*Chapter ini adalah chapter tambahan yang mungkin akan berisi sangat pendek
CHAPTER 12
Ungkapan Terakhir
Dikisahkan dalam ayat...
Tentang kehidupan Sang Utusan hingga akhir hayatnya...
Ia berhasil mengalahkan yang terjatuh (The Fallen) dengan penuh perjuangan, dan berakhir dengan bahagia...
Namun. Sang Utusan harus mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi seluruh kelangsungan hidup alam semesta.
Di suatu hari, di negeri tempat tinggalnya, seluruh orang termasuk temannya menghormati jasanya dengan memberikan setangkai bunga di pemakamannya.
Setelah itu, mereka melakukan kegiatan mereka seperti biasanya. Dari El-Yorah yang kembali ke negerinya untuk memimpin bangsa Kingdom Of Barnicia.
Sementara Lash, ia kembali menjadi pengawal setia El-Yorah. Dan Liel adiknya, melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang peramal pengembara dari Barnicia.
Sedangkan Timofey, ia kembali ke Feyorian Empire untuk pulang ke negeri asalnya.
Paman Ibra, bertugas untuk menjaga dan membersihkan pemakaman Sha.
Dan Kyros yang pensiun dari pekerjaannya sebagai penagih hutang (Debt Collector).
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Sha, cukup membekas untuk mereka semua.
Namun... Apakah akan berakhir hingga disitu saja?
Bag 1 Pengakuan Adonai
Di dalam dimensi yang sangat tinggi. Bahkan telah melampaui arti dari kata "Tak Terbatas".
Seluruh entitas termasuk Entity 101 (Matrix) dan Entity B (Fear) dipanggil oleh malaikat pengendali alam semesta yang bernama Karae untuk menghadap Adonai.
Adonai bertepuk tangan atas keberhasilan mereka, "Selamat... Selamat... Selamat atas keberhasilan kalian." ia mengucapkan kata "selamat" sebanyak tiga kali kepada para entitas.
"Terlebih lagi kepada dirimu, Xabell... Hehehe, apakah dirimu merasa puas setelah mendapatkan nama dan emosimu sendiri?" lanjut Adonai, ucapannya terdengar seperti ejekan.
Mendengar pujian dari Adonai, semua entitas hanya bisa terdiam dan menatapnya dengan tatapan datar. "Kenapa? Apa kalian merasa tidak senang mendengar pujianku?" tanya Adonai dengan tersenyum.
"Kami sangat berterima kasih atas pujian anda yang terkuat Adonai... Kami telah menjalankan tugas kami, menemukan, menjaga dan membuat perkembangan kepada Sang Utusan. Dan kami juga telah mengalahkan Arraziel." jawab Entity X yang telah dinamai oleh Sha sebagai Xabell Criada.
"Hahaha! Ucapanmu adalah kebenaran yang dapat dibuktikan, karena diriku menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Lantas, apa kalian ingin mendapatkan imbalan atas keberhasilan kalian?" tanya Adonai.
Dengan sikap yang penuh rasa hormat tetapi dengan refleksi mendalam, menjawab. "Kami tidak mencari imbalan pribadi, Adonai. Kami telah melakukan tugas kami karena kewajiban dan kehormatan. Akan tetapi, kami masih dapat merasakan keberadaan makhluk itu."
Mendengar jawaban tersebut, Adonai pun tersenyum. "Itulah jawaban yang paling ku tunggu... Dalam waktu yang sangat singkat, akhirnya diriku dapat melihat mulut mereka yang terbuka dan berkata dengan jujur."
Setelah itu Adonai pun memberikan para entitas kekuatan tambahan yang akan digunakan untuk melawan Arraziel.
Merasa heran, Xabell pun bertanya tentang tujuannya. "Wahai yang terkuat. Apa tujuan mu sebenarnya? Mengapa kau tidak langsung mengakhirinya (Arraziel), padahal kau sendiri mampu." Tanya Xabell.
Adonai hanya tersenyum melihat reaksi mereka. Kemudian Xabell berkata. "Aku mengerti... Itu berarti..." Adonai pun langsung memotong pembicaraannya. "Itu benar... Akulah yang memulai dan akulah yang mengakhirinya. Dan aku... Menciptakan tragedi ini, hanya ingin menonton langsung sebuah kisah yang jauh dari kata 'biasa'. Apakah kalian tidak bertanya? Tentang awal mula para makhluk hidup tercipta?"
