Chapter 2

| Selasa, 06 Februari 2024

  CHAPTER 2  

Mencari Sang Utusan



Setelah berabad-abad kami melakukan perjalanan yang tanpa tujuan, kami akhirnya menperoleh tentang apa yang dimaksud oleh Karae...

Aku hanya ditugaskan untuk mencari utusan kedua di negeri ini, namun kami tidak diberitahu dengan pasti mengenai ciri-ciri utusan tersebut...

Seolah ini mengisyaratkan bahwa, kami harus melakukannya secara mandiri...

Disisi lainnya juga kami mengetahui bahwa sifat dari sang utusan ini adalah memiliki hati yang murni baik...

"Apakah mungkin kami bisa menemukan seorang utusan itu di negeri tersebut?"

Tidak ada salahnya jika bertanya seperti itu...

namun sesuatu yang pasti, seorang utusan tidak akan pernah mengaku bahwa ia adalah makhluk yang paling baik...

mungkin kami akan menemukannya setelah masuk ke negeri tersebut...


Mentari terbenam, diganti dengan rembulan.

Disaat itu kami akan berangkat bersama gadis berambut merah bernama Sha.

Akan tetapi dipertengahan jalan kami malah bertemu dengan kelompok penagih hutang itu lagi.

Sungguh, kami sangat kesal ketika mendapat kesempatan untuk pergi ke Negeri tempat sang utusan itu berada, namun malah dihalangi oleh orang yang pernah merepotkan kami sebelumnya.

Ini bukan waktu yang pas untuk bertanding ulang, ada banyak barang penting yang dibawa oleh Sha, untuk keperluan hidupnya.

Kini yang harus meladeni mereka adalah diriku sendiri, karena mereka hanya ingin menantangku seorang diri.


"Bukankah kalian melihat bahwa kami sedang sibuk malam ini?, kami tidak bisa meladeni kalian sekarang, kami harus buru-buru pergi dari sini!" Tegas Entity X yang berniat untuk mengusir mereka.

Penjahat mana yang akan menurut saja jika di usir seperti ini.


"Aku senang jika kau masih berani berbicara didepanku seperti itu, tapi sebelum mampus perkenalkan dulu, namaku Kyros samara sang pemimpin kelompok ini" Ucap si pemimpin kelompok bernama Kyros.

"Keras kepala sekali..." ucap Entity X dengan nada dingin sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Kyros tersenyum sinis, "Kau pikir kalian bisa lepas begitu saja setelah menghancurkan bisnis kami?"

"Hei! dengar ini baik-baik, mungkin ini merupakan terakhir kalinya kau dapat memperkenalkan diri." Ucap Entity X sambil menggelengkan kepala.

Kyros tersenyum lebar dan tertawa "Hahahahaha! baiklah-baiklah, sepertinya kau cukup lihai untuk mengancam kami."

Sha memandang mereka dengan tatapan tajam. Rambut merahnya berkibar ditiup angin malam, berniat untuk menghentikan mereka namun dihalang oleh Entity A.


"Aku setuju denganmu, sebenarnya aku tidak menyukai kekerasan, tapi melihat keadaan seperti ini, rasanya sia-sia jika kita mencoba membujuk mereka." ucap  Entity A sambil tersenyum.

Rasa tegang memenuhi udara, namun Sha menghela nafas untuk tetap tenang dengan situasi yang sedang terjadi.


"Kyros... perhatikan dan pelajarilah ini semua, semoga kau dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik setelah bertarung denganku." Ucap Entity X dengan ekspresi yang sedikit serius.

"HAH! aku suka ini!, kali ini kau tidak akan diam saja bukan?, akan menyerangku benarkan begitu?!" Balas Kyros dengan nada yang puas.

Tiba-tiba suara yang entah darimana muncul membisik Entity X.


"Naif sekali... apakah kau akan langsung menunjukkan sesuatu yang mengerikan didepan seorang anak kecil?" samar samar suara ini terdengar seperti suara Adonai.

dalam hati Entity X menjawab. "Justru aku tidak peduli lagi, aku cukup kesal ketika mereka menghalangi jalanku untuk menuju negeri tujuanku." 

Adonai membalas dengan tenang. "Baiklah jika itu maumu, aku tidak akan menghalangi apapun yang akan kau lakukan."

