CHAPTER 9
Negeri Dibawah Hujan
Di lorong yang sangat panjang dan gelap...
Ada sesosok makhluk yang sedang menunggu kedatangan mereka...
Sambil tersenyum sinis ia memanggil pengikutnya, kemudian memenggal kepalanya untuk diminum darahnya.
Setelah melakukan hal itu, ia pun tertawa dan mengejek para pengikutnya yang sedang tertunduk kepadanya.
Didalam situasi yang sangat kelam itu. Ia adalah lawan yang akan dihadapi oleh Sha dan yang lainnya.
Dalam suasana yang masih hujan. Sha, El-Yorah dan Timofey pun meminta pertolongan kepada Lash untuk mengantarkan mereka ke Hanakoku.
"Lash... Kami membutuhkan kekuatanmu untuk berpindah lokasi ke tempat tersebut. Bisakah kau membantu kami hanya untuk sekali saja." Tanya Sha dengan wajah memelas.
"Hanakoku? Mungkin ini akan sedikit melelahkan. Namun, untuk apa kalian pergi ke tempat jauh dan berbahaya itu?" Tanya Lash dengan keingintahuannya.
"Kami melakukan sesuatu yang sangat penting untuk mencegah terjadi peperangan di seluruh negeri," jawab El-Yorah. "Sha dan Timofey, Kemarilah. Aku ingin menjelaskan sedikit yang kutahu tentang negeri itu." Lanjutnya.
Sha dan Timofey segera menyusul dan mendekati El-Yorah. El-Yorah kemudian mulai menjelaskan pengetahuannya tentang negeri yang bernama Hanakoku dan Ryuukoku.
Dahulu, Hanakoku dan Ryuukoku adalah dua negeri yang bersatu dalam harmoni, lebih dikenal sebagai Federasi Shogunara. Mereka berdiri untuk melawan negeri agresor yang bernama Zhan-Luyan.
Namun, ketika mereka berhasil mengalahkan Zhan-Luyan, sesuatu yang misterius terjadi. Federasi yang kuat itu terpecah menjadi dua negara yang saling berperang. Tak ada yang tahu pasti apa penyebabnya.
Pecahnya Federasi Shogunara menjadi Hanakoku dan Ryuukoku menandai awal dari konflik yang panjang dan berdarah. Hingga kini, kedua negara itu terus berperang, masing-masing berusaha untuk mengklaim kejayaan yang dulu mereka miliki bersama.
Sha dan Timofey mendengar dengan seksama. Kemudian Sha berfikir tentang sesuatu yang mungkin akan menjadi petunjuk baru nantinya.
Sesampainya di pertengahan kedua negeri antara Hanakoku dan Ryuukoku, dengan bantuan portal milik Lash, mereka tiba tanpa terdeteksi oleh kedua belah pihak yang berseteru. Portal itu membawa mereka ke sebuah lembah tersembunyi, di mana pepohonan rimbun dan kabut tipis menyelimuti daerah sekitar, memberikan mereka perlindungan alami dari mata-mata dan patroli musuh.
Setelah sampai di tempat itu, Sha, El-Yorah, dan Timofey mengucapkan "Terima kasih" kepada Lash. Lash, yang kebingungan, kemudian bertanya, "Apa aku tidak diajak ikut dalam misi kali ini?"
"Maaf jika terdengar seperti memanfaatkanmu, tapi kami bisa kembali lagi dengan kekuatan El-Yorah. Bukankah kau sendiri yang mengatakan 'akan sedikit kelelahan jika sampai di sini?'" jelas Sha kepada Lash.
"Ba-baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke rumahku. Selamat tinggal." Setelah mengucapkan kata perpisahan, Lash pun kembali memasuki portalnya untuk kembali ke rumah.
"Oke... Ini akan sedikit rumit." Kata El-Yorah sambil memantau kondisi sekitar.
"M-Maksudmu? Kita harus menerobos masuk dua negeri hanya untuk mencari petunjuk?! Itu tidak ada bedanya. Mengapa kau tidak langsung menggunakan kekuatan teleportasimu jika ujung-ujungnya akan merusuh?" tanya Timofey dengan nada tegas.
El-Yorah menepuk pundak Timofey dengan lembut, lalu dengan suara yang penuh penegasan, ia berkata, "Timofey, aku tidak gila. Aku tidak akan sembarangan masuk dan menciptakan kekacauan di negeri yang porak-poranda seperti ini. Kau tahu?!"
Sha menambah. "Bisakah kita mempercepat langkah?! Kita akan memanfaatkan hujan untuk menyelinap masuk."
Setelah sedikit berdebat, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka di negeri pertama yang akan mereka masuki. Yaitu Hanakoku.
Bag 1 Hanakoku
Pertama, mereka merencanakan untuk memasuki negeri bernama Hanakoku, sebuah negeri yang merupakan bagian dari pecahan Federasi Shogunara.
Hanakoku dikenal sebagai negeri yang kaya akan kekuatan militer, memiliki lokasi yang sangat strategis, dan memiliki banyak prajurit atau tentara.
Oleh karena itulah mengapa Federasi Shogunara sangat sulit untuk ditaklukan oleh bangsa Zhan-Luyan. Karena mereka memiliki Hanakoku sebagai sumber utama dari kekuatan ofensif mereka.
Mereka juga memiliki pengetahuan bela diri yang sangat luar biasa. Namun, yang sangat disayangkan adalah. Mereka hanya memiliki peralatan tempur biasa seperti pedang, panah dan perisai.
Mereka tidak memiliki pengetahuan mendasar tentang ilmu sihir, berbeda dengan bangsa lain yang memperbolehkan sihir hanya untuk kekuatan militer mereka. Di Hanakoku, siapa pun yang ketahuan memiliki kekuatan sihir, baik prajurit maupun warga sipil, akan diburu dan di hukum mati.
Hal itu terbukti ketika Sha, El-Yorah, dan Timofey telah sampai di pertengahan jalan menuju Hanakoku. Di sana, mereka melihat dinding yang berdiri sangat tinggi, mengitari negeri tersebut dengan megah. Untuk menghindari deteksi oleh kedua belah pihak yang berseteru, mereka memutuskan untuk melewati hutan yang lebat.
Tanpa sengaja mereka melihat sekelompok orang dengan pakaian serba hitam sedang melarikan diri dari pengejaran prajurit dan juga penjaga Hanakoku.
