CHAPTER 6
Dominasi (2/3)
Disisi lain, adegan diperlihatkan di padang pasir yang luas. Tempat itu adalah Al-Batlan, dimensi tempat bagi para dewa terlahir.
Di tengah padang pasir yang tak berujung, ada satu entitas dengan seluruh anggota tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki memiliki warna hitam yang mengisyaratkan kehampaan. Entitas ini adalah Zero, yang sekali waktu diculik oleh The Fallen, dan sekarang dia mendapati dirinya terkepung oleh kehadiran tak terhitung jumlahnya.
Dalam situasi yang genting ini, Entity X (Create) menawarkan bantuan kepada Zero untuk segera melarikan diri dari tempat itu. Namun, Zero dengan sifatnya yang tidak biasa, menolak tawaran tersebut. Seolah-olah, dia telah berubah menjadi pribadi yang baru setelah mengalami penculikan oleh malaikat jatuh itu.
"Zero, dirimu benar-benar telah berubah. Dibandingkan melawan dewa yang ada disini, bukankah lebih baik jika kau melanjutkan tugasmu." Ujar Entity X (Create) sambil tersenyum ramah kepada rekannya yang belum lama itu menghilang tanpa jejak.
". . ." Entity 00 (???) hanya terdiam, matanya terpaku pada miliyaran dewa yang berdiri di hadapannya, seakan-akan mengabaikan kata-kata pemimpinnya.
Tiba-tiba, Entity X (Create) menyadari sesuatu dan berkata, "Maaf atas kekeliruan tadi. Kamu bukan Zero. Kamu adalah Exynone, nama yang sangat bagus, bukan? Aku ragu ada entitas lain di dunia ini yang dapat memberi nama pada dirinya sendiri."
Dalam keheningan pasca komentar Entity X (Create), Exynone merenung, Dia merasa adanya kekurangan dalam kepemimpinan yang baru saja dipertunjukkan oleh Entity X (Create).
Didalam keheningan yang tercipta, Exynone tersenyum sinis dan berkata. "Hei, Create, apa yang kamu ketahui mengenai kehampaan?"
Entity X (Create) hanya memandangnya tanpa menjawab sepatah katapun.
"Kehampaan adalah fenomena yang melampaui segala batasan, tempat di mana kebebasan berkuasa tanpa terikat oleh aturan," ujar Exynone.
Dewa-dewa itu, tak terhitung jumlahnya, berdiri mengelilingi dirinya dengan sikap yang tak kenal ampun. Mereka menanti, dengan ekspresi yang tak terbaca, mungkin menunggu satu tindakan dari Exynone.
Ada rumor yang mengatakan bahwa, melawan dewa Al-Batlan sama seperti melawan konsep dari hukum alam semesta itu sendiri.
Tentu saja dewa-dewa itu memiliki kekuatan yang tak masuk akal.
"Apakah yang ingin kamu sampaikan, bahwa kamu ingin bertindak tanpa terikat oleh beban tugas yang diberikan?" Tanya Entity X (Create) dengan rasa kecewa yang tak tersembunyi di matanya.
Exynone langsung menerjang di antara para dewa, menyerang dengan kekuatan yang membinasakan. Dalam sekejap, ia menghantam salah satu dewa yang membuatnya hancur seketika.
"Di-dia telah membunuh salah satu dari kami?!" ucap salah satu dewa yang berada di dekat Exynone.
"Sial!! dia meremehkan kami. Hancurkan keberadaannya!!" teriak salah satu dewa Al-Batlan dengan ekspresi marah.
Dewa yang tak terhitung jumlahnya segera menyerbu Exynone dengan ganas, mengeroyoknya secara brutal dan menyerangnya secara beramai-ramai, menciptakan pertarungan yang menggemparkan dengan kekuatan yang luar biasa.
Exynone menikmati pertarungan tersebut, saat ia melancarkan kemampuannya. Dengan kekuatan yang luar biasa, separuh dari para dewa itu terhapus dari keberadaan. Exynone menciptakan sebuah area yang bahkan keabadian pun tidak dapat menahannya.
Melihat hal itu Entity X (Create) mengingat kembali kalimat "Al-Batlan adalah tempat di mana para dewa abadi terlahir." Makna dari "dewa abadi" tidak bisa dianggap remeh, tentu saja kekuatan mereka jauh melampaui batas biasa.
Namun dia...
"Ini tidak masuk akal! Hanya dengan satu serangan, dia berhasil menewaskan lebih dari ribuan dewa!?" kata salah satu dewa Al-Batlan dengan nada tak percaya, terperangah oleh kehebatan Exynone.
"Hei, Erros! L-Lakukan sesuatu. Bisakah kau mencari kelemahannya?" Dengan nada gemetar, salah satu dewa Al-Batlan yang memohon kepada dewa yang memiliki bentuk fisik kepala besar. Tampaknya dia berbicara kepada dewa yang dianggap sebagai yang paling bijaksana.
Secara mengejutkan, Exynone dengan cepat membuat kepala dewa yang dianggap sebagai yang paling bijaksana itu hancur berkeping-keping. Seolah-olah Exynone tahu persis apa yang sedang mereka bicarakan.
"Si-SIAL!!!!" ucap dewa tersebut, setelah melihat kematian dewa bijaksana.
Entity X (Create) hanya diam menatap Exynone dari kejauhan, sementara Exynone sedang melancarkan pembantaian terhadap para dewa Al-Batlan. Tanpa sepatah kata pun, Entity X (Create) kemudian pergi begitu saja.