"Terima kasih Adonai." Ucap Entity X.

Pemimpin kelompok itu benar-benar tidak tahu dengan siapa yang ia hadapi.

Malam itu, di bawah sinar rembulan, pertempuran pun dimulai. Sha, meski begitu ia tetap berharap bahwa kelompok itu mengetahui bahwa balas dendam seperti ini tidak akan membuahkan hasil.

Kyros dengan enteng menganggap Entity X sebagai makhluk yang lemah, mulai menyerang dengan kekuatan penuhnya tanpa pikir panjang.

Namun apa yang terjadi justru diluar nalar. Entity X hanya menjentikkan jarinya, seketika itu pula Kyros merasakan sakit yang luar biasa. Tubuhnya hancur berkeping-keping, kemudian ia memulihkannya lagi, kemudian ia menghancurkannya lagi, hal ini Entity X lakukan berulang kali hingga Kyros mendesak untuk Entity X berhenti melakukan hal tersebut.


"CUKUP!, HENTIKAN AKU SUDAH TIDAK TAHAN LAGI, KUMOHON!" Jerit Kyros dengan penuh kesakitan

Tubuhnya terus hancur dan dipulihkan, seperti siksaan yang tak berkesudahan.

Tentu hal ini membuat para kelompok penagih hutang itu gemetaran. Beberapa dari mereka melarikan diri, sementara yang lain hanya terdiam mematung, terkejut oleh kekuatan dahsyat yang dimiliki oleh Entity X.

Sha, melihat pemandangan yang mengerikan di depan matanya, merasakan kebingungan dan mual. Penuh dengan ketakutan, ia menyaksikan Kyros terus-menerus mengalami siksaan yang tidak manusiawi.


"Hentikan! Ini sudah cukup!" teriak Sha, tetapi suaranya terasa lemah di tengah kekuatan luar biasa yang sedang terjadi.

Meski suara Sha terdengar kecil, Entity X dengan sikap yang tetap tenang, akhirnya menghentikan siksaan tersebut. Kyros jatuh ke tanah dengan napas yang terengah-engah.


"Apa kau sudah mendapatkan pelajaran?." Tegas Entity X. "Ingatlah!, kekuatan itu dapat digunakan untuk melindungi, bukan menyakiti."

"Coba lihat kelompokmu beruntung jika aku tidak menargetkan mereka." Lanjut Entity X dengan tersenyum.

Mendengar hal itu Pemimpin kelompok penagih hutang beserta anak buahnya hanya bisa menatap ketakutan. Sha, yang masih terguncang oleh pemandangan yang barusan ia saksikan, berlutut di samping Entity A yang sedang menenangkannya.


Dengan terbata-bata Sha bertanya kepada Entity X, "a-apa itu?"

"Sudahlah... jangan dipikirkan, bukankah kita ingin pergi ke negeri seberang?" Balas Entity X sambil mendekati Sha.

Seakan mengerti Sha mengangguk, kemudian perjalanan menuju Negeri berikutnya dilanjutkan.



Bag 1 Sepucuk Kisah 



Sungguh pemandangan yang indah. . .

Pertama kali kami berkunjung ke sini, kami disuguhkan dengan pemandangan air terjun yang sangat indah...

Ada banyak rerumputan dan bunga di sekitar pintu masuk negeri tersebut, sehingga dapat tercium betapa harumnya negeri ini...

Diatas sana kami melihat ada sebuah kota mengapung yang mungkin saja dibangun oleh kekuatan sihir. . .

Pemandangan yang sangat cocok untuk disaksikan dimalam hari. . .

Aku tidak pernah membayangkan, bahwa manusia dapat membangun ini semua. . .


Sesampainya disana, kami disambut oleh penduduk yang ramah. Ia berciri khas dengan sorban berwarna hijau yang ia pakai.


"Wahh... Sha! kamu sudah kembali, dan... kamu juga bawa teman?" Kata salah satu penduduk Negeri.

"Ya!, aku baru saja dibantu oleh mereka untuk pergi kesini." Ucap Sha dengan nada ramah, lalu kemudian melihat kearah para Entitas. "Perkenalkan ini pamanku bernama Lusyan Al-ibra. Panggil saja beliau paman Ibra."

"Terima kasih telah menemani cucu paman. Sebelumnya siapakah nama kalian wahai orang-orang baik?" Tanya paman Ibra.