"Dari awal, mereka tercipta dari bahan yang berbeda. Contohnya adalah manusia yang tercipta dari tanah. Sang pencipta menciptakan mereka untuk menjadikan mereka sebagai pemimpin di muka bumi, selama mereka hidup, mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing, ada yang menciptakan peradaban dan ada juga yang menghancurkan."
"Hingga disaat hari akhir tiba, mereka akan mempertanggung jawabkan atas perbuatan mereka selama didunia. Di akhirat... Mereka akan menjadi abadi. Dan kisah akan berakhir disana."
"Namun, pernahkah kalian berfikir? Apa jadinya jika suatu kisah dari perjalanan makhluk hidup yang awalnya biasa saja berubah menjadi suatu yang melenceng dari yang seharusnya? Tidakkah kau bertanya seperti itu?! Suatu kisah yang tak ada akhirnya!!"
"Apa jadinya jika suatu perjalanan hidup tidak sesuai dengan ayat yang ditulis oleh Sang Pencipta?!! Maka itulah dia, awal dari suatu tragedi yang tak pernah berakhir, suatu tragedi yang terus berlanjut hingga diriku berkata 'berhenti'. "
"Apa jadinya jika suatu perjalanan hidup tidak sesuai dengan ayat yang ditulis oleh Sang Pencipta?!! Maka itulah dia, awal dari suatu tragedi yang tak pernah berakhir, suatu tragedi yang terus berlanjut hingga diriku berkata 'berhenti'. "
"Tragedi itu adalah Ayat Fatal (Fatal Verse)." setelah itu Adonai pun mengakhiri penjelasannya mengenai tujuannya untuk membuat tragedi ini.
Mendengar penjelasan tersebut, Xabell merasa dikhianati oleh fakta bahwa tragedi yang mereka alami adalah bagian dari rencana Adonai. "KAU!!? MENGAPA KAU MENYIKSA KAMI SEPERTI INI?" sambil melangkah maju dengan wajah serius, ia berjalan menuju Adonai.
Karae, sebagai makhluk yang paling setia, memperlihatkan ketegasannya ketika suatu entitas melampaui batas. Ia menebaskan pedangnnya dan menghentikan pedangnya tepat di leher Xabell sebagai peringatan.
"Karae... Jangan melakukan suatu yang tak ku perintahkan jika tidak ingin ku lenyapkan." kata Karae dengan tersenyum.
Kemudian Karae menolehkan pandangannya kepada para entitas lagi. "Jika sudah siap maka turunlah dari sini..."
"Kecuali Matrix dan Fear... Kalian berdua tetaplah disini." Lanjutnya.
"Kecuali Matrix dan Fear... Kalian berdua tetaplah disini." Lanjutnya.
Dengan perasaan campur aduk mereka semua kembali ke dimensi awal mereka tercipta yaitu 0-Layer.
Disaat seluruh entitas itu memasuki 0-Layer, Xabell mengurungkan niatnya untuk memasuki 0-Layer dan berniat untuk singgah ke alam semesta tempat Sha berada. Guna melepas kerinduan atas kepergian Sang Utusan.
Sesampainya disana, ia duduk dan meratapi makam Sha yang dipenuhi oleh bunga-bunga. Pikirannya kosong, setelah itu ia pun berdiri menatap langit sore yang indah dengan campuran warna jingga, biru, dan ungu.
Dibelakangnya, ia merasakan kehadiran seseorang, tetapi ketika menghadap kebelakang. Ia melihat paman Ibra, paman Ibra pun tersenyum menyapanya dan kemudian menuju ke pemakaman Sha berniat untuk membersihkannya.
Merasa heran Xabell pun menatapnya dengan serius, karena paman Ibra adalah makhluk hidup biasa sekaligus sosok pertama yang memanggilnya dengan sebutan "Xabell".
Tanpa mengucap sepatah katapun. Paman Ibra langsung pergi meninggalkan Xabell di pemakaman tersebut.
Akan tetapi, Xabell tiba-tiba merasakan ada hal yang janggal ketika sedang berada disana. Ia merasakan kejanggalan itu tepat di atas semesta tempatnya berdiri.