Tubuh-tubuh dewa yang hancur berhamburan di sekelilingnya, menciptakan pemandangan yang menakutkan dan menakjubkan pada saat yang bersamaan.
Saatnya telah tiba untuk berhadapan dengan dewa Al-Batlan yang berdiri tegak dengan tubuh sebesar langit, mengenakan wujud hitam yang memancarkan aura kehampaan. Seperti yang dimiliki Exynone.
Dengan kekuatannya, makhluk itu menghancurkan tempat pertarungan dengan kekuatan yang maha dahsyat. Namun, Exynone dengan sekali sentuhan saja, mampu membuat dewa tersebut hancur seketika. Diikuti oleh dewa yang ada dibelakangnya.
Sebagian dewa Al-Batlan yang menyaksikan kejadian itu, berusaha segera melarikan diri dengan melakukan teleportasi atau perpindahan dimensi. Namun, sayangnya, mereka malah terperangkap, terdorong untuk kembali ke tempat tersebut, seolah dipaksa untuk terlibat dalam pertarungan hingga titik darah penghabisan melawan Exynone.
"Sialan! Apa kau tidak menyadari bahwa dengan perbuatanmu itu kau menghalang takdir alam semesta?!" teriak salah satu dewa yang masih bertahan, mencoba menahan kemarahan dan kepanikan yang mulai merayap di hatinya.
Exynone hanya tersenyum dengan sinis, seakan-akan menunjukkan bahwa dia tidak peduli dengan akibat dari perbuatannya. Baginya, kebebasan dan kekuatan adalah segalanya, dan tidak ada yang bisa menghalangi jalannya.
Dengan tiada belas kasihan, Exynone melanjutkan serangannya, menghancurkan setengah dari milyaran dewa yang berusaha melawannya. Setiap sentuhan, setiap gerakan, membawa kehancuran bagi mereka yang mengaku sebagai "dewa abadi". Tubuh-tubuh dewa abadi itu hancur berkeping-keping, menghamburkan partikel-partikel kehampaan di sekelilingnya.
Dampak dari pertarungan tersebut membuat dimensi Al-Batlan, yang semula kokoh di mata para malaikat, hancur berkeping-keping. Namun, tak berapa lama kemudian, dimensi itu beregenerasi, hanya untuk hancur kembali dalam siklus tak berkesudahan. Proses ini terus berulang hingga tak tersisa seorang dewa pun.
Bahkan di tengah kehancuran tersebut, ada yang masih berani menantang Exynone. Beberapa dewa Al-Batlan yang paling berani dan tak kenal takut, berdiri tegak di hadapannya, siap untuk menghadapi nasib mereka dengan keberanian yang luar biasa.
Namun, keberanian mereka tidak cukup untuk melawan kekuatan Exynone. Dengan satu sentuhan lagi, Exynone berhasil menghancurkan keabadian mereka, meninggalkan hanya reruntuhan tubuh yang hancur.
Exynone berdiri dengan gagah, menatap kehampaan yang diciptakannya dengan bangga, sebagai lambang kebebasannya yang tak terbantahkan. Sementara itu, dewa Al-Batlan yang hanya menang jumlah hanya menyaksikan dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Peristiwa mengerikan itu tercatat oleh sejarah Fatal Verse sebagai, Eternal Annihilation (pemusnahan abadi).
Bag 1 Masa Depan?
Setelah dikeluarkan dari dimensi itu, Sha mulai memahai satu persatu dari perkataan makhluk yang mengaku sebagai yang "maha tahu".
Bahwa dia (Zero), bukan lagi seperti orang yang ia kenal...
"D-dia menghabisi miliaran penghuni Al-Batlan?! B-bagaimana mungkin, jangan-jangan kau memintaku untuk melawan entitas itu?! Itu dapat diibaratkan dengan menyuruh seekor ikan untuk memanjat pepohonan!" ucap Sha, suaranya gemetar, terperangah oleh kehancuran besar yang ditimbulkan oleh Exynone.
"Jangan salah sangka dulu, sebagian besar dewa yang dihabisi oleh makhluk itu adalah dewa jahat. Bahkan, hampir semuanya adalah dewa jahat. Mana sudi diriku menyuruhmu untuk menolong dewa laknat tersebut," balas Zalhaqah dengan tegas, memperbaiki kekeliruan yang diucapkan oleh Sha.
"Namun, ucapanmu juga ada benarnya. Dengan kekuatanmu yang sekarang ini, yang masih dapat dibilang lemah, sangatlah mustahil untuk melawan makhluk seperti itu." lanjut Zalhaqah dengan suara yang penuh pertimbangan.
Kepalanya begitu pusing setelah memikirkannya.
"Jangan khawatir, diriku tidak bermaksud untuk membuatmu takut. Sebaliknya, diriku hanya ingin melihatmu berkembang dengan pesat," ucap Zalhaqah penuh keyakinan. "Diriku akan memberikan sedikit petunjuk. Jika dibandingkan dengan perkembangan para dewa Al-Batlan, mungkin mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemajuan yang telah kamu capai."
"Apakah dirimu masih ingat? Sewaktu itu, hanya dalam dua minggu latihan, dirimu mampu mencapai tahap yang tertinggi. Dan ditambah lagi, dirimu memiliki kekuatan yang disebut sebagai 'Gravastar'. Dengan kekuatanmu yang seperti ini, dirimu sudah pantas disebut sebagai 'Raja Barnicia yang baru', pengganti El-Yorah," ujar Zalhaqah dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Mendengar penjelasan dari kucing tersebut, Sha memperlihatkan senyum kecilnya kemudian berkata, "Apa menurutmu. Kamu bisa membantuku?"