Ketika mereka tertangkap, mereka dibawa paksa untuk dieksekusi. Sebagian dari mereka mencoba memberontak dan melarikan diri, sementara sebagian lainnya hanya diam menerima nasib
Namun, kebanyakan dari mereka terlihat berusaha melawan, seakan sudah tahu apa yang akan terjadi pada mereka.
Sha, El-Yorah dan Timofey mencoba memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelinap ke negeri tersebut disaat para penjaga tengah sibuk mengurus sekelompok orang tersebut.
Setelah melewati penjagaan yang sangat ketat. Kini, mereka telah masuk ke dalam negeri Hanakoku. Di sana terbentang pemandangan kota yang ramai, meskipun diselimuti oleh ketegangan akibat perang yang berkecamuk.
Ketika hendak melanjutkan perjalanan menuju ibu kota, mereka mendadak berhenti dan bersembunyi di balik reruntuhan bangunan tua. Mata mereka tertuju pada sekelompok prajurit yang membawa orang-orang berbaju hitam dan bertopeng yang mereka lihat sebelumnya. Para tahanan itu diikat dan didorong dengan kasar, wajah mereka tampak pucat dan lelah.
"Kita harus mengikuti mereka" ucap El-Yorah yang merasa bahwa akan mendapatkan petunjuk.
Sha dan Timofey pun setuju. Mereka bertiga mulai mengikuti kemana para prajurit itu pergi. Setelah beberapa waktu, Sha, El-Yorah dan Timofey melihat para prajurit itu membawa para tahanan menuju keramaian orang-orang.
Ternyata, tempat itu adalah lokasi eksekusi bagi mereka yang terdeteksi sebagai pengguna sihir. Sha, El-Yorah, dan Timofey melihat bahwa cara para prajurit mengeksekusi para tahanan sangatlah kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Para warga bersorak mengolok-olok sekelompok orang itu sambil meludah dan melempari mereka. Bahkan El-Yorah, yang sudah terbiasa dengan kekerasan, merasa ngeri melihat metode penyiksaan yang dilakukan para prajurit.
"Si-sial, aku tidak kuat melihatnya." Ujar Timofey dengan tangan gemetar.
Namun, Sha dan El-Yorah melihat simbol aneh yang ada di dahi para tahanan itu. Seakan simbol tersebut mengarah kepada Amonte.
"Iblis?" ucap El-Yorah dengan nada rendah tetapi penuh dengan ribuan tanda tanya. Ia menyadari bahwa simbol itu mengarah kepada Amonte, dewa iblis yang telah membawa begitu banyak kehancuran. Akan tetapi, ia juga menyadari bahwa Amonte belum lama ini dibunuh oleh Sha.
El-Yorah pun berbisik kepada Sha. "Sha. Menurutmu, apakah Amonte dapat bereinkarnasi?"
Sha hendak menjawab, namun ia kembali mengingat bahwa yang membunuh Amonte bukanlah dirinya, melainkan Entity X (Create). "Kita belum memiliki cukup bukti untuk itu. Mungkin ini adalah salah satu petunjuk terbaik yang bisa kita dapatkan."
Timofey menyeletuk. "Apa kalian masih betah disini?! Kenapa kita tidak lanjut berjalan saja?"
El-Yorah dan Sha bertukar pandang kemudian menatap Timofey dengan tatapan serius, merasa urgensi dalam kata-kata Timofey. "Kau benar. Tidak ada gunanya kita menonton dan bertahan dalam waktu yang lama. Ayo kita lanjutkan perjalanan kita." ujar El-Yorah sambil mengisyaratkan tangannya untuk mengikutinya pergi.
Di sisi lain, di dalam dimensi Al-Batlan. Devastar, sedang mengamati pertempuran yang luar biasa antara Exynone dan Entity A (Reality). Kekuatan destruktif mereka yang sangat tidak masuk akal.
Meskipun mereka dapat memutus aliran energi The Core. Akan tetapi, kekuatan mereka tidak dapat menyentuh dimensi Atrocity dan Veracity. Sebuah dimensi yang menompang kekuatan antara baik dan jahat.
Tiba-tiba, sebuah pemikiran melintas di benaknya. "Jika makhluk yang tersentuh oleh kekuatan Atrocity dan Veracity memiliki potensi yang dapat melampaui anomali itu sendiri... Mengapa aku tidak mencoba untuk memanfaatkan makhluk yang telah dianugerahi oleh kekuatan Atrocity dan Veracity itu sendiri?"
Devastar memandang medan pertempuran dengan pandangan yang baru. Dia tahu bahwa untuk menjadi yang lebih kuat, dia perlu lebih dari sekadar kekuatan dewa. Dia perlu kekuatan yang melampaui batas-batas Al-Batlan itu sendiri.
Devastar tahu bahwa kekuatan Atrocity lebih sesuai dengan sifatnya, dan peluang untuk menemukan makhluk yang telah tersentuh oleh kekuatan itu lebih tinggi. Oleh karena itu, ia berencana untuk mencari dan memanfaatkan makhluk-makhluk tersebut.
Namun, Devastar juga menyadari bahwa kekuatan Veracity, meskipun berlawanan dengan sifatnya sebagai dewa jahat, Veracity memiliki potensi yang lebih besar untuk mengalahkan Atrocity. Mengendalikan kekuatan Veracity akan sangat sulit baginya, tetapi ia tidak bisa menyepelekan kekuatan itu.
Devastar mulai menjalankan rencananya untuk mencari makhluk hidup yang telah tersentuh oleh kekuatan Atrocity dan Veracity. Ia meninggalkan dimensi Al-Batlan, meninggalkan Entity A (Reality) dan Exynone yang masih terlibat dalam pertempuran.
Di tengah-tengah ruang kosong yang luas, Devastar memulai eksperimennya. Ia menciptakan semesta baru, menumbuhkan peradaban dari ketiadaan. Setiap kali ia menciptakan dunia baru, ia dengan teliti mengamati perkembangan makhluk-makhluk di dalamnya, mencari tanda-tanda kekuatan Atrocity dan Veracity.
Namun, setiap kali ia tidak menemukan apa yang dicarinya, Devastar tanpa ragu menghancurkan semesta tersebut, menghapus jejak keberadaan makhluk-makhluk yang tidak memenuhi harapannya. Proses ini ia ulangi berkali-kali: menciptakan, mengamati, lalu menghancurkan. Setiap kali ia menciptakan semesta baru, ia memperbaiki dan menyempurnakan caranya, berharap untuk menemukan makhluk yang sempurna.