Mendengar hal itu, tentu saja para Entitas menjadi bingung.

"Hei! Apa kalian punya ide untuk menjawab pertanyaan orang ini?" bisik salah satu rekan kami bernama Entity 01, yang memiliki ciri khas dengan tiga mata. matanya yang ketiganya berada di dahi, ia memiliki julukan sebagai "Destiny".

"Emm... bagaimana jika kita tanyakan saja kepada yang lebih berpengetahuan." Ucap Entity 02"Bagaimana jika kita menanyakanmu A?" lanjut Entity 02.

"Aku tidak bisa berfikir panjang soal masalah ini, coba tanyakan saja kepada yang lebih tua dari kita." Ucap Entity A sambil memandangi Entity X.

"A-apa, aku tidak pernah berfikir akan ditanya seperti ini." Jawab Entity X.

"Bukankah kita memiliki sebuah julukan?, kenapa tidak pakai itu saja?" Ucap Entity 01 yang berusaha mencari celah dari permasalah tersebut.

"Tapi itu akan terdengar aneh dimata manusia biasa." Balas Entity X.

"Bukankah itu lebih baik daripada tidak memberitahukan sama sekali." Ujar Entity 01.

"Boleh saja jika mau dicoba." Balas Entity X.


Setelah berdiskusi, kami semua memandang ke arah pamannya Sha dan mulai memperkenalkan diri apa adanya.


Entity X. langsung memperkenalkan dirinya, "Namaku Create, yang paling tua diantara kelompok kami."

Entity 00 melanjutkan perkenalannya, "Namaku Zero, aku wakil pemimpin dari kelompok ini."


Belum selesai memperkenalkan diri, paman Ibra merasa heran, kemudian sebuah pertanyaan dilontarkan kearah para Entitas tersebut.


"Aku menanyakan namamu, nama aslimu" ucapnya

Seketika, para Entitas itu terdiam kaku, tidak tahu apa yang harus dijawab, karena mereka memang tercipta tanpa nama.

Sambil memikirkan semuanya, tiba-tiba Sha mencoba untuk mengakhiri pembicaraan secepat mungkin. Ia berpamitan dengan pamannya kemudian mengajak para Entitas untuk berkunjung ke rumahnya. 

Dengan izin langsung dari paman Ibra, kami semua pamit untuk pergi.

Meskipun demikian, kami merasa bersyukur atas ramahnya penduduk Negeri tersebut.

Sesampainya di rumah Sha, ia menyimpan seluruh persediaan barang yang dibawanya. Kemudian, ia mempersilahkan kami untuk masuk ke rumahnya.

Sebagian dari rekan kami ada yang pergi berjalan-jalan guna beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan sebagian dari kami juga ada yang bersinggah masuk ke rumah Sha.

Mengetahui bahwa kami bukan berasal dari dunia ini, mungkin dari ekspresi kami yang sangat datar, karena memang makhluk seperti kami tidak memiliki emosi. Sha mulai bercerita tentang sejarah dunia ini.


Dahulu, dunia ini bukanlah seperti yang kita kenal sekarang. Belum ada makhluk hidup, hanya ada banyak Dewa Al-Batlan yang saling merebut dunia ini.

Pertempuran dahsyat yang melibatkan banyak korban dari kalangan para Dewa. . .

Namun, ada sesosok iblis yang memanfaatkan kejadian ini dan mencoba untuk mengambil alih dunia. Entah bagaimana, iblis ini memiliki kekuatan yang setara dengan Dewa bahkan dapat melebihinya.

Iblis itu bernama Amonte. Memiliki keinginan untuk menguasai dunia dalam pertempuran melibatkan para Dewa. Keberadaannya menciptakan ketegangan dan ancaman bagi keseimbangan kekuatan di dunia ini.

Jika membayangkan bahwa ada iblis yang memiliki kekuatan seperti itu, kami para Entitas pernah mendengar suatu rumor dari para malaikat bahwa, kekuatan ini mereka peroleh dari suatu dimensi bernama Constant Of Atrocity.

Dimensi ini merupakan bagian anggota tubuh dari sesosok makhluk bernama Core Verse (inti semesta), dimensi yang mewakili sisi kekejian dari alam semesta itu sendiri. Jika ada iblis yang memasuki dimensi itu, maka ia akan mendapatkan kekuatan lebih dari Dewa.