"Membantu? Aku akan menjadi pemandumu," jawab Zalhaqah dengan mantap.
"T-tidak! maksudku, aku akan menemuimu lagi kesini dilain waktu, sekedar untuk berbicara santai atau menanyakan tentang hal penting..." Sha mencoba memperbaiki kesalah pahaman.
"Oh, tapi diriku begitu keberatan melihatmu bolak-balik dimensi. Lebih baik kita menjadi teman langsung di duniamu sendiri," kata Zalhaqah.
Sha dapat memahami maksud dari Zalhaqah, kemudian Sha berkata. "Sebenarnya sih tidak masalah (justru aku takut kalau kamu akan bertengkar dengan Liel), apa kau yakin akan memakai wujudmu yang seperti ini?"
"Ya, aku yakin! ayo kita berpetualang bersama, Sha." Ucap Zalhaqah dengan kegirangan.
Sha tersenyum melihat sikap dewa Al-Batlan tersebut. Meski rasnya dikenal sebagai musuh para utusan, namun sifat dari dewa ini seratus enam puluh derajat berbeda dari kebanyakan dewa Al-Batlan yang ada disana.
Mereka berdua pun keluar dari dimensi tersebut.
"Wahh, sudah berapa lama ya? aku menetap di dimensi buatanku sendiri." Ujar Zalhaqah sambil menghirup udara segar.
"tunggu... lagi-lagi? duhh kenapa harus ditempatkan ke tempat yang sangat jauh (Dar Az-zur)." Kata Sha dengan begitu kecewa.
"Setiap dirimu berniat untuk keluar dari dimensiku, destinasinya pasti ke tempat ini, Sha..." Zalhaqah menjelaskannya kepada Sha.
"Oh ya! Apa kau berniat untuk mengubah namamu menjadi nama manusia? menurutku nama 'Zalhaqah' itu cukup aneh dimata manusia." Tanya Sha.
"Zephyr. Bagaimana dengan nama tersebut?" Zephyr (Zalhaqah) langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Sha.
"Y-yah... terserah." Balas Sha.
Karena hari sudah mulai gelap, itu pun dikarenakan mereka berdua mengobrol cukup lama di dalam dimensi tersebut. Sha sampai lupa dengan tujuan awalnya untuk datang ke tempat tersebut.
Sha pun memimpin Zephyr menuju tempat perkemahan yang telah mereka siapkan di dalam hutan belantara (Alteyer), tempat di mana mereka akan beristirahat.
Namun, dipertengahan jalan mereka berdua dihadang oleh Lashem Savirrah (Kakak laki-laki Liel). Ia menatap Sha dengan tatapan tajam yang membuat dirinya seketika merinding.
"Sudah kukira juga, dia akan muncul saat situasi begini," ujar Zephyr dengan nada meremehkan. "Sha, dia sepertinya sangat cocok untuk dijadikan sasaran latihan," tambahnya.
"Apa maksudmu? Dia adalah temanku," kata Sha, wajahnya penuh kebingungan.
"Sha, dengan wajah yang seperti itu, apakah kau yakin dia akan mencari perdamaian?" lanjut Zephyr dengan serius.
Lash semakin menunjukkan wajahnya yang semakin memerah karena marah. Kemudian ia berkata, "Oh begitu, kalian sudah tahu maksud kedatanganku ke sini, ya sudah. Kalau begitu, aku tidak akan berlama-lama lagi." Dengan cepat ia langsung menyerang Sha.
"Tu-tunggu, aku tidak paham dengan apa yang sedang kalian bicarakan." Ucap Sha yang semakin kebingungan
Pukulannya telah mengenai Sha dengan keras, sebelum dirinya sempat menanyakan maksud dari kedatangannya.
"Ughh~ S-Sial!!" desis Sha dengan ekspresi kesakitan.
"Wahh kau bisa menahannya? hebat juga." Ujar Lash.
"Wahh kau bisa menahannya? hebat juga." Ujar Lash.
"T-tunggu. Apa maksudmu? mengapa kita harus berkelahi?!" Tanya Sha.
"Sebagai bawahan dari sang raja, sepertinya dia merasa dikucilkan oleh raja itu sendiri. Mengingat bahwa El-Yorah tidak mengingat informasi mengenai dirinya." Tegas Zephyr dengan ekspresi yakin.
"Huh? Aku baru menyadari bahwa dia adalah bawahan raja. Tapi sejak kapan? Ah! Itu tidak penting. Yang paling penting adalah bagaimana caraku keluar dari situasi ini," gumam Sha dalam hati.
"Hati-hati, dia akan menyerang setelah ini." lanjut Zephyr dengan ekspresi serius.
Lash melanjutkan serangannya. Meskipun demikian, Sha berhasil mengantisipasi dan menangkis setiap gerakannya.
"Ah sial! di situasi seperti ini, bagaimana bisa kemampuan untuk merasakan masa depan tiba-tiba tidak dapat digunakan. Mungkin karena kelelahan, sebagian dari kemampuanku jadi tidak dapat digunakan." gumam Sha dalam hati.
Sha mencoba sekuat tenaga untuk bertahan dari setiap serangan yang dilancarkan oleh Lash, mengandalkan insting dan latihan yang dimilikinya. Mencoba untuk membujuk Lash, agar tidak melakukan hal yang sia-sia.