Hingga Entity 04 (Fortune) dan Entity 05 (UnFortune) menghampirinya, dan mempertanyakan. "Tindakanmu itu sungguh bejat. Apa yang sedang kau lakukan Devastar?" Tanya mereka berdua.
Melihat kedua entitas itu yang sedang berpijak di bulan ciptaannya, Devastar menyuruh mereka untuk turun kemudian mereka pun menuruti perkataannya
Kemudian Devastar membiarkan mereka untuk mengetahui isi pikirannya. Entity 05 (UnFortune) berkata, "Aku tidak yakin jika rencanamu itu akan berhasil."
Devastar menjawab sambil tersenyum sinis, "Tenang saja, aku hanya mencari seorang kekasih menggunakan kekuatanku sendiri."
Entity 05 (UnFortune) Menantangnya, "Jika kau bersedia, maka terimalah tantanganku. Aku akan mendapatkan Atrocity dan Veracity secepat yang kubisa. Aku akan mengajarkan mereka, kemudian mereka akan melawanmu."
Entity 04 (Fortune) Merasa heran dengan tingkah mereka berdua. Ia pun pergi dari tempat tersebut. Yang kemudian disusul oleh Entity 05 (UnFortune) setelah mereka berjabat tangan dan berjanji akan mengalahkan satu sama lain.
Di sisi lain, Sha, El-Yorah, dan Timofey terlihat seperti sedang dikejar oleh para prajurit Hanakoku sebelum mereka bisa mencapai ibu kota.
Mereka memasuki gang kecil. Namun, tepat saat mereka hampir terpojok, mereka diselamatkan oleh sekelompok orang berpakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi kepala.
Siapa lagi jika bukan sekte pemuja Amonte. Sha dan El-Yorah merasa curiga dengan kelompok tersebut, sementara Timofey dengan polosnya mengucapkan "Terima kasih" kepada mereka.
Salah satu dari mereka tersenyum tipis, kemudian mendekati Sha. "Apa maumu?!" tanya Sha dengan nada lantang.
Orang tersebut mundur selangkah, lalu bersama dengan yang lainnya, berlutut di hadapan Sha. "Wahai juru penyelamat yang telah membunuh dewa kami, Amonte. Kami telah menunggu kedatanganmu selama ini. Maka dari itu, ikutilah kami."
Setelah berkata seperti itu, mereka berjalan dalam kesunyian, hanya terdengar langkah kaki yang teredam oleh kegelapan. Di bawah cuaca yang sedang hujan, Sha, El-Yorah dan Timofey saling bertukar pandang. Karena tidak punya pilihan lain, mereka pun mengikuti kelompok itu.
Sesampainya di ruangan gelap yang hanya bercahayakan lilin berkelip-kelip di setiap pilar. Kami bertiga bertemu dengan seorang pria tua yang sedang duduk di sudut ruangan dengan al-kitab yang sedang dibacanya.
Pria itu pun berbalik menghadap mereka bertiga dan mengucapkan "Selamat datang sang utusan..."
Sha pun keheranan, karena mereka dapat mengetahui siapa dirinya. "Siapa dirimu?! Bagaimana kelompok kalian dapat mengetahui identitasku?"
"Maaf...?" Tanya orang tua itu, "Kelompok kami adalah yang terkuat dari seluruh negeri disini," Kemudian orang tua itu menarik nafas dan berkata. "Jika hal sepele seperti ini kami tidak mengetahuinya. Maka kami tidak akan bernafas hingga saat ini." ucapnya.
"Oi. Jawab aku, apa kalian ingin membangkitkan Amonte kembali untuk menghancurkan dunia lagi?" Tanya El-Yorah dengan perasaan khawatir.
"Pfft, menghancurkan dunia? Menghidupkan Amonte? Atau mendapatkan kekuatan?! TIDAK SEMUA!!!" Kata orang tu itu dengan nada tinggi kemudian melanjutkan, "Kami... Hanya setia kepada dewa kami..."
El-Yorah tercengang mendengar ucapan tersebut.
Kemudian ia melanjutkan sekali lagi, "Kami akan membantumu untuk memandu perjalanan kalian menuju tempat tujuan. Ikut aku." Ucap orang tua itu.
Setelah mendengar perkataannya, kami bertiga mengikutinya dari belakang menyelusuri ruangan gelap di tempat tersebut. Setelah sampai, orang tua itu memberikan sebilah pedang kepada Sha.
Sha pun keheranan, ia hanya bergumam dalam hati. "Untuk apa pedang ini?"
"Bersiaplah, kita akan pergi ke Ryuukoku." Ujar orang tua itu.
Bag 2 Ryuukoku
Kedua, mereka akan pergi memasuki negeri Ryuukoku. Salah satu negeri pecahan dari federasi Shogunara.
Dengan dipimpin oleh orang tua sekte yang belum menyebutkan namanya dari awal, mereka melanjutkan perjalanan dengan menghindari setiap prajurit yang sedang berjaga dan melumpuhkan mereka satu persatu.
Ryuukoku adalah kebalikan dari Hanakoku. Negeri ini dikenal kaya akan kekuatan sihir, dengan lokasi yang kurang strategis tetapi memiliki banyak teknologi sihir dan persenjataan yang canggih. Menara-menara tinggi berkilauan dengan cahaya, dan jalan-jalan dipenuhi oleh berbagai alat sihir yang membantu kehidupan sehari-hari.
Kekuatan militer mereka dapat dikatakan tidak kuat dan tidak juga lemah. Untuk menutup kekurangan tersebut, mereka menggunakan sihir yang dapat membombardir prajurit Hanakoku yang berjumlah banyak.
Sesampainya di perbatasan Ryuukoku, orang tua itu berhenti sejenak dan berkata. "Kita memiliki sekutu disini. Namun, kita juga harus hati-hati, bukan berarti mereka sepenuhnya menerima orang asing."
Orang tua itu berjalan menuju para penjaga perbatasan kemudian berbincang-bincang dengan bahasa isyarat yang terdengar seperti mantra.
Setelah beberapa waktu yang terasa seperti berjam-jam, akhirnya orang tua itu kembali dengan senyum kecil di wajahnya. "Kita diizinkan masuk," katanya dengan suara tenang.
Para penjaga mengangguk hormat, membuka gerbang besar yang terbuat dari logam dan dihiasi dengan rune-rune kuno. Mereka melangkah masuk ke wilayah Ryuukoku, merasa sedikit lega namun tetap waspada.