Demi menghentikan iblis ini, seluruh Dewa Al-Batlan yang terlibat, melakukan gencatan senjata sementara, hanya untuk mengalahkan satu iblis bernama Amonte.

"Mengejutkan... dulu kalian saling bertumpah darah hanya untuk dunia ini, namun sekarang kalian bersatu hanya untuk mengalahkanku?" Kata Amonte.

Apa yang dilakukan oleh Dewa Al-Batlan hanyalah menyegel sebagian kekuatan Amonte, dan banyak Dewa yang gugur selama peristiwa itu.

Cukup jelas bahwa iblis ini menduduki posisi yang jauh di atas para Dewa jika dibandingkan dengan masalah kekuatan.

Hingga saat ini, setelah makhluk hidup tercipta, Amonte masih memegang kekuasaan atas dunia ini...

Cerita Sha tentang sejarah dunia ini, hingga pertempuran antara Amonte dan para Dewa Al-Batlan semakin menegangkan suasana di rumahnya. Para Entitas mendengarkan dengan seksama, meskipun tanpa emosi, mereka memahami betapa seriusnya ancaman yang dihadapi dunia ini pada masa lalu.

memang menjadi ancaman yang sulit diatasi oleh Dewa Al-Batlan. Gencatan senjata sementara dan penyegelan sebagian kekuatan Amonte adalah tindakan ekstrem yang diambil Dewa Al-Batlan untuk melawan ancaman tersebut.


Setelah mendengarkan cerita itu, Entity X berkata, "Ini adalah kisah yang sangat menarik. Ternyata, kekuatan yang berasal dari dimensi kekejian dapat menjadi ancaman serius bagi keseimbangan alam semesta. Akan tetapi, bagaimana bisa kau menceritakan ini kepada kami?"

Sha tersenyum, "Pertarungan yang kulihat tadi, dan kalian tidak bisa memberitahukan nama kalian sendiri, membuatku yakin bahwa kalian itu adalah jelmaan Dewa."

Mendengar hal itu, para Entitas merasa heran karena Sha hampir membongkar identitas mereka.


"Apa hanya itu?" Tanya Entity X dengan heran.

"Setahuku, tidak ada satupun makhluk hidup yang memiliki kekuatan sebesar itu, apa lagi sampai memulihkan kembali tubuh seseorang yang telah hancur berulang kali. Dewa Vampir dari Barnicia pun mungkin tidak dapat melakukan hal semacam itu." Jawab Sha dengan tenang.

Entity X sudah tidak dapat membantah pernyataan tersebut dan menceritakan tentang dirinya dan seluruh rekan sesama Entitasnya. Tak lupa, ia juga menceritakan maksud dari kedatangannya di dunia ini.

Kami bukanlah seorang manusia, bukan iblis, bukan malaikat, bukan seorang dewa, atau pun seperti makhluk hidup lainnya. Kami memiliki konsep yang berbeda dengan seluruh makhluk hidup yang ada di seluruh alam semesta ini. Kami lebih dikenal sebagai Entitas yang tercipta langsung oleh keberadaan yang lebih tinggi.

Kami tidak memiliki nama, tidak diciptakan dengan emosi, tidak memiliki sejarah, tidak memiliki wujud asli.

Semenjak pertama kali kami membuka mata, kami hanya dibekali oleh sebuah kode, julukan, kekuatan langsung dari sang pencipta dan sebuah misi yang harus kami emban.

Kami awalnya kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi, karena sedari awal kami diciptakan. Kami sudah dihadapkan oleh sesosok malaikat dengan wujud mengerikan yang memberikan kami sebuah misi.

Tugas itu berupa mencari sang utusan di negeri ini, namun kami tidak diberitahukan dengan jelas, bagaimana ciri-ciri dari utusan tersebut, sehingga ini menjadikan tantangan bagi kami semua.


Sha menyimak cerita tersebut dengan serius, ia sedikit tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Entitas tersebut, seolah rasa kagum dan bingung bercampur aduk.

Sha tidak tahu apa yang harus ia katakan, ia tidak menyangka bahwa makhluk yang ada didepannya memiliki potensi yang dapat melampaui konsep dewa itu sendiri.