Namun, ketika Sha mencoba menenangkannya, ia malah dengan tegas berkata, "beberapa tahun yang lalu, apa yang telah kalian lakukan kepada raja, hingga beliau tidak dapat mengenali diriku?"
Sha tidak pernah membayangkan seberapa sakit hatinya ia setelah dilupakan oleh rajanya sendiri.
Karena merasa bersalah, Sha memilih untuk menerima pukulannya, membiarkannya melampiaskan amarahnya pada dirinya sebagai bentuk penyesalannya atas apa yang telah ia perbuat.
"Hentikan!" teriak Zephyr, melompat di antara Sha dan Lash. "Kita tidak akan mencapai apa-apa dalam pertarungan ini jika begini. Lash, tenangkan dirimu. Sha, kita harus mencari cara untuk menjelaskan situasi kepada Lash."
Namun, Lash masih terlalu marah untuk mendengarkan. Ia mengabaikan Zephyr dan melanjutkan serangannya. Sha masih berusaha menahan pukulan-pukulan itu tanpa melawan balik.
Saat rasa penyesalan yang sedang berlangsung, tiba-tiba Gravastar yang dimiliki oleh Sha bereaksi secara otomatis untuk mengantisipasi serangan Lash. Tanpa aba-aba dari Sha, tangannya pun bergerak dengan sendirinya, memancarkan kemampuannya untuk menyerap energi sihir milik Lash.
Merasakan tarikan yang kuat, Lash berteriak kesakitan saat Gravastar menyerap energi sihirnya, seolah-olah organ dalamnya ditarik secara paksa.
"La-Lash!? maaf aku tidak bermaksud begitu, aku-" Kata Sha dengan rasa bersalah.
Lash menatap Sha dengan tatapan serius dan keheranan, membuat Sha terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Da-dasar monster sialan, kau diakui oleh alam semesta sebagai 'sang utusan', ta-api m-mengapa tiba-tiba aku melihat masa depanmu yang mengerikan itu?! kau berniat untuk menghancurkan seisi dunia hah!" Ujarnya, terkejut dengan apa yang baru saja dia saksikan.
"Tu-tunggu, utusan? bagaimana kau bisa mengetahui hal tersebut?" Tanya Sha.
Sha terkejut setelah mendengar kalimat tersebut, dan secara spontan ingatannya langsung tertuju pada tujuan sebelumnya menemui Zalhaqah (Zephyr). Sha masih ingin menanyakan mengenai hal itu yang sebelumnya dipandang olehnya hanya sekadar mimpi.
Sha mengalihkan perhatiannya kepada Zephyr. Tampaknya, ia tidak bereaksi sedikitpun, seakan-akan ia sudah mengetahui sedari awal tujuannya untuk menemuinya. Namun, ia hanya diam tanpa berkata apa-apa.
Tiba-tiba Sha merasakan suatu kejanggalan. Sha berasumsi bahwa Zephyr ingin membantunya hanya sekadar untuk melihat dunia ini hancur karena ulahnya sendiri. Itu berarti, dia menganggap bahwa Sha adalah orang jahat. Tentu saja, dia akan ikut dengan Sha karena ia pikir bahwa Sha adalah orang jahat yang akan menghancurkan dunia ini. Mengingat bahwa sebagian besar dewa dari Al-Batlan adalah dewa jahat.
Sha merasa seperti dunia ini tiba-tiba berputar lebih cepat, semua informasi dan kesimpulan yang baru saja dia terima terasa begitu berat di pikirannya.
"Zephyr..." Sha berbicara dengan suara yang gemetar, mencari kepastian dalam situasi yang semakin rumit ini. "Apakah mimpi itu benar? Apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku..."
Zephyr tidak langsung menjawab. Dia menatapku dengan tatapan yang dalam, seakan sedang mempertimbangkan kata-katanya dengan hati-hati. Setelah beberapa saat Zephyr berjalan mendekat kearah Lash, lalu ia berkata.
"Terlalu cepat untuk menyimpulkan hal seperti itu. Diriku ingin bertanya padamu, pernahkah dirimu melihat makhluk yang mampu menyembunyikan diri dari penglihatan masa depan?"
"A-apa hubungannya dengan itu sialan!?" Bentak Lash.
Sementara itu, Sha tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Sedari awal, Sha tidak pernah melihat masa depan milik para entitas yang pernah ia temui di saat itu.
Memang, itu memang yang paling masuk akal, tapi jika dipertimbangkan lagi, mengapa mereka harus bersusah payah melatihnya jika pada akhirnya mereka hanya akan menjadi... MUSUH.
"Ah! tidak. Mungkin aku terlalu cepat mengambil suatu kesimpulan. Tidak mungkin mereka melakukan hal tersebut, terlebih lagi. Ketika aku berada didekat mereka, aku sama sekali tidak merasakan ancaman apapun." gumam Sha dalam hati.
Sha pun terdiam, kebingungan melingkupi pikirannya, seakan sulit baginya untuk mencerna informasi yang baru saja disampaikan oleh Zephyr. Namun, di tengah keheningan itu, Lash mencoba menjelaskan.
"Sha, maaf karena baru aku ungkapkan sekarang. Aku tahu bahwa dirimu adalah seorang utusan,semenjak tujuh hari sebelum dirimu dilahirkan."
Lash melanjutkan, "Aku melihat kejanggalan di dunia ini saat kelahiranmu. Seperti monster di Alteyer yang tiba-tiba menjadi sangat ganas, kejatuhan bangsa terkuat Feyorian Empire, dan semakin banyaknya dimensi Al-Batlan yang terbuka di Dar Az-zur."