Setibanya di dalam, orang tua itu melihat banyak sekali tentara berpangkat tinggi di sana. "Ah! Sial... Kenapa harus sekarang," gumamnya dengan nada putus asa. "Dengarkan aku, kita harus menghindari para tentara itu. Beberapa kelompokku mati karena dibunuh oleh mereka."
Timofey, yang mulai panik, bertanya, "A-apa maksudmu? Apakah kami juga harus terlibat oleh masalah kalian?! Bahkan kami juga tidak tahu siapa namamu."
Orang tua itu menoleh dengan tatapan sinis dan tajam. "Hei... Apa pertanyaan itu terdengar penting sekarang? Kau mengikuti sang utusan dan kau... HARUS MENERIMA KONSEKUENSINYA!" balasnya dengan sedikit kesal.
Melihat Timofey yang tampak seperti anak kecil yang ketakutan, ia pun melunak sedikit. "Baiklah-baiklah, namaku Hiroshi... Sudah jelas?! Salam kenal," kata orang tua itu yang dipanggil sebagai Hiroshi.
Sha bertukar pandang dengan El-Yorah seakan merasa curiga dengan Hiroshi. Meski begitu, mereka tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan melanjutkan perjalanan.
Mereka menyusuri jalan-jalan sempit yang tersembunyi, menghindari kerumunan tentara. Setelah berjalan beberapa waktu, mereka tiba di sebuah bangunan tua yang terlihat sepi dan tidak terawat. Hiroshi melangkah maju, memeriksa sekeliling sebelum memberi isyarat kepada yang lain untuk mengikutinya.
Mereka memasuki bangunan tersebut, melintasi koridor yang gelap dan sempit. Hiroshi kemudian membuka pintu rahasia yang tersembunyi di balik rak buku usang. Di balik pintu itu, mereka menemukan lorong bawah tanah yang panjang dengan obor sebagai satu-satunya sumber pencahayaan.
"Ini tempatnya," bisik Hiroshi sambil melangkah ke depan.
Sebelum menuju lorong gelap itu, Sha menyempatkan diri untuk melihat-lihat lukisan di dinding ruangan tersebut. Tanpa sengaja, Sha menjatuhkan sebuah bingkai foto.
Ketika ia melihat gambar di foto tersebut, ia kaget dan memanggil El-Yorah untuk memperlihatkan foto tersebut. "El-Yorah bisa kesini sebentar?" ucap Sha.
El-Yorah pun mendatanginya, kemudian Sha memperlihatkan foto yang ia pegang kepada El-Yorah. "Huh?! Dia..." kata El-Yorah yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya ia dipanggil oleh orang tua itu.
"Hey, kalian sedang apa?! Kesini sekarang!" Tegas Hiroshi kepada Sha dan El-Yorah.
Sha pun langsung bergegas menyusul Hiroshi, sementara El-Yorah menyempatkan dirinya untuk mengantongi foto tersebut dan menyusul Hiroshi menuju lorong bawah tanah. Mereka tahu foto itu mungkin penting, tetapi saat ini mereka tidak memiliki waktu untuk membahasnya.
Lorong bawah tanah itu gelap dan penuh dengan aroma tanah lembap. Mereka berjalan dalam keheningan, hanya terdengar suara langkah kaki mereka. Setelah beberapa menit, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang penuh dengan peta, dokumen, dan artefak magis.
Hiroshi menyalakan beberapa obor tambahan untuk menerangi ruangan. "Ini adalah markas kecil kami," katanya sambil menunjuk ke arah para kelompok sekte tersebut yang terlihat seperti melakukan upacara persembahan.
Di tengah ruangan, seorang wanita bertubuh agak pendek dengan tanduk seperti kambing berdiri memandangi mereka. Ketika ia berbalik badan, matanya yang menyala merah menatap Hiroshi dengan tajam. "Kau terlambat sepuluh menit, Hiroshi..." suaranya terdengar seperti anak kecil, namun penuh dengan kekuatan dan ancaman.
Hiroshi tersenyum dan berjalan menuju tengah-tengah kelompok itu yang sedang melakukan persembahan. "Penggal diriku wahai dewa yang terpilih," katanya dengan tatapan pasrah. Ternyata, Hiroshi sedang dijadikan tumbal untuk wanita itu yang disebut sebagai dewa.
Sha dan El-Yorah terkejut, sementara Timofey menatap dengan bingung. "Apa yang sedang terjadi?" bisik Timofey.
Wanita itu kemudian mengangkat tangannya, memperlihatkan kuku tajam yang tiba-tiba mencuat keluar dari ujung jari-jarinya. Dengan gerakan cepat, ia menembus dada Hiroshi, membunuhnya seketika. "Kau telah melakukan tugasmu dengan baik, sekarang beristirahatlah di neraka. Selamanya..." ucapnya sambil tersenyum sinis kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Sha, El-Yorah, dan Timofey.
"Apa ini?! Mengapa aku tidak dapat melacak kejadian seperti ini," ucap El-Yorah, seakan kekuatan untuk melihat masa depannya tidak berguna lagi. "Kau... Abigael?" lanjutnya, menatap tajam ke arah wanita bertanduk itu.
Wanita itu tertawa kecil, suaranya menggema di ruangan bawah tanah yang lembap. "Bagaimana kau bisa mengenali diriku?"
"Kau adalah saudariku, kau bukan dewa. Melainkan seorang anak kecil yang manja!" Tegas El-Yorah.
Abigael tidak terima dengan pernyataan tersebut, kemudian membantah. "Kau tidak berhak untuk mengatakan hal tersebut. Apa kau punya bukti?" Tanya Abigael.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, El-Yorah melemparkan bingkai foto yang ia kantongi sebelumnya ke arah Abigael. Foto itu melayang di udara sebelum jatuh di kaki Abigael. Wanita itu memungutnya dan melihatnya, hal itu membuatnya geram kepada mereka bertiga.
"Huh...? Aku berpikir telah menyembunyikan foto ini. Bagaimana mungkin kalian dapat menemukannya dengan mudah?! Apakah aku telah lupa? Bagaimana mungkin aku bisa lupa?! SEORANG DEWA TIDAK MUNGKIN LUPA." kata Abigael dengan amarahnya yang memuncak.