Kebetulan para Entitas sudah berkumpul di ruang tamu, Sha bertanya, "sebenarnya aku ingin membantu kalian untuk mencari utusan tersebut, karena aku memiliki banyak koneksi ditempat ini, tapi aku harus tau dulu bagaimana aku harus memanggil kalian semua?"

Ekspresi para entitas seketika berubah setelah mendapati pertanyaan tersebut.


"Ah! bukan begitu, pertanyaan ini jangan terlalu dianggap serius, santai saja," ucap Sha sambil merasa bersalah telah membuat para Entitas menjadi bingung.

"Kalian memiliki julukan sendiri bukan? bisakah kalian memperkenalkan diri menggunakan julukan itu?, ini memang agak aneh daripada harus memanggil kalian dengan kode nomor" lanjut Sha.

Dengan begitu kami memperkenalkan diri satu persatu sesuai dengan julukan apa yang kami dapatkan semasa kami pertama kali membuka mata.

Dan Sha mulai memanggil kami dengan julukan tersebut. . .



Bag 2 Pendekatan Diri 



Setelah dialog yang cukup lama tersebut, Sha pun beranjak tidur untuk menghilangkan lelah yang berkepanjangan. . .

Kami dipersilahkan untuk tidur dimanapun yang kami mau, namun makhluk seperti kami ini memang ditakdirkan tidak bisa tidur. . .

Kami semua berkeliling di sekitar negeri ini untuk sekedar beradaptasi dengan lingkungan baru. . .

Bahkan setelah larut malam pun, tempat ini masih saja ramai.

Ada banyak orang-orang yang berlalu lalang. . .


Pada suatu titik, Entity X berjalan menyusuri pinggiran sungai yang mengalir perlahan di tengah malam yang tenang. Entitas lainnya mengeksplorasi kota terapung dan memperhatikan kehidupan malam yang unik. 

Tiba-tiba, Entity 01 (Destiny) berkata, "Sungguh tempat yang menarik. Rasanya nyaman. Aku penasaran, bagaimana manusia bisa menciptakan sesuatu yang seindah ini?"

 Entity A (Reality) menjawab, "Dari cerita yang Sha ceritakan, sepertinya manusia ini memiliki kekuatan sihir yang luar biasa. Tapi, entahlah, aku masih sulit membayangkan bagaimana kekuatan seperti itu bisa mengubah dunia." 

Entity 00 (Zero) menambahkan, "Mungkin mereka memiliki pemahaman dan kebijaksanaan yang berbeda. Kita akan belajar lebih banyak selama kita berada di sini." 

Sementara itu, Entity X (Create) melihat ke langit malam yang cerah. Meskipun tidak merasakan kelelahan, ada keheningan dalam dirinya. "Dunia ini penuh dengan misteri. Aku merasa ada sesuatu yang menarik di sini."

Samar-samar suara yang tadi membisik kepadaku berkata.


Ia adalah Adonai, Adonai pun berkata, "Apa kau kesepian? mengapa tidak ikut dengan teman-temanmu di kota terapung sana?"

Mendengar suara tersebut, Entity X (Create) membalasnya dengan tenang, "Entahlah... Sepertinya aku lebih suka sendirian disini. Kau Adonai bukan? kalau begitu sekalian saja aku ingin bertanya kepadamu mengenai sosok utusan di negeri ini."

Adonai pun tertawa kemudian berkata, "Hahaha sudah kutebak kau akan berkata sedemikian rupa."

Angin malam membuat syal milik Entitas X (Create) berkibar bagaikan semangat yang tak terlihat namun memberi kehangatan pada malam yang sejuk. Entity X (Create) berdiri di tepi sungai, memperhatikan langit yang begitu indah.

Entity X (Create) sudah berharap lebih kepada Adonai untuk segera memberitahukan tentang informasi mengenai sang utusan tersebut.


"Kau belum mandiri juga ya ternyata." Canda Adonai.

Suara Adonai terdengar begitu jelas di telinga, ketika Entity X (Create) melihat ke belakang, Adonai tiba-tiba sudah berada di tempat itu.


"Dari surga tiba-tiba muncul di depanku? ba-bagaimana kau bisa tiba secepat itu?!" Tanya Entity X (Create) dengan penuh kebingungan.

Adonai tersenyum sinis, "Pertanyaanmu itu seperti meremehkan kemampuanku."