"Dan aku juga ingin mengungkapkan bahwa aku dan Liel pernah melakukan kontrak dengan salah satu dewa jahat Al-Batlan," kata Lash dengan serius. "Jangan salah paham dulu, aku tidak melakukannya untuk berbuat jahat, melainkan hanya untuk terbebas dari belenggu C. Akan tetapi, aku tidak dapat berkomunikasi dengan dewa itu lagi."
"Sha, aku memiliki kepercayaan yang berlebih terhadap raja Barnicia yang sekarang (El-Yorah), dia adalah orang yang paling dapat diandalkan dimasa pemberontakan. jadi, aku memiliki beberapa pertanyaan untukmu, dan kau harus menjelaskannya."
Setelah itu, Lash menyampaikan serangkaian pertanyaan, "Pertama, apa yang telah kau lakukan sehingga sang raja sangat marah atas kehadiranmu? Kedua, siapa yang membuat sang raja lupa padaku, itu membuatku sangat menderita Dan yang ketiga, pertanyaan terpenting, apa arti dari penglihatanku yang menggambarkan dirimu sebagai penghancur dunia ini?"
"Nah... Seharusnya dari tadi begini, tidak ada perkelahian. Kau ini tipe orang yang harus hajar dulu baru tenang ya?" Zephyr mengeluarkan napas lega.
Lash memandang kucing itu, lalu berkata, "Haa? Sejak awal aku tidak berniat untuk berkelahi, tapi si bajingan ini malah bilang, 'Sha, dia sepertinya sangat cocok untuk dijadikan sasaran latihan,' gara-gara kalimat itu, aku langsung murka."
"Kedatanganmu membawa aura negatif yang sangat kuat bagi Sha. Sebagai pelindungnya, bagaimana mungkin aku yakin bahwa kau tidak akan menyakiti dia? Aku yakin sejak tadi, diriku berusaha menghentikanmu, tapi sepertinya dirimu mengabaikanku." ujar Zephyr dengan nada tegas.
"Mau kupukul haa?!!" Lash menggeram.
Zephyr menatapnya dengan tenang, "Silakan saja, tapi ingat, diriku ini bukan lawan yang bisa kamu hadapi dengan sembarangan. Kamu mungkin akan menyesalinya."
"Hei, hentikan. Aku tidak ingin ada perkelahian lagi." Ujar Sha. "Bagaimana jika kita pergi dulu ketempat yang lebih sepi untuk membicarakan hal ini?" Lanjutnya.
Mereka semua pun setuju, mereka mengikuti Sha dari belakang, pergi ke tempat yang biasa ia tempati sebagai tempat istirahat (Alteyer).
Sesampainya disana, Liel yang sedang menunggu kepulangan Sha dikejutkan dengan kakaknya yang mengikutinya dari belakang.
Liel, yang melihat mereka kembali beramai-ramai, segera bertanya, "Sha? Kakak? Dan... Dia?" Ekspresi heran terpancar dari wajahnya saat ia merasa familiar dengan sosok yang berbentuk kucing.
"Diriku adalah Zalhaqah, namun panggil saja Zephyr. Diriku adalah makhluk dari Al-Batlan yang kemarin memindahkan kalian berdua ke dimensiku," jawabnya.
"Ah, benar! Aku ingat sekarang. Omong-omong, Sha, mengapa kalian berdua kembali dalam kondisi seperti ini? Apakah terjadi perkelahian?" Setelah itu, ia memandang Sha dan Lash dengan tanda tanya yang jelas terpantul di wajahnya.
Lash menyahut. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sha, cepat jelaskan beberapa pertanyaan yang kulontarkan sebelumnya."
Setelah dijelaskan panjang lebar oleh Sha, Lash pun mengerti. Penyebab utama dari semua kekacauan ini adalah pengelihatan masa depan tentang Sha yang digambarkan oleh masa depan sebagai penghancur dunia ini.
Sha mengira bahwa, sang raja vampir mungkin menganggapnya sebagai ancaman beberapa tahun yang lalu. Namun, tidak menutup kemungkinan jika perkiraannya ini seratus persen benar.
Pikiran Sha melayang, "apa sebenarnya yang akan terjadi di masa depan? Mengapa ia memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu? Apa tujuan sebenarnya di balik niatanku untuk menghancurkan dunia ini?"
"Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi, yang kalian lihat adalah diriku dengan rambut berwarna hitam, bukankah begitu?" kata Sha.
"Jika aku memperlihatkan ciri-ciri seperti itu, maka segeralah bun-" Lanjut Sha, namun kemudian ucapannya dipotong.
"Kau bodoh, ya?! Bagaimanapun juga, aku tetap tidak akan percaya dengan apa yang kau katakan. Sekalipun itu adalah ucapan dari dirimu sendiri." Ucap Liel yang tidak bisa menerima itu, sama sekali tidak dapat menerima perkataan dari Sha.
Zephyr mencoba menenangkan mereka semua. "Sepertinya ada kesalah pahaman disini, aku akan mencoba menjelaskannya. Liel, apa kau pernah mengingat tentang suatu makhluk yang keberadaannya tidak dapat dilacak oleh takdir? sepertinya mereka yang akan menjadi lawan dari Sha di masa depan, sehingga Sha berbuat seperti itu."
Siapapun yang mendengar kalimat yang di ucapkan oleh kucing tersebut tersebut, pasti langsung mengetahui tentang "makhluk" yang disebut olehnya.
Benar.... Seluruh bukti mengarah kepada mereka.
Yaitu para entitas...
