya yang memancar dengan intensitas yang menggetarkan alam semesta. Wujudnya mulai berubah, memancarkan kekuatan yang tidak terbatas dari dalam dirinya. Langit di sekitarnya berubah warna, memantulkan gemerlap energi kosmik yang mengalir melalui tubuhnya.
Ia pun memerintahkan hawa panas untuk melelehkan tubuh Entity X (Create). Akan tetapi serangan tersebut belum cukup kuat untuk membuatnya kesakitan.
Dengan cepat ia segera berlari menuju Entity X (Create). Di kombinasikan dengan Exynone yang baru turun dari langit setelah terlempar keluar angkasa.
Akan tetapi, Entity X (Create) masih dapat dengan mudah menghantam mereka berdua dengan gerakan sederhana. Dengan kesal, Exynone mengubah wujudnya yang merepresentasikan sebuah kehampaan yang dapat bergerak bebas tanpa merasakan hambatan.
Bersama-sama, mereka mengeksekusi kombinasi gerakan yang menggabungkan kecepatan yang mampu merobek ruang dan menciptakan ledakan lebih dahsyat daripada Big Bang itu sendiri. Kosmik katalisme mendorong Entity X (Create) keluar dari dimensi Al-Batlan. Tanpa jeda, mereka melanjutkan serangan bertubi-tubi mereka, menyebabkan retakan besar aliran dari The Core sementara waktu.
Entity X (Create) pertama kali kagum oleh serangan tersebut. Ia menjentikkan jarinya, memaksa Entity A (Reality) dan Exynone kembali ke dimensi Al-Batlan.
Mereka melanjutkan pertarungan dengan kekuatan daya hancur yang luar biasa. Setiap serangan membawa kehancuran, membuat langit Al-Batlan pecah menjadi berkeping-keping.
Bahkan butiran pasir Al-Batlan, yang lebih kuat dari alam semesta itu sendiri, mereka hancurkan layaknya merobek tisu basah. Dimensi Al-Batlan mengalami siklus kehancuran dan pemulihan berulang kali.
Saat ia merasa cukup terhibur, Entity X (Create) membuat gravitasi yang lebih kuat dari lubang hitam, menyulitkan Entity A (Reality) dan Exynone untuk bergerak. Tanpa menunggu, Entity X (Create) mendekati mereka dan memeluk mereka berdua.
Mereka berdua pun merasa kehangatan aneh mengalir melalui tubuh mereka dari pelukan tersebut. Perlahan-lahan wujud tempur mereka mulai menghilang, digantikan oleh ketenangan yang mendalam. Seakan-akan seluruh hasrat bertarung mereka terserap oleh kehadiran Entity X (Create), membawa mereka ke dalam keadaan damai yang tak terduga.
Udara di sekitar mereka berubah, tidak lagi dipenuhi oleh energi destruktif, tetapi oleh rasa tenteram yang hampir mistis. Suara gemuruh medan pertempuran menghilang, digantikan oleh keheningan yang penuh makna.
"Kerja bagus, aku bangga dengan kalian berdua," ucap Entity X (Create), sebelum akhirnya pergi menuju dimensi Eldritch, meninggalkan Entity A (Reality) dan Exynone di dimensi Al-Batlan.
Melihat Entity X (Create) telah pergi meninggalkan mereka, Entity A (Reality) dan Exynone kembali melanjutkan pertarungan mereka.
Di sisi lain, Sha, El-Yorah, dan Timofey telah sampai di negeri tujuan mereka, yaitu Barnicia. Di sana, mereka segera menuju rumah Liel dan Lash yang terletak di pinggiran kota. Tampaknya hujan masih belum berhenti hingga saat ini.
Liel pun mempersilahkan mereka semua untuk masuk. Tak terkecuali Timofey, mereka berdua pun memperkenalkan teman baru mereka yang berasal dari Feyorian Empire kepada Liel dan Lash.
Setelah berhasil membujuk Lash untuk membantu kami, keesokan harinya pun kami langsung berangkat ke tempat tujuan. Dengan meminjam kekuatan portal milik Lash.
~Author : Destha Wibawa Putra
0 komentar:
Posting Komentar