"Apakah dirimu melihat rumah yang tampak sederhana itu?" Lanjut Adonai sambil menunjuk tempat yang dimaksud

Entity X (Create) melihat kearah rumah yang dimaksud, dan ternyata itu adalah rumahnya Sha.

Entity X (Create) tidak percaya dengan apa yang baru ia lihat, dan ia mencoba untuk memperbaiki pandangannya.


"Kenapa tampak bingung?, apa kau meragukannya?" Ucap Adonai seakan membenarkan apa yang dilihat oleh Entity X (Create).

Siapa yang menyangka bahwa orang yang sedari tadi berbicara dengannya adalah seorang utusan, tak pernah terpikirkan bahkan Entity X (Create) sempat singgah kerumahnya sendiri untuk mendengar ceritanya.

Siapa lagi jika bukan Sha.


Adonai tersenyum melihat reaksi Entity X (Create). "Dia adalah utusan yang ditakdirkan untuk mengubah takdir diseluruh alam semesta. Sha memiliki kekuatan luar biasa yang belum terungkap sepenuhnya."

Entity X (Create) memandang rumah sederhana itu dengan penuh pengertian.

Belum juga menyampaikan terima kasih atas petunjuk yang diberikan. Bagaikan kilatan cahaya, Adonai langsung pergi dari tempat itu.

Entity X (Create) yang masih terheran-heran dengan pernyataan tersebut, memutuskan untuk mendekati rumah Sha. Langkahnya terasa ringan, seperti melangkah di atas awan.

Ketika Entity X (Create) tiba di depan pintu rumah, ia menghentikan langkahnya sejenak. Pertanyaan-pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Bagaimana Sha bisa menjadi utusan yang begitu penting?  Dan apa peran mereka dalam masalah ini?

Entity X (Create) ingin mengetuk pintu rumah Sha, namun niatnya terhentikan setelah mengingat bahwa manusia akan terganggu dalam tidurnya ketika mendengar suara.

Sebagai gantinya, Entity X (Create) memilih duduk di depan pintu rumah Sha, menunggu pagi tiba. Ketika mentari mulai tiba dan rekan sesamanya muncul, para Entitas itu berbincang-bincang mengenai temuan Entity X (Create) dimalam itu.


Entity X (Create) bertanya, "Apa perlu ku beritahu soal temuan ini kepada Sha?"

"Itu adalah keputusan yang salah, bagaimana seorang anak kecil lemah mengemban misi yang mungkin setara dengan Dewa?" Ucap Entity 04 (Fortune).

"Aku juga tidak habis fikir tentang masalah ini."  Entity A (Reality) Menambahkan.

"Supaya tidak mendadak kedepannya, bukankah lebih baik kita langsung memberitahukannya?" Tanya  Entity 05 (Unfortune).

Entity X (Create) memikirkan saran dari rekan-rekannya. Meskipun ragu, mereka akhirnya memutuskan untuk memberitahukan Sha mengenai kehadiran Adonai dan perannya sebagai utusan yang ditakdirkan untuk mengubah takdir seluruh alam semesta.

Pagi itu, ketika Sha muncul dari dalam rumah dengan penuh semangat, Entity X (Create) memberanikan diri untuk berbicara.


"Sha, ada sesuatu yang perlu aku sampaikan padamu. Tadi malam, aku bertemu dengan Dewa Utusan dari Pencipta seluruh alam semesta yaitu Adonai, dan ia memberitahuku tentang peranmu sebagai utusan yang memiliki kekuatan luar biasa." Ucapnya

Sha terkejut mendengar pengakuan dari Entity X (Create), manusia manapun mungkin tidak pernah menerima informasi dadakan tersebut.

Berfikir jika para Entitas yang diutus ke dunia itu sebanyak sepuluh orang, tentu misi kali ini bukan main-main. Terlebih lagi yang datang kemarin malam adalah Dewa yang diutus langsung oleh Sang Pencipta.


Sha tersenyum kemudian berkata, "Jika itu yang ingin disampaikan olehmu, maka aku akan menerimanya dengan senang hati."

Para Entitas terkejut melihat Sha seakan bersikap tenang dengan ini semua, kemungkinan besar misi ini adalah untuk menjaga keseimbangan alam semesta dari sosok malaikat itu yang diberi julukan sebagai (The Fallen).