Ia pun, langsung melayang terbang dengan kecepatan tinggi keluar dari semesta tersebut. Setelah sampai, alangkah terkejutnya ia ketika melihat Arraziel sedang berada disana menunggunya.
Dengan nada tajam, Xabell berkata. "Kau?!! The Fallen!? Apa yang kau inginkan sekarang? Bukankah kau sudah dihancurkan?"
"Tunggu dulu... Aku berada disini bukan untuk mengajakmu bertarung, tapi lihatlah alam semesta itu dengan matamu sendiri." ucap Arraziel dengan nada tenang.
Bag 2 Reuni Dengan Musuh
Xabell melihat sesuatu yang mencolok dan tidak biasa di luar alam semesta. Ia memahami maksud dari Arraziel, yaitu penghuni alam semesta tempat Sha berada. Telah mengetahui tentang kosmo diluar semesta mereka sendiri.
Xabell merasa cemas dan bersalah karena mengetahui bahwa para makhluk hidup biasa dalam alam semesta tempat Sha berada telah melanggar hukum alam semesta dengan mengetahui kosmos di luar semesta mereka sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan besar dan konsekuensi yang tidak diinginkan.
Walaupun masa depan yang ada pada alam semesta itu mungkin akan berubah secara drastis. Akan tetapi, sejarah tentang kehadiran mereka tetap akan menjadi perbincangan di masa yang akan mendatang pada semesta tersebut.
"Bukankah mereka yang melanggar hukum alam harus dimusnahkan?" tanya Arraziel.
Mendengar hal itu Xabell pun mengancam. "Akan kuhancurkan kau sekali lagi jika berani melakukannya. Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan makhluk hidup yang telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak mereka ketahui."
"Kau mungkin merasa terikat oleh hukum, tapi ingatlah bahwa semua hal yang terikat pada hukum semesta bisa dirubah. Apa yang kau lakukan di sini, adalah keputusan besar yang akan mempengaruhi lebih dari sekadar satu semesta." Kata Arraziel dengan tersenyum sinis.
Xabell harus memilih apakah akan melindungi makhluk hidup di alam semesta yang telah melanggar hukum semesta atau mematuhi hukum yang mungkin memerlukan tindakan drastis. Pilihan ini akan mempengaruhi keseimbangan dan masa depan kosmos.
Xabell bisa saja mencari cara untuk memperbaiki pelanggaran tanpa merusak atau menghancurkan seluruh semesta.
Dengan keputusannya yang sudah bulat, ia pun memindahkan Arraziel ke dalam dimensi tak terbatas yang berbentuk abstrak untuk bertarung dengannya bukan untuk bekerja sama.
Dimensi ini adalah tempat yang tidak terdefinisi dengan jelas, dipenuhi oleh bentuk dan warna yang berubah-ubah, memberi kesan bahwa realitas di sini tidak terikat pada hukum fisika atau kosmos yang biasa.
"Kau serius ingin bertarung denganku satu lawan satu?!" tanya Arraziel.
"Terlalu mengandalkan pasif? Bukankah itu cara orang lemah bertarung... Lawan aku, aku tidak akan melancarkan kekuatan terkuatku hanya untuk makhluk sepertimu." jawab Xabell yang kini telah bertekad untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan apa yang dinamakan "Balas dendam".
"HAHAHAHA!!! AKU SUKA SIFATMU." kata Arraziel kemudian langsung melesat dengan cepat dibelakangnya.
"Aku... tidak memiliki sifat maupun emosi." balas dirinya dengan menangkis serangan tersebut dan menabrak dimensi abstrak kemudian menghancurkannya.
Di dalam dimensi tak terbatas dan abstrak tersebut, mereka bertarung dengan sangat sengit. Kekuatan mereka berdua, sama-sama mendominasi dan tidak ada yang lebih kuat ataupun lebih lemah sedikit pun.
Karena Xabell, tidak perlu mengkhawatirkan tentang kehancuran semesta ataupun makhluk hidup lainnya. Ia hanya perlu fokus bertarung dengan Arraziel tanpa beban.
Xabell menggunakan kekuatan andalannya yaitu menciptakan sebuah tongkat multi fungsi yang dapat berubah wujud menjadi senjata lain.
Arraziel dipukul dengan tongkat tersebut. Disaat waktu yang tepat... Tongkat itu berubah menjadi pedang yang dapat menusuk Arraziel setelah itu berubah menjadi palu, membuat Arraziel terpental jauh.