Bag 2 Reunian
Di sisi lain, dalam dimensi yang tak terjangkau oleh akal manusia. Yakni dimensi Al-Batlan.
Entity 00 (Zero) atau yang sekarang kita kenal sebagai Exynone, berdiri tegak sambil memegang kepala dewa abadi yang ia penggal, sebagai bukti bahwa ia dapat melampaui arti dari kata abadi itu sendiri.
Dari milyaran dewa yang pernah dihadapinya, kini hanya tersisa satu, dewa yang berpenampilan seperti gadis polos dengan rambut putih pendek.
Dengan suara yang menggema di dimensi Al-Batlan, dewa itu berkata, "Aku kagum melihatmu mampu bertahan dari pengepungan para dewa di sini."
"Yang kucari-cari akhirnya ketemu juga. Kau adalah yang terakhir, berarti kau yang terkuat, tidakkah begitu?" Kata Exynone sambil memperlihatkan senyuman yang tampak mengintimidasi.
"Ucapanmu tepat. Aku akan menyebutkan namaku sebagai ungkapan selamat atas pencapaianmu melawan dewa-dewa yang tak terhitung jumlahnya," kata dewa tersebut sambil tersenyum. "Biasanya, aku dipanggil sebagai Devastar atau Hilliock, namun aku akan lebih senang jika kalian memanggilku Yaon-zi," tambahnya.
Exynone menyeringai, "baiklah, aku akan memanggilmu sebagai Quonlin"
"Hahaha, sial, AKU MEMBENCI NAMA ITU!!!" Tegas Yaon-zi kemudian mengubah intonasinya dengan nada yang sangat keras.
Yaon-zi langsung menghantam Exynone dengan keras, menghancurkan separuh dari kepala Exynone. Belum puas dengan itu, Yaon-zi melanjutkan serangan secara brutal, menghajar Exynone habis-habisan.
Namun, dengan kejutan yang tak terduga, Exynone muncul di sisinya dengan tubuh yang masih tetap utuh, menyerang dengan serangkaian pukulan mematikan yang menghancurkan sebagian tubuh Yaon-zi hingga lenyap dalam kehampaan.
Exynone, tanpa kenal belas kasihan, ia melanjutkan serangannya dengan kekuatan penuh, merobek tubuh Yaon-zi menjadi potongan-potongan kecil.
Dengan cepat, Yaon-zi memulihkan kembali tubuhnya. Melancarkan serangan yang dapat memotong apapun, bahkan kehampaan itu sendiri.
Serangan tersebut mampu membuat tubuh Exynone terpotong menjadi beberapa bagian. Akan tetapi, dengan cepat Exynone membalas serangan tersebut dengan lebih brutal.
Pertarungan mereka memuncak dalam kebrutalan yang tak terbayangkan, tanpa henti, tanpa ampun. Getaran dari serangan mereka mengguncang berbagai keberadaan di alam semesta, menciptakan riak-riak kehampaan yang menakutkan.
Dalam sesaat, pertarungan tersebut menyebabkan berhentinya sebagian besar hukum alam yang ada, beberapa dimensi hancur, kemudian pulih, kemudian hancur lagi.
"Apa apaan makhluk ini, ketika terkena serangannya sekali saja. Aku merasakan kehidupanku terancam. Bagaimana dia, bisa, melakukan, itu?" Gumam Yaon-zi sambil menahan beberapa serangan dari Exynone.
"Hebat juga, selain serangannya yang selalu tepat mengenai tubuhku. Tampaknya dia mampu menahan kehampaan. Apakah dia dapat melampaui kehampaan itu sendiri? Benar-benar lawan yang seimbang." Kata Exynone dalam hati.
Exynone segera meluncurkan serangan kecilnya menuju Yaon-zi dengan cepat, mengakibatkan tubuh Yaon-zi berlubang.
Dengan kesal Yaon-zi berkata. "Haa... Sial, aku benar benar membencimu."
"Kau itu sama gilanya, aku melihat dewa Al-Batlan diseret masuk ke tempat ini setelah berniat untuk melarikan diri. Bukankah itu perbuatanmu?" Ujar Exynone.
Yaon-zi menyeringai kemudian berkata. "Kau tahu apa? aku tidak akan melarikan diri setelah bertarung habis-habisan disini. Dewa-dewa bodoh itu, aku sengaja mengendalikan mereka. Hahaha, aku senang melihat ekspresi mereka sebelum dibantai."
Dengan tenang Exynone membalas. "Oh begitu? Selain itu, apa kau tidak ada niatan untuk menghapus keberadaanku?"
Dengan cepat Yaon-zi meluncur menuju Exynone. Ia menyerang dengan brutal dan membabi buta, menciptakan kekacauan di berbagai ruang dan waktu. Al-Batlan terguncang oleh kekuatan yang melampaui batas, mendekati ambang kehancuran setelah menyaksikan pertarungan yang luar biasa dahsyat itu.
"Itu adalah cara yang dilakukan oleh para pecundang. Dasar sombong, kau berpikir kata-kata itu bisa memprovokasiku bukan?" Tegas Yaon-zi.
"Entahlah, aku senang jika melihatmu masih ada semangat untuk bertarung..." kata Exynone dengan suara menantang.
"Haa.... kau ini.... AKAN KU BUNUH KAU!!" desis Yaon-zi, emosinya memuncak. Dengan kekuatan yang tak terbayangkan, ia mengubah dirinya menjadi bentuk yang lebih besar dari dimensi Al-Batlan itu sendiri, mengguncang seluruh alam semesta dengan kemarahan yang meluap.