Tentu bukan sembarang orang yang dipilih oleh Adonai untuk mengerjakan misi ini.

Dengan wajah yang sedikit tertunduk, Sha kemudian berkata "Melihat ekspresi kalian mungkin ada alasan tertentu dengan kedatangan kalian di dunia ini, aku tidak akan menghkianatinya karena mungkin aku memang ditakdirkan seperti itu."

Entity X pun tunduk dihadapan Sha kemudian diikuti oleh Entitas lainnya. Oh seperti inikah sifat dari seorang utusan?.

Dari Adonai, Sha mendengar panggilan takdirnya yang tak terduga. Berita ini menempatkannya di tengah-tengah perubahan besar yang akan mempengaruhi takdir alam semesta itu sendiri. Namun, keberaniannya menerima tanggung jawab ini dengan hati terbuka menunjukkan keteguhan hati dan kebijaksanaannya.

Entitas juga menghadapi tantangan besar. Mereka, yang telah diutus untuk membantu mempertahankan keseimbangan alam semesta, kini berada di ambang pengungkapan peran mereka yang sebenarnya di hadapan manusia yang mereka temui.

Tentu saja, dengan setiap pengungkapan kebenaran, pertanyaan baru muncul. Tapi saat ini, yang terpenting adalah kekuatan persahabatan dan kepercayaan antara Sha dan para Entitas, serta kekuatan mereka untuk menghadapi perubahan besar yang akan datang.


"Ee-eeh, mengapa kalian semua tertunduk? Aku takut akan terjadi kesalahpahaman di sini," ucap Sha.

Entity X (Create) angkat bicara, "Maafkan kami, Sha. Kami tertunduk sebagai tanda penghormatan terhadap peranmu yang begitu besar. Kami, Entitas, hadir di dunia ini untuk membantumu dalam mengemban misi yang besar ini."

Sha berlutut dan memegang bahu Entitas itu, kemudian berkata "Tidak perlu ada penghormatan seperti itu. Kita semua sama, tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di sini. Saya yakin, dengan kekuatan kita yang bersatu, kita bisa menghadapi segala rintangan."

Para Entitas mengangguk, merasa lega dengan pemahaman dan penerimaan Sha terhadap keberadaan mereka. Kebersamaan dan kolaborasi menjadi kunci untuk menghadapi perjalanan yang panjang dan penuh tantangan di hadapan mereka.

Begitu kata-kata itu diucapkan, semangat satu tim semakin menguat. Membawa mereka kepada harapan dan tekad yang tulus dalam hati masing-masing.

Namun di tengah situasi tersebut datanglah paman Ibra yang merasa heran melihat mereka (para Entitas) berlutut dihadapan Sha.


"Kalian ngapain?" Tanya Paman Ibra karena merasa heran melihat para tamu itu berlutut.

"Ti-tidak kok, lupakan saja." Jawab Sha sambil terbata-bata karena kaget melihat Paman Ibra tiba-tiba datang.

Dengan begitu, kami kembali menjalani rutinitas harian bersama Sha, melakukan berbagai kegiatan seperti menyiapkan barang dan berkunjung ke negeri tetangga, negeri pertama yang kami kunjungi, yaitu Barnicia.



Bag 3 Negeri seberang 



Setelah beberapa hari berlalu. . .

Akhirnya kami mendapati orang yang dimaksud oleh Adonai. . .

Tak disangka bahwa seorang gadis yang menjaga toko kecilnya adalah sosok yang diutus. . .

Aku tidak pernah menyangka bahwa takdir berkata sedemikian rupa.


Sambil menaiki kuda, dipertengahan jalan. Entity X (Create) mulai bercerita tentang maksud dari misi ini. Mulai dari adanya malaikat yang ingkar kepada sang pencipta hingga bebasnya Ular penyiksa dari Eldritch.

Kemudian kami meminta izin kepada Sha agar dilatih oleh kami.

dengan begitu Sha pun menyetujuinya.

Sha dapat dengan mudah memahami isi cerita yang disampaikan oleh Entitas tersebut. Padahal isi dari cerita itu sangat sulit untuk dipahami bagi orang biasa. 

Sha kemudian membagikan kisah bagaimana ia akhirnya tinggal bersama pamannya. Tidak lupa, ia juga akan menceritakan perjalanan hidupnya sendiri.