Dari kejauhan Arraziel menyemburkan api merahnya yang sangat panas membuat objek apapun terbakar jika terkena. Dengan serangan api ini, Arraziel mencoba untuk mengatasi pertahanan Xabell dan menciptakan kerusakan yang signifikan, tetapi serangan tersebut berhasil ditangkis oleh Xabell dengan tongkatnya yang berubah menjadi perisai.
Tidak cukup kuat, Arraziel pun menggunakan kekuatan kegelapan dan kehampaan untuk menekan Xabell dan menciptakan lingkungan yang tidak stabil dalam dimensi abstrak.
Xabell pun terdorong dan menabrak struktur abstrak dimensi tersebut. Melihat hal itu, Arraziel tertawa "HAHAHA! Mari kita lihat apakah prinsip dan etika yang kau pegang akan cukup untuk mengalahkanku."
"Aku tidak akan menyerah. Ini adalah tanggung jawabku untuk melindungi makhluk hidup dan menjaga keseimbangan semesta." balas Xabell dengan senyuman.
Xabell perlu terus menggunakan strateginya dengan bijak, mengelola sumber daya dan energi yang dimilikinya untuk mengalahkan Arraziel. Terkadang ia melancarkan kekuatannya untuk memecahkan ruang.
Ketika Arraziel terdorong dari jarak yang sangat jauh, Arraziel mengarahkan jarinya kedepan dan mengumpulkan energi, kemudian menembakkannya secara horizontal. Serangan ini menghancurkan seluruh struktur dimensi yang menghalanginya, menunjukkan kekuatan destruktifnya yang sangat besar.
Setelah menembakkan energi, Arraziel melesat dengan kecepatan tinggi, mendorong tubuh Xabell hingga menembus ruang dimensi. Akibat serangan tersebut, ruang dimensi berubah menjadi warna abu, menandakan kerusakan yang signifikan pada struktur dimensi dan lingkungan sekitar.
Sementara dari sudut pandang lain. Seluruh semesta mengalami penghentian waktu, membuat setiap objek, makhluk hidup, dan fenomena kosmik terhenti dalam keadaan diam. Dalam keadaan ini, semua aktivitas dan perubahan berhenti. Alam semesta tampak membeku.
Di dalam dimensi abstrak dan tak terbatas. Xabell terdiam melihat Arraziel yang mengubah wujudnya menjadi seperti kelelawar dan menghantamnya dengan keras membuat Xabell terdorong menembus lapisan terakhir dari ruang dimensi tersebut.
Melihat Xabell yang terbaring di bawah struktur dimensi abstrak. Arraziel menghampirinya dan berkata. "Bagaimana?! Apakah kau masih ingin bertarung satu lawan satu lagi denganku?"
Xabell pun mengangkat tangannya keatas dan melancarkan kekuatannya yang dapat merobek ruang, tetapi Arraziel mampu menghindari serangan tersebut dengan mudah. Dalam keadaan terbaring ia memanggil namanya, "Arraziel..."
Xabell pun terbangun, sambil menatap Arraziel dengan tatapan tajam. "Kau selalu berambisi untuk menghancurkan... Apakah kau mengira bahwa Sang Pencipta akan menyukai perbuatanmu itu?"
"Baru sekarang kau ingin bertanya seperti itu!? Aku sudah menghancurkan lebih dari ribuan alam semesta yang tak terbatas... Aku akan membuktikan kepada Sang Pencipta, bahwa seperti inilah cara diriku untuk mengatasi kutukan tiada akhir ini." jawab Arraziel.
"Aku... Sungguh membenci kehidupan makhluk kotor!" tambahnya.
"Seperti itu rupanya..." kata Xabell dengan singkat.
Bag 3 Upaya Akhir
Dalam dimensi tersebut. Kedua tokoh saling bertatapan dengan penuh kebencian...
Seakan mereka adalah musuh alami di dunia ini, seperti rayap dan semut, kucing dan rakun, ular dan burung pemangsa lainnya.
Arraziel tiba-tiba merasakan kekuatan dahsyat yang menyelimuti tubuh Xabell. Arraziel pun membuka matanya untuk melihat bentuk dari kekuatan tersebut sambil berkata. "Itu dia... Inilah dia pertarungan yang paling ku nantikan!"