Dari kejauhan terlihat sebuah negeri dengan menara-menara tinggi, yaitu negeri Ryuukoku. Dari tepian kota sebuah pemukiman kumuh yang dipenuhi bangunan tua dan tidak terawat, tiba-tiba terjadi ledakan besar yang menyebabkan banyaknya korban jiwa di sana.
Berkat perisai sihir yang dibuat oleh Sha dan El-Yorah, mereka bertiga berhasil selamat dari ledakan besar tersebut. "Aku tidak menyangka ia akan melakukannya secara terang-terangan" ucap El-Yorah dengan nada kecil.
Ditengah cuaca yang sedang hujan. Mereka bertiga melihat Abigael yang sedang terbang melayang diatas langit. "Aku tidak punya pilihan lain selain melakukan ini." kemudian ia meluncur kearah mereka bertiga dengan kecepatan tinggi.
El-Yorah memindahkan Timofey ke tempat aman, sementara Sha menangkis serangan tersebut dengan pedang yang sebelumnya diberikan oleh Hiroshi. Benturan antara pedang Sha dan serangan Abigael menciptakan kilatan cahaya yang menyilaukan, membuat tanah di sekitar mereka bergetar hebat.
"Pedang itu?!" kata Abigael sambil melihat pedang yang dipegang oleh Sha.
"Ya... Apa kau siap!? A-BI-GAIL!" balas Sha dengan nada mengejek.
Abigael tertawa dingin. "Kau berani menantangku dengan senjata manusia biasa? Kau akan menyesal. Sang Utusan!"
Sha memperkuat cengkeramannya pada pedang dan dengan kekuatan penuh mendorong Abigael mundur. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan lebih banyak kehidupan."
Sementara itu, El-Yorah dengan cepat mengatur pelindung sihir yang mengitari tempat mereka bertarung (Pemukiman Kumuh) untuk menahan gelombang serangan yang akan membuat lebih banyak korban jiwa. "Sha, kita harus cepat! Kita tidak bisa membiarkan dia mendapatkan kekuatan penuh," teriak El-Yorah.
Di luar arena pertarungan, Timofey memulai mantra untuk memberikan kekuatan tambahan kepada Sha. Namun, sebelum Timofey selesai, Sha dengan kekuatan yang luar biasa berhasil melempar Abigael hingga terpental, menabrak pelindung sihir.
Sha tercengang melihat betapa pesatnya kekuatan yang telah berkembang dalam dirinya, hingga mampu melempar makhluk sekuat Abigael.
"Huh... Aku tidak yakin jika kekuatanku akan berguna terhadap kekuatan sebesar itu." ujar Timofey dengan kagum.
Abigael melayang dan menabrakkan dirinya ke dinding pelindung, menyebabkan dinding tersebut pecah dengan dentuman keras. Dalam kekacauan yang ditimbulkan, Abigael memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri dari tempat tersebut, menghilang ke dalam kegelapan hujan yang mengguyur.
El-Yorah dan Timofey segera mendekati Sha. "Timur tenggara, arah jarum jam empat. Sial!! Seharusnya ia menuju Hanakoku. Kenapa malah ke Zhan-Luyan?" ujar El-Yorah dengan nada frustrasi.
Sha mengerutkan dahi, menganalisis arah pelarian Abigael. "Zhan-Luyan? Itu bukan rute yang bagus. Apa yang dia rencanakan di sana?"
"Jangan biarkan dia sampai ke sana! Pegang aku sekarang juga!" tegas El-Yorah. Setelah itu, ia berteleportasi ke lembah menuju arah Zhan-Luyan. Di sana, mereka bertiga akhirnya bertemu kembali dengan Abigael.
Menyadari hal itu Abigael segera berpindah haluan kearah Hanakoku, "Sekarang ia akan pergi menuju Hanakoku." El-Yorah pun kembali berteleportasi ke tempat tersebut.
Sesampainya di luar negeri Hanakoku, mereka bertiga tidak menemukan Abigael diluar negeri itu, El-Yorah berfikir bahwa Abigael memasuki negeri tersebut lebih dulu dari mereka. Karena itu mereka melumpuhkan penjaga gerbang dan memasuki negeri Hanakoku.
Awalnya El-Yorah menawarkan untuk berpencar mencarinya. Akan tetapi Sha menolak, "Tidak masalah jika itu adalah kau dan aku. Tapi bagaimana dengan Timofey? Apa yang akan dia lakukan jika tertangkap oleh prajurit Hanakoku atau bertemu dengan Abigael."
Mendengar hal itu, El-Yorah pun setuju untuk mencarinya bersama-sama, "Baiklah, ayo kita cari dia."
Di bawah hujan deras, mereka mencari Abigael di seluruh penjuru negeri, tidak memperhatikan tentara Hanakoku yang berjaga. Setelah berjam-jam mencari, malam mulai menyelimuti kota.
Mereka akhirnya tiba di sebuah festival kebudayaan, meskipun hujan deras. Disana, mereka bergabung dengan kerumunan orang, berharap untuk tidak menarik perhatian tentara Hanakoku.
Ketika mereka tengah menonton pertunjukan festival, tanpa sengaja mereka bertiga bertemu dengan Abigael. Melihat mereka, Abigael segera melarikan diri.
"Hey! Tunggu." seru Sha, berusaha mengejar.
Mereka bertiga mengejar Abigael hingga memasuki gang sempit yang akhirnya berujung pada jalan buntu. Tidak ada jalan keluar, Abigael terpaksa menggunakan kekuatannya untuk terbang menuju ibu kota.
"Ah! SIAL!!" El-Yorah mengumpat dengan frustrasi, pukulan kepalan tangan ke dinding gang.
Melihat hal itu, Sha mencoba untuk menenangkan El-Yorah. "Mungkin kita bisa mencarinya di keesokan hari."
Namun, El-Yorah langsung menjawab dengan tegas. "Tidak masalah jika di negeri ini hanya ada kita bertiga... Tapi bagaimana dengan rakyat yang tidak berdosa di sana?!"
"Dengarkan aku dulu... Bagaimana dengan keadaan Timofey!? Apa kau tega membiarkannya tidak tidur semalaman hanya untuk mencari saudarimu itu?" tanya Sha kepada El-Yorah.
"A-aku tidak keberatan jika tidak beristirahat hanya untuk satu hari..." ucap Timofey dengan ragu.
"TUTUP MULUTMU, TIMOFEY!!! Hei Sha... Apa kau lebih mengkhawatirkannya daripada nyawa orang tak bersalah di sana?!" El-Yorah bertanya dengan nada tajam.