Dengan tenang, Exynone mengimplementasikan kemampuannya untuk memindahkan Yaon-zi ke dalam kedalaman ketiadaan, tak terbayangkan. Namun, yang pasti, seluruh kehampaan itu adalah bagian dari tubuh Exynone. Itu berarti bahwa ukuran tubuh Exynone lebih besar dari alam semesta itu sendiri. Dan Yaon-zi hanya menjadi titik kecil di tengah-tengahnya.
Yaon-zi, dalam bentuknya yang menyusut dan kalah besar, merasakan kehampaan yang menyerang dari segala arah. Tidak ada cahaya, tidak ada suara, hanya kegelapan mutlak yang menyelimuti keberadaannya. Baginya, ini bukan hanya kekalahan dalam pertarungan, tetapi penghinaan yang paling dalam terhadap kekuatannya.
Seolah belum cukup setelah dicabik-cabik oleh kekuatan dahsyat itu, Yaon-zi menatap Exynone dengan tatapan yang dipenuhi kebencian. Meskipun tubuhnya hancur, api kemarahan masih berkobar di matanya, menyala lebih terang dari sebelumnya.
Ditengah peristiwa tersebut, Entity X (Create) muncul di tengah mereka, sambil berkata. "Zero, tidak. Maksudku Exynone, bisakah kau tidak terlalu bersemangat? Dampak dari pertarunganmu dengannya sangat merepotkan diriku."
"Ada apa lagi dengan makhluk ini? Hei, apakah dia temanmu!? Kalian berdua memiliki sifat yang sama-sama menjengkelkan," ujar Yaon-zi.
"Create... Kau belum tahu maksudku ya?" Tanya Exynone dengan ekspresi serius.
"Tidak-tidak, bukan begitu. Kalau kau terus begini bahkan sampai mengabaikan perintah dengan alasan yang tidak masuk akal. Bukankah itu berarti bahwa kau adalah seorang pengecut?" tegas Entity X (Create).
"Kemarilah, ikuti aku," desaknya lagi, tangan kirinya terulur kearah Exynone. "Ada yang ingin disampaikan oleh Adonai." Mengisyaratkan ada suatu hal yang tak bisa diabaikan.
Exynone menolehkan pandangannya kearah Yaon-zi, kemudian berkata. "Hei kau! Aku akan datang lagi untuk bertarung denganmu. Jadi tunggulah!"
Dengan tatapan sinis, Yaon-zi membiarkan mereka pergi begitu saja.
"A-do-nai? Dari namanya saja... sepertinya dia bukanlah makhluk yang dapat diremehkan. Terlebih lagi, makhluk keras kepala itu bisa nurut begitu saja setelah mendengar nama itu," gumam Yaon-zi, suaranya dipenuhi dengan rasa ingin tahu.
Disudut dimensi lain, yakni dunia tempat di mana Sha dan para makhluk fana berada, kegelapan menyelimuti segala sudut.
Sha dan sekelompok orang yang ia kenal masih terus berdiskusi panjang, duduk sekitar meja kayu di tengah hutan belantara tersebut. Cahaya api unggun menyilaukan mata mereka disaat mereka berusaha memahami makna dari masa depannya yang digambarkan sebagai penghancur dunia ini.
"Tidak, aku tidak akan pernah percaya dengan perkataan kalian. Para entitas itu adalah musuhku dimasa depan? Aku sudah berada di dekat dengan mereka sejak lama, jadi aku sudah tahu isi hati mereka." Ucap Sha karena tidak terima para entitas dicurigai begitu saja.
Liel, sebagai teman dekatnya, menambahkan, "Itu benar juga. Mungkin itu adalah dewa Al-Batlan, sosok Amonte, atau bahkan makhluk yang jauh lebih tidak masuk akal."
Kemudian Liel menoleh kearah Zephyr dan berkata. "Berbicara soal ini, aku tidak bisa melacak masa depanmu. Mengapa tidak curigai pada dirimu sendiri saja sebagai musuh Sha di masa yang akan datang?"
Zephyr kemudian baru menyadarinya dengan gugup ia berkata. "Ah! itu... Sungguh aku tidak tahu tentang itu, maafkan aku."
"Zephyr. Katakan apa tujuanmu sebenarnya? Tidak mungkin sesosok dewa Al-Batlan dengan senang hati meno-" Tanya Liel sambil berdiri mendekati Zephyr namun pembicaraannya terhenti.
Di tengah pembicaraan itu, tiba-tiba suara gemuruh menggema di sekitar mereka, dan tanpa aba-aba, pasukan tempur yang tak terhitung jumlahnya menyerang dari segala arah. Senjata-senjata mereka bersinar terang di bawah rembulan, dan langkah-langkah mereka yang kuat menggetarkan tanah di bawah kaki.
"Apa-apaan, darimana datangnya mereka." Ucap Liel dengan kaget, karena pasukan itu tiba-tiba datang.
"Bersiaplah! dari seragamnya mereka adalah pasukan elit Barnicia." Ujar Lash.
"P-Pasukan elit Barnicia? bukankah berarti El-Yorah sudah mengetahui tempat ini?!" Kata Sha dengan penuh kewaspadaan.
Dari sekumpulan pasukan itu, datanglah satu orang yang tampaknya tidak asing setelah beberapa tahun lamanya. Dengan ciri khas topeng gladiator, ia adalah sang raja vampir Advokyt El-Yorah.