Xabell pun menutup mata dan mencoba memfokuskan kehancuran tersebut kepada Arraziel. "Ya... Kalau begitu aku akan mengucapkannya tanpa beban sedikit pun..." ujar Xabell yang membuat Arraziel sedikit kebingungan.
Arraziel hanya tersenyum sambil menunggu kejutan yang akan diberikan oleh Xabell.
Xabell pun membuka matanya kembali dan berkata. "Game Over...! (Permainan Berakhir)"
Seluruh isi dari dimensi abstrak itupun rusak dan menampilkan glitch seperti yang ada pada layar televisi. Arraziel yang terkena dampak tersebut secara langsung merasa tertantang menghadapi kekacauan itu.
"Kekuatan ini... Kenapa kau tidak melakukannya dari tadi." tanya Arraziel.
Dengan tatapan serius, Xabell menjawab. "Jika diriku melakukannya diluar dari dimensi ini. Maka seluruh kosmo akan merasakan dampaknya." Xabell menjelaskan bahwa dampak dari kekuatan ini jika dilakukan di luar dimensi akan merusak seluruh kosmos, sehingga ia memilih untuk melakukannya di dalam dimensi yang tak terbatas sehingga kekuatannya hanya akan terjebak dalam dimensi itu saja.
Setelah menghantam Arraziel hingga menghancurkan lantai dimensi abstrak, Xabell dan Arraziel melesat keluar dan memasuki dimensi yang dikenal sebagai Seal Of Arraziel.
Dimensi ini secara pasif mengaktifkan mekanismenya saat Arraziel memasuki wilayahnya. Dengan ini, Seal Of Arraziel menyegel kekuatan Arraziel dan mengurungnya dalam dimensi tersebut. Arraziel yang dirantai menjadi tidak dapat bergerak. Kekuatan dan kemampuannya diserap oleh dimensi, membuatnya tidak berdaya.
"Huh?! Ternyata seperti ini cara mainmu? DASAR PECUNDANG!!!" Teriak Arraziel, suaranya sangat keras sehingga terdengar oleh para entitas yang ada di 0-Layer.
Xabell mengarahkan tangannya ke Arraziel dan melancarkan serangannya yang mematikan, berusaha untuk membunuhnya. "Menangislah disini, hingga hari akhir tiba." ucap Xabell sambil menyiksa Arraziel.
Akan tetapi, meskipun Xabell telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membunuh Arraziel, tampaknya kekuatan dahsyat miliknya pun masih belum cukup untuk melukainya.
Dirasa tak dapat membunuhnya, Xabell pun meninggalkan Arraziel didalam dimensi tersebut sendirian. "Hey... Create..." Arraziel dengan suara lemah ia pun memanggil namanya.
"Namaku Xabell." balas Xabell yang kemudian menghentikan langkahnya.
"Khekhekhe... Apa kau pikir kau dapat menghentikan tragedi semudah ini?!" tanya Arraziel kemudian menatapnya dengan sinis.
"Tidak... Aku yakin suatu saat kau akan lepas dan kembali melakukan kekacauan." jawab Xabell yang kemudian menolehkan pandangannya kearah Arraziel.
"Kau benar, aku akan kembali dan melakukan tragedi yang sama, tetapi, lebih mengerikan dari sebelumnya." jelas Arraziel, sementara Xabell hanya terdiam menatapnya dengan serius.
"Tragedi Fatal Verse... AKAN TERUS BERLANJUT, hingga yang terkuat berkata 'berhenti'..." lanjut Arraziel.
"Cepat atau lambat, Seluruh kosmo akan mengetahui peristiwa besar ini."
"Dan aku akan memenangkan permainan besar-besaran ini!"
Arraziel pun tertawa dengan keras di dalam dimensi tersebut sementara Xabell hanya terdiam menatapnya. "Aku menang.... AKU AKAN MEMENANGKANNYA!!! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!"
........
Aku... Tidak tahu apa yang dapat menghentikannya...
Bahkan Veracity saja belum cukup untuk memusnahkan keberadaannya...
Maka dari itu...
Aku akan mengambil langkahku yang terakhir...
....
...
..
GAME OVER!
Tamat....
~Author : Destha Wibawa Putra
~Author : Destha Wibawa Putra
0 komentar:
Posting Komentar