"Jika kita terus memaksa hingga salah satu rekan kita tidak beristirahat selama sehari. Apa yang akan dia lakukan untuk melawan Abigael nanti?!" balas Sha dengan nada tegas.
"Itu salahnya sendiri, seharusnya dia tidak di sini hanya untuk menggantikan Zephyr!" ucap El-Yorah dengan marah.
"..." Sha memandang El-Yorah dengan tatapan kesal, kemudian terdiam setelah mendengar perkataan tersebut. Tampaknya ia tak bisa berkata-kata lagi.
"Baiklah jika begitu, aku akan pergi ke sana... Sendirian! Kalian berdua, tetaplah di sini hingga pagi tiba." lanjut El-Yorah dengan tegas, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Sha dan Timofey berdiri diam, tertegun melihat kepergian El-Yorah. Hujan terus turun deras, membuat suasana semakin muram.
Bag 3 Berhentinya Hujan
Saat El-Yorah berlari ke ibu kota, ingatan masa lalu kembali menghantuinya. Di tengah derasnya hujan, suara Amonte bergema di benaknya.
"El-Yorah... Setelah aku menganugerahkan kekuatan dahsyat ini kepadamu, bisakah kau menuntun saudarimu agar tidak mengikuti kegiatan pahlawan seperti ini?" tanya Amonte kepada anaknya.
"Baiklah aku akan mengajari semampunya untuk tidak jatuh kepada kutukan berantai ini Ayah." jawab El-Yorah.
Namun, suatu hari yang kelam, saudari El-Yorah diculik oleh salah satu sekte pengikut Al-Batlan untuk dijadikan persembahan. Peristiwa itu membuat El-Yorah merasa sangat bersalah, menyalahkan dirinya sendiri karena gagal menjadi saudara yang baik dan pelindung bagi saudarinya.
Berpindah pada masa kini, El-Yorah berhasil menemukan Abigael di tengah keramaian kota. Penduduk sibuk dengan aktivitas malam mereka masih berlangsung meskipun hujan deras terus mengguyur.
Dengan napas yang berat dan tubuh basah kuyup, El-Yorah mendekati saudarinya yang tampak berbeda di antara kerumunan. Abigael berdiri dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang salah, namun El-Yorah bisa merasakan kekuatan gelap yang mengelilinginya.
"Abigael!" El-Yorah memanggil, suaranya tegas meski diliputi kelelahan. "Kita harus bicara."
Abigael menolehkan pandangannya kepada El-Yorah dengan mata berwarna merah menyala. Seketika, kerumunan di sekitar mereka seakan menghilang, menyisakan ruang kosong di antara dua saudara yang dipisahkan oleh nasib.
"El-Yorah," kata Abigael dengan suara tenang kemudian mengubahnya menjadi mencekam. "APA KAU MASIH INGIN MENGHENTIKANKU?!"
"Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan lebih banyak nyawa yang tidak bersalah," balas El-Yorah. "Ini bukan dirimu, Abigael. Kau bisa kembali."
"Setelah apa yang telah terjadi... Apakah aku akan semudah itu dibujuk?!" Tanya Abigael sambil menyeringai.
Kemudian Abigael melanjutkan kalimatnya, "El-Yorah... Kau telah membunuh Ayah kita... Jadi, sudahilah... Kau tidak perlu membujukku lagi."
"Bahkan jika itu adalah Ayahmu, ia tidak akan membiarkanmu melakukan ini." jelas El-Yorah sambil merasa sedih.
Berpindah ke masa lalu, ketika El-Yorah berusaha menyelamatkan saudarinya, ia tanpa sengaja melihat ayahnya berada di dalam dimensinya sendiri, sedang berusaha menyelamatkan Abigael. Namun, sosok ayahnya tampak berbeda. Dengan taring tajam yang mencuat, ia berkata, "Alam semesta sebentar lagi akan runtuh oleh dewa jahat Al-Batlan. Maka dari itu, aku telah memberikan kekuatan ini kepada Abigael."
"Apa maksudmu?! Bukankah kau telah memiliki diriku. Seharusnya hanya aku yang menanggung beban tersebut!!" kata El-Yorah dengan nada tinggi.
"Tak ada pilihan lain...," jawab Amonte dengan suara berat. Setelah berkata demikian, ia pergi ke alam semesta yang akan diinvasi oleh para dewa jahat Al-Batlan, yaitu alam semesta tempat dirinya, Sha, dan yang lainnya tinggal.
Dibanding dengan hal itu. El-Yorah hanya bisa terdiam, terpaku oleh kenyataan yang dihadapinya. Saat kembali ke dunia nyata, ia melihat langit yang penuh dengan kehancuran dan kekacauan akibat pertarungan maha dahsyat.
Para dewa Al-Batlan bertarung melawan Amonte dan Abigael. Di tengah kekacauan itu, El-Yorah bergumam dalam hati. "Kau sendiri yang melarangku untuk menyesatkannya... Namun, KAU SENDIRI YANG MENYESATKANNYA!" ujar El-Yorah dengan geram dan penuh amarah kepada Amonte. Sejak saat itulah ia menjadi pahlawan yang tak kenal ampun, bahkan sampai mengancam nyawa sang utusan (Sha).
Kembali pada masa sekarang. El-Yorah menatap Abigael dengan penuh kesedihan. "Kembalilah... Aku sudah berhenti, maka kau juga harus berhenti. Aku tidak ingin melakukan konflik berkepanjangan seperti ini."
Sudah muak mendengar hal itu, Abigael mengangkat tangannya ke atas. "Setelah seribu omong kosong yang kau katakan... Apakah kau puas sekarang?" Kemudian Abigael mengumpulkan energi melalui telapak tangannya. "Tidak hanya kau... Aku juga memiliki mimpi, El-Yorah. Aku tidak peduli dengan nasihat dan juga masa lalu. Aku hanya ingin menjadi dewa, seperti Ayah..." kata Abigael dengan suara penuh amarah.
Seketika, langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang indah berubah menjadi berwarna merah penuh dengan tragedi yang berdarah. Sha dan Timofey yang sedang beristirahat, tiba-tiba dikejutkan oleh suara bising dan sinar merah yang berada di kejauhan.
Merasa aneh, Sha pun meminta Timofey untuk berpegangan tangan dengannya. "Pegang tanganku Timofey, kita akan segera kesana." Timofey pun memegang tangan Sha, kemudian mereka melesat dengan kecepatan tinggi menuju tempat tersebut.