Sambil membayangkan isi dari cerita tersebut, kami pun mulai menyimaknya.


Dahulu ia adalah keturunan dari penyihir api legendaris, penyihir itu dikenal sebagai salah satu penyihir paling kuat dalam sejarah, yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan memanipulasi api sesuai kehendaknya. Warisan kekuatan magis turun temurun hingga pada keturunannya yang sekarang.

Sha mewarisi sebagian dari warisan tersebut dalam bentuk api abadi yang tak dapat dipadamkan oleh cara apapun, kecuali jika Sha sendiri memutuskan untuk memadamkannya. Kekuatan ini memberikan Sha kekuatan yang luar biasa, tetapi juga membawa tanggung jawab besar. Penggunaan kekuatan magis seperti ini sangat dilarang di dunia ini, dan siapapun yang berani mengambil profesi penyihir akan dikenakan hukuman mati di negara manapun.

Namun, sebenarnya, ayah dan ibu Sha bukanlah seorang penyihir. Istilah "penyihir" hanya berlaku bagi nenek moyangnya. Meskipun demikian, masyarakat yang terdoktrin oleh prasangka keliru malah memburu mereka yang jelas-jelas tidak bersalah.

Ketika Sha masih kecil, ia menyaksikan ayah dan ibunya dihabisi tanpa ampun oleh para pengejar. Mayat keduanya dibakar oleh mereka. Beruntung, sekelompok orang muncul untuk menolong Sha, melibatkan diri dalam pertarungan sengit melawan pengejar-pengejar tersebut. Kelompok ini ternyata bercirikan ras Vampir dengan kulit pucat.

Mereka mengamankan Sha dan membawanya ke suatu tempat bernama Agio Vouno. Di negeri ini, Sha bertemu dengan pamannya, yang ternyata mengutus kelompok vampir untuk menyelamatkannya.

di negeri ini (Agio Vouno), aku bertemu dengan pamanku. Pamanku kemudian memperkenalkan kelompok itu yang dipimpin oleh Lashem Savirrah. Mereka tinggal di negeri tetangga bernama Barnicia.

Sha tinggal bersama pamannya hingga ia mencapai usia 14 tahun. Selama waktu itu, Sha mengalami perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan mengenal lebih dalam warisan magisnya yang luar biasa.

Setelah menyelesaikan cerita tersebut, Sha mendapati air matanya menetes. Ia menangis, terkenang akan kenangan bersama ayah dan ibunya yang menyentuh hatinya.

Para Entitas yang menyaksikannya hanya terdiam, tidak mampu berbuat banyak. Mereka hanya bisa mengetahui bahwa Sha sedang merasakan kesedihan, tanpa mampu merasakan apa yang sebenarnya dirasakannya.

Para Entitas itu hanya bisa berpikir tentang bagaimana kehidupan mereka tanpa emosi. Mereka menyadari bahwa "seorang makhluk hidup tidak akan sempurna jika tidak mampu merasakan emosi seperti marah, bahagia, sedih, jijik, dan lain sebagainya."

"Sepertinya, akan lebih baik jika aku berpura-pura ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Sha dari pada harus diam dengan ekspresi datar." Pikir mereka begitu.

Meskipun terdengar keji, namun inilah satu-satunya cara bagi mereka agar bisa berempati sebagai sesama makhluk hidup.

Tak terasa, setelah sekian lamanya perjalanan, kamipun akhirnya tiba di negeri seberang, yaitu Barnicia. Tempat ini juga merupakan favoritnya Sha. 

Negeri para Vampir ini dijadikannya sebagai tempat untuk peluang bisnis, selain itu, tempat ini juga menjadi tempat tinggal bagi kelompok penyelamat itu.

Sepertinya aku menyadari bahwa Sha menyukai ras Vampir berkulit pucat disini.
 
Sesampai di toko kecil itu, kami membantu Sha untuk meletakkan barang-barang yang diperlukannya, guna mempercepat pekerjaannya.

Setelah selesai mengemasi barang yang diperlukan, kamipun rehat sejenak, memikirkan masa depan apa yang akan kami gapai selanjutnya.

Kami sudah mendapatkan apa yang kami inginkan. . .

Kami hanya perlu menyempurnakannya. . .














~Author : Destha Wibawa Putra


2 komentar:

Next Prev
▲Top▲