"Benar... Betul sekali... Aku mencarimu kemana-mana, dan ternyata... Kalian sedang bersembunyi di sini," ucapnya, lalu menatap Lash, "Terima kasih, Lash, berkat hawa keberadaanmu yang khas, aku dengan mudah menemukan mereka."
"Y-Yang mulia!! Se-sejak kapan baginda mengikutiku!?" Tanya Lash karena terkejut melihat sang raja.
"Aku begitu penasaran melihatmu terus merengek didepanku, mana mungkin aku membiarkan orang yang mencurigakan didepanku pergi begitu saja." Jawab El-Yorah.
Lash baru menyadari setelahnya bahwa Sha dan adiknya Liel merupakan buronan yang dicarinya selama bertahun-tahun belakangan ini. Itu berarti Lash telah membuat kesalahan besar dengan membawa sang raja kesini.
Kemudian El-Yorah berkata. "Dan kau yang disana, bocah berambut merah. Jika tidak ingin teman-temanmu terluka, serahkan dirimu secepatnya!"
"JANGAN KONYOL!" seru Liel, sambil melancarkan beberapa serangan ke arah El-Yorah dan beberapa pasukannya. Namun, mereka semua berhasil menghindar dari serangan tersebut.
Serangan tersebut seketika membuat beberapa pohon tumbang.
"Atau kau ingin menguji seberapa hebat pasukan tempur yang kumiliki?!" Lanjutnya.
"Liel, sudah cukup!" tegur Sha kepada Liel. Kemudian, ia menolehkan pandangannya ke arah raja vampir tersebut. "Sekarang bawalah diriku, aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku..."
"Sha... Apa maksudmu!?" tanya Zephyr.
Sha mengisyaratkan kepada Zephyr untuk diam, kemudian berkata. "Kita ikuti saja apa keinginannya."
El-Yorah menyeringai, kemudian berkata. "Baguslah kalau begitu."
Duagh!
Dengan cepat ia memukul bagian vital Sha membuatnya pingsan seketika.
"Ughh..." desis Sha setelah diserang, suaranya lemah dan tersendat.
". . . " Zephyr hanya bisa terdiam, matanya terpaku pada kejadian tersebut.
"Sha...!?" seru Liel dengan nada keras, kebingungan dan kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya.
"Jangan membuat gerakan aneh jika tidak ingin ia dibunuh." Ujar El-Yorah dengan nada mengancam.
El-Yorah dan pasukannya pergi membawa Sha, meninggalkan mereka bertiga di hutan tersebut.
"A-Apa mereka hanya mengincar Sha? bagaimana dengan diriku yang ditetapkan sebagai buronan juga?" Gumam Liel dalam hati.
Sudah jelas bahwa masalah ini berkaitan dengan masa depan Sha. Itu dapat dibuktikan dengan Liel yang tidak ikut dibawa oleh mereka.
Mereka menetapkan Sha dan Liel sebagai buronan di negeri tersebut.
Sepertinya mereka berniat untuk mengeksekusi Sha didepan umum.
Bag 3 Tindakan Sang Raja
"Huh... Dimana ini?!" Kata Sha dengan nada kecil.
Ah! tidak, setelah Sha terbangun. Sha tiba-tiba tersadar bahwa dirinya sedang berada di dimensi lain.
Dimensi yang memiliki tampilan galaksi, tentu ini bukan diluar angkasa. Melainkan hanya berada di dimensi buatan milik El-Yorah.
Sha melihat El-Yorah didepannya dengan seragamnya yang telah diganti menjadi seragam tempur.
Terlepas dari itu, apakah ia berniat untuk mengajak Sha duel satu lawan satu di dalam dimensi buatannya sendiri?
Dengan cepat Sha terbangun sambil berkata, "Apa yang kau inginkan dariku?"
"Terdapat pengamatan yang telah kutaruh sejak lama padamu, dari keselarasan aura hingga fisikmu," ujarnya dengan nada yang tenang namun tajam. "Penyebab dari kehancuran dunia ini sudah di depan mata. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata ia datang lebih cepat dari perkiraanku," lanjut Raja Vampir tersebut, sorot matanya menyorot tajam pada Sha.
El-Yorah melemparkan pedang milik Sha dengan gesit, lalu mengarahkan tatapannya tajam ke arah Sha. Dengan suara yang dingin namun tegas, ia memerintahkan Sha untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan pedang itu.
"Aku tidak akan mengotori tanganku sendiri dengan pedang itu," tegas El-Yorah. "Kuberikan kesempatan padamu untuk mengakhiri hidupmu sendiri." lanjutnya.
Whooosh.......!
Sha mengambil pedang itu, kemudian. Ia menebas El-Yorah dengan kecepatan penuhnya, tebasan tersebut membuat topeng gladiator milik El-Yorah terbelah.
"Sepertinya, kesalah pahaman ini tidak dapat diperbaiki dengan cara damai..." Ucap Sha dengan nada kecewa. "Maafkan atas ketidak sopananku wahai baginda, raja El-Yorah. Diriku tidak memiliki pilihan lain selain tindakan ini, bukankah dirimu juga begitu? Wahai baginda."
El-Yorah menyeringai, dengan nada mengintimidasi. Ia berkata, "Itu sebabnya aku memakai seragam tempur. Aku sudah mengetahui sifatmu yang pantang menyerah. Bahkan aku sudah mengetahui bahwa kau akan melakukan perlawanan."
"Dengan begini...."
"PERTEMPURAN SEBENARNYA. AKAN SEGERA DIMULAI!!!" Lanjutnya dengan ekspresi mengancam.
~Author : Destha Wibawa Putra