Sesampainya disana, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat banyaknya mayat yang bergelimpangan di tengah kota, para prajurit yang sedang mengevakuasi penduduk yang selamat dan juga suara tangisan dimana mana.
Tepat didepan mereka, Sha dan Timofey melihat. El-Yorah sedang bertarung dengan sengit melawan Abigael. Abigael tersenyum sinis, "Bagaimana mungkin kau menyembunyikan kekuatan aslimu dari mataku?! Yang kuketahui, kau memiliki kekuatan yang setara denganku!" ucap Abigael.
"Bukan hanya kau yang pernah menjadi dewa. Semasa kejayaanku, sebelum aku dikalahkan oleh Sha, aku dipanggil oleh mereka sebagai 'Domination'. YA! Aku adalah 'Dewa Vampir' yang selalu mendominasi." ucapnya kemudian ia mendorong Abigael yang membuatnya mundur kebelakang.
Dengan kesal Abigael menembakkan kekuatannya ke bangunan sekitarnya, hanya untuk membunuh penduduk yang tak berdosa. "Aku butuh kekuatan!! Aku hanya butuh sedikit kekuatan!!!."
Melihat hal itu, Sha langsung bergegas untuk menghancurkan setiap puing-puing yang terjatuh, menyelamatkan para masyarakat sipil agar tidak terluka.
"Abigael!!" Teriak El-Yorah, kesal karena mendengar bentakan El-Yorah. Abigael meluncur kearah El-Yorah dan menerbangkannya keatas membuat ledakan yang lebih besar. Sehingga menciptakan kehancuran yang lebih besar.
Serangan tersebut tampak belum cukup untuk melukai El-Yorah sedikitpun. Yang Abigael lakukan hanyalah membuat bangunan disekitar menjadi rusak parah.
Dengan kecepatan yang tak terhingga, Sha menabrakkan dirinya kepada Abigael yang menyebabkan ia terdorong cukup jauh dari keramaian penduduk.
Di pemukiman kumuh, dengan pedang pemberian Hiroshi, Sha menunjukkan teknik pedangnya yang telah berkembang pesat, membuat Abigael kewalahan. Setelah terkena beberapa tebasan dari pedang itu, luka yang dihasilkan tampak aneh, tidak bisa hilang, dan bahkan terlihat permanen.
Dengan kekuatan baru yang didapatkan dari hasil membunuh. Abigael menyerang Sha dengan serangan lebih menghancurkan dari sebelumnya yang membuat para penduduk yang ada di pemukiman kumuh terkena dampak dari pertarungan tersebut.
Hal itu membuat Abigael mendapatkan kekuatan tambahan. Sha yang menyadari kesalahannya, dengan cepat menendangnya ke bawah. Tendangan tersebut berhasil membuat Abigael terpental.
Akan tetapi, di bawah pemukiman kumuh itu ternyata tempatnya para kriminal di negeri itu sedang melakukan persembunyian. Sambil tersenyum, Abigael pun membunuh mereka semua, menyerap kekuatan mereka untuk melawan El-Yorah dan Sha dengan lebih dahsyat lagi.
Dengan kecepatan penuh, Sha menukik turun dari atas untuk menghasilkan serangan yang mematikan dari ketinggian tersebut. Pedang pemberian Hiroshi berkilauan dalam genggamannya, memancarkan energi yang kuat saat ia menargetkan Abigael.
Serangan itu menghantam Abigael dengan kekuatan dahsyat, membuatnya terdorong jauh ke belakang. Abigael terhuyung-huyung, darah mengalir dari luka-luka baru yang dideritanya.
"Aakkh." Abigael mengerang kesakitan sambil menutup lukanya.
"Sampai kapan kau akan terus menghancurkan kehidupan demi kekuatanmu sendiri, Abigael?!!" teriak Sha, dengan penuh emosi.
Abigael menutup lukanya dengan cara membakarnya. Setelah itu ia mengarahkan tangannya kearah Sha, menembakan cahaya merah yang dapat menghancurkan membunuhnya.
Merasa terancam gravastarnya pun aktif secara pasif melindungi Sha dan orang disekitarnya. Sha tetap berusaha untuk tetap fokus mengarahkan tangannya kedepan agar gravastar dapat menyerap kekuatan Abigael.
Kemudian Abigael menembakkan laser kecil kearah pedang pemberian Hiroshi. Namun, tembakannya meleset dikarenakan Sha telah melihat masa depan milik Abigael.
Abigael melesat kesamping Sha. Dengan cepat Sha menangkis serangan tersebut, Sha membalasnya dengan mendorong Abigael menggunakan sihir apinya.
Sha berpikir sejenak dengan lawan-lawan sebelumnya, yaitu El-Yorah yang mampu menjebak lawannya kedalam dimensi miliknya sendiri. Dengan fokus yang tinggi serta waspada terhadap serangan Abigael.
Didalam hatinya, ia ingin membawa Abigael, El-Yorah dan Timofey yang sedang berada di ibukota yang sedang membantu para prajurit untuk mengevakuasi para penduduk.
Dengan sekali percobaan, Sha berhasil memindahkan mereka bertiga ke dimensi buatannya sendiri. Dimensi tersebut tampak seperti hutan, tetapi seluruh pohon di sana tidak memiliki daun sama sekali. Melihat pemandangan itu, El-Yorah sangat terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Sha bisa meniru kekuatannya, bahkan dari jarak yang sangat jauh.
Dengan segera Timofey memusatkan tangannya kepada Sha, begitu pula dengan El-Yorah yang segera membantu Sha untuk melawan Abigael.
Tanpa perlu khawatir dengan kehancuran, Sha dan El-Yorah kini dapat bertarung dengan bebas di dimensi tersebut. Sha menyerang dengan kekuatan kosmiknya yang bahkan mampu menyentuh ruang. Kekuatan tersebut tampak mirip seperti kekuatan milik Amonte ketika ia menghajar Entity X (Create) dengan membabi buta.
Dikombinasikan dengan kekuatan sihir El-Yorah yang setara dengan kekuatan ayahnya. Mereka berdua pun menghajar Abigael habis-habisan. Yang membuatnya hampir kehilangan nyawa.
Di detik-detik terakhir, ketika Abigael terdorong cukup jauh, ia menyadari bahwa Sha sedikit kelelahan untuk membuat pengelihatan masa depan.
Dengan memanfaatkan kesempatan tersebut, ia melancarkan kekuatannya ke arah El-Yorah yang membuatnya buta untuk sementara waktu. Kemudian, dengan cepat ia melesat ke samping Sha dan mengeluarkan sisa tenaga terakhirnya, yang membuat Sha terhempas ke samping, meninggalkan pedang pemberian Hiroshi yang dapat mengabaikan regenerasi dan keabadian.
Timofey pun terkejut melihat Abigael yang dapat melumpuhkan Sha dan El-Yorah dengan sekali serang. Di saat Timofey lengah, Abigael melemparkan pedang tersebut ke arah Timofey dengan kecepatan yang mampu merobek ruang.
Akan tetapi, pedang itu justru mengenai jantung Sha. Sha yang menyadari maksud dari Abigael pun dengan segera melesat untuk menghadang pedang tersebut agar tidak mengenai Timofey, ia menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng.
Sha terhuyung-huyung, darah mengalir deras dari luka di dadanya. El-Yorah, yang mulai mendapatkan kembali penglihatannya, berteriak, "Sha!" dengan kepedihan yang terdengar jelas dalam suaranya.
Dengan kekuatan terakhirnya, ia menembakkan bola sihir berwarna merah menembus dimensi tersebut yang membunuh Sha dan juga Timofey. Hal itu menyebabkan El-Yorah dan juga Abigael dapat keluar dari dimensi kurungan tersebut.
Dibawah hujan yang deras, dengan cepat El-Yorah menghabisi saudarinya sendiri dengan sekali serang. "Mempercayaimu adalah sebuah kesalahan terburukku." Katanya dengan suara dingin.
Di tengah-tengah kejadian tersebut, dari arah kejauhan Entity X (Create) pun tiba melihat kejadian di tempat mereka bertarung. Dengan membawa dua muridnya, yaitu Entity 02 (Erasure) dan Entity 03 (Failure).
Dikarenakan El-Yorah tidak membunuhnya dengan pedang milik Hiroshi. Alhasil, ia pun kembali hidup dengan energi yang telah sepenuhnya pulih.
"Sebab itulah aku memaksa kalian berdua untuk ikut." ucap Entity X (Create) sambil tersenyum melihat kedua makhluk itu yang ia anggap sebagai "Iblis".
"Baiklah... Karena kami memiliki tag yang cocok untuk berurusan dengan hal ini, kau menyuruh kami untuk melakukannya?! Bukankah kau dapat melakukannya sendiri." tanya Entity 02 (Erasure).
"Kalian tercipta bukan untuk bermain kartu di 0-Layer, bukankah begitu?." ejek Entity X (Create).
". . ." kedua entitas itu pun terdiam, kemudian Entity 03 (Failure). "Baiklah... Jika kau ingin agar kami yang melakukannya, akan kami turuti perintahmu."
"Tunggu itu bukan perintah, akan tetapi permintaan. Kita ini setara bukan?" jelas Entity X (Create) yang merasa bahwa dirinya terlalu meninggi.
"Tunggu itu bukan perintah, akan tetapi permintaan. Kita ini setara bukan?" jelas Entity X (Create) yang merasa bahwa dirinya terlalu meninggi.
"Ya ya ya... Terserah." ucap Entity 02 (Erasure), setelah berkata seperti itu. Kedua entitas itu pun pergi hendak membantu El-Yorah.
Ketika ia hendak untuk membalas serangan El-Yorah sebelumnya, Abigael merasakan akan kekuatan yang sangat dahsyat dari kedua entitas yang sedang menghampiri mereka berdua. Seketika Abigael pun merasa merinding di sekujur tubuhnya.
Ia melarikan diri meninggalkan El-Yorah dari medan pertempuran. Sayangnya, ketika dia telah keluar dari negeri Hanakoku, ia pun kembali lagi di medan pertempuran. Hal itu ia lakukan berkali-kali, namun ia selalu dipindahkan kembali ke medan tempur.
El-Yorah yang merasa heran akan hal itu, ia pun menoleh kebelakang. Tanpa sadar ternyata Entity 03 (Erasure) dan Entity 02 (Failure) telah berada di belakangnya.
"T-tunggu dulu, bagaimana mungkin Abigael dapat merasakan kehadiran mereka. Sementara aku tidak." ucap El-Yorah.
Abigael pun merasakan ketakutan yang luar biasa, ia terjatuh dan tidak dapat bergerak. Kemudian ia berkata. "Apa-apaan kekuatan itu... Apa yang kalian inginkan?!!" kata Abigael dengan nada tinggi sambil terduduk pasrah.
Tanpa berkata sepatah katapun, Entity 03 (Erasure) mengarahkan tangannya kearah Abigael berniat untuk menghapus keberadaannya. "T-t-t-tunggu!!! Aku hanya ingin mendapatkan kekuatan untuk melawan dewa jahat dari Al-Batlan!!" teriak Abigael yang memohon agar tidak dibunuh.
Tidak peduli akan hal itu Entity 03 (Erasure) tetap mengarahkan tangannya kearah Abigael berniat untuk menghapus keberadaannya. "Aku terpaksa melakukannya hanya untuk melawan Zalhaqah!!!" ucapnya sambil menangis
Entity 03 (Erasure) tetap mengarahkan tangannya kearah Abigael kini kekuatannya telah berada di ujung jarinya, hanya kurang dari sedetik Abigael akan lenyap oleh kekuatan tersebut. "Tunggu!!" Teriak El-Yorah dengan lantang.
mendengar hal itu Entity 03 (Erasure) dan Entity 02 (Failure) pun serempak menoleh kearahnya. Kemudian El-Yorah melanjutkan kalimatnya, "Kurasa kalian tidak perlu membunuhnya."
Mendengar hal itu Entity 03 (Erasure) dan Entity 02 (Failure) beranjak pergi menuju Entity X (Create) meninggalkan mereka berdua di medan pertempuran.
"Makhluk yang pernah mengikuti kalian, ia memiliki niat jahat. Dia akan menghancurkan kalian..." kata Abigael.
Setelah berkata seperti itu, El-Yorah menoleh kepada saudarinya. Akan tetapi, Abigael telah menghilang dari tempat tersebut.
Setelah pertarungan panjang, pada malam hari. Hujan pun reda, memberikan kesan hati yang hampa dan merasa bersalah.
~Author : Destha Wibawa Putra
0 komentar:
Posting